(Foto official) |
Yeah, ini lah kali kelima saya ikut Rinjani100, setelah 2018 ikut 60k DNF, 2022 ikut 119k DNF, 2023 ikut lagi 119k DNF juga, dan akhirnya 2024 ikut 60k berhasil finish cemerlang 😅.
2025 kali ini saya kembali, di kategori 100 km. Rinjani100 memang bukan ajang main-main. Rutenya yang berat dan waktu Cut off Time (COT) yang rada gak masuk di akal -terutama kategori 60km up, membuat persiapan yang saya lakukan gak boleh seadanya.
Mountain Level Rinjani100 Kategori 100 km adalah level 12 artinya?
"In ITRA (International Trail Running Association), a Mountain Level of 12 indicates the highest level of mountainous difficulty for a trail race. This means the race has a high ratio of vertical gain to total distance, implying significant climbs and descents. It also considers the average race altitude and the length of the longest ascent"
Tingkat kesulitan tertinggi untuk ajang trail run, naik turun gunungnya banyak, dan memang benar 😅. Di Sembalun menyebutnya bukit, di Jawa orang bilang itu sudah gunung.
Tahun ini Sange Sherpa kembali hadir di Rinjani100 |
Rute Original 100 km, meski ada update perubahan jalur nantinya di Bukit Anak Dara dan jalur menjelang finish |
Untuk mengikuti Rinjani100 Kategori 100 km kita harus buat akun dulu di website F-One Sport https://fonesport.id/. F-One Sport adalah event organizer dari beberapa event besar seperti Rinjani100, Bromo Tengger Semeru (BTS) Ultra. Untuk kategori 100 km harus memiliki salah satu kualifikasi sebagai berikut
- Pernah finisih Rinjani100 kategori 75 km atau 60 km (saya pakai kualifikasi Rinjani100 Kategori 60 km)
- Pernah finish ultra trail di even lain dengan jarak minimal 50 km
- Pernah finish Triathlon kategori iron distance
Biayanya Rp 2.150.000, saya daftar early bird dapat harga promo 1,8 jutaan 👀. saya daftar di Bulan Juli 2024, 10 bulan sebelum waktu start dimulai. Memang seniat itu 💪 |
Program latihan ini agak berbeda dengan Rinjani100 60km tahun lalu. Kalau dulu saya fokus di speed (menu interval lumayan rutin) kali ini saya fokus di endurance, dan long run. Tahun ini saya memasukan program 2 kali longrun yaitu Ring of Sindoro (55 km) dan Ring of Sumbing (77 km).
Bendera negara pelari Rinjani100, kategori ultra banyak di dominasi pelari warga negara asing (Foto official) |
Untuk Drop Bag saya cuma isi kaos kaki 2 pasang, No Blister Allowed pokoknya!!! |
Rinjani100 ini unik, lokasi start beda dengan lokasi finish. Kategori 162 km start dari Pantai Belanting Sementara yang kategori 100 km dan 60 km start dari Desa Senaru. Dari Sembalun para pelari diantar ke Desa Senaru menggunakan mobil minibus yang durasinya mencapai 1 jam perjalanan. Sebenarnya, akan lebih baik kalau pelari sudah di Senaru sejak siang supaya bisa beristirahat sebelum start, karena perjalanannya cukup melelahkan, jalur berliku dan tidak jarang ada yang sampai mabuk darat dan muntah-muntah.
Video Persiapan Rinjani100
Sampai di Senaru saya disambut kesenian Gendang Beleq khas Suku Sasak. Suara instrumen musiknya menggelegar, ciri khas Rinjani100 banget, baik yang start di Senaru, Belanting, maupun Sembalun. Saya bertemu dengan Mbak Endah dari Malang. Karena butuh ketenangan untuk istirahat, saya ke tenda panitia. Di situ saya cerita kalau demam panggung kali ini parah banget, sampai kurang waktu tidur 😅. Kesalahan fatal saya kali ini terulang kembali, seharusnya saya langsung datang ke Sembalun di hari kamis, tapi malah menginap dulu di Mataram.
bertemu Mbak Endah, teman saya waktu lari Run To Care di Flores. Saya sempat curhat, mengalami demam panggung, overthinking sampai kurang tidur |
Umar, teman saya ketika finish bareng tahun lalu datang bawa Ubi Madu Cilembu buat saya. Hahahahaha memang saya lebih senang real food buat nutrisi saat ultra. Apalagi Ubi Cilembu itu manis banget dan rasanya nyaman di mulut. Thanks Umar.
Menikmati ubi madu cilembu yang dibawain sama Umar hehehe. Carboloading terenak nih (Foto official) |
Sampai di Senaru, kami di sambut tarian adat Suku Sasak (Foto official) |
Start time, saatnya penjelajahan di mulai. Selalu merinding pokoknya kalau start Rinjani100. Kali ini saya gak mau di paling belakang. Saya ga mau ngantri lagi di jalur Senaru (Foto official) |
Sampai jumpa Senaru, terima kasih telah menyambut kami dengan hangat (Foto official) |
Plawangan Senaru - Danau Segara Anak (-600 m)
Jam 3:28 saya sampai di WS Plawangan Senaru. Selanjutnya bersiap turun ke Danau Segara anak. Salah satu jalur yang berbahaya, karena terjal, berbatu dan kondisinya masih gelap. Entah kenapa, turunan Senaru kali ini lebih mengerikan dari turunan tahun lalu. Jalurnya lebih licin (karena sering hujan), tangga besinya juga banyak yang udah goyang, dan ada bekas longsoran besar. Jalur ini sangat tidak runnable, curam, berbatu dan berbahaya. Segmen turunan dari Plawangan Senaru ke Segara Anak ini yang membuat saya tidak mau berada di barisan paling belakang pada saat start. Antriannya itu bisa panjang sekali.
Mendekati kawasan Batuceper, Headlamp saya bermasalah, lampunya cepat sekali redup. Berkali-kali kesandung batu. Sampai pelari Malaysia di belakang saya bilang, "Bawa spare baterai? lampu mu terlalu redup". Ah perhatian sekali kamu Cik, Setelah saya cek, ternyata baterainya belum saya ganti sejak latihan di Sindoro dua minggu lalu 😓. Setelah baterai saya ganti, cahaya lampu menjadi terang maksimal, good bye kesandung batu, saatnya ugal ugalan menuju Segara Anak.
selepas kawasan Batuceper, pelari yang start dari Senaru pasti melewati jalur yang banyak bebatuan dekat sekali dengan tepi Danau Segara Anak |
Video suasana Danau Segara Anak ketika pagi
Danau Segara Anak - Plawangan Sembalun (+ 646 m)
Jam 4:38 sampai di Segara Anak, melewati kawasan camp ground pendaki dan akhirnya ketemu sungai. Kondisi permukaan air tahun ini lebih tinggi dibandingkan tahun lalu karena faktor hujan yang sering turun beberapa hari sebelum Rinjani100. saya langsung melepas sepatu dan kaus kaki untuk menyeberangi satu-satunya sungai yang menjadi saluran keluar danau vulkanik ini. Beres menyeberang saya lanjut gerak ke arah Plawangan Sembalun. Dalam kondisi masih gelap, saya melihat pelari gondrong bertubuh besar dari arah depan. Wowww Sange Sherpa, pelari 162 km ternyata sudah mulai mengarah Senaru (arah sebaliknya).
seorang pelari tampak menyeberang sungai, kalau saya lebih memilih buka sepatu, karena gak bawa sepatu ganti (foto official) |
Akhirnya tiba juga di tanjakan Plawangan Sembalun. Ini segmen pendakian yang uphillnya paling terjal, nyaris vertikal. Jalur dari Segara Anak ke Plawangan Sembalun sesungguhnya adalah tebing raksasa. Bahagianya, kali ini saya bisa lebih cepat dari tahun lalu, yaaaa beda 11 menit doang, tapi lumayan signifikan.
Kaos legend yang selalu saya pakai setiap event lari trail, ini menjelang Plawangan Sembalun (foto official) |
Cahaya matahari mulai menampakan sinarnya. Tidak henti-hentinya pelari asal luar negeri bilang, "Indonesian Mountain so Marvelous". Bahkan saya yang pernah empat tahun tinggal di Lombok pun selalu kagum dengan pemandangan fajar di Rinjani, merinding lah pokoknya.
Akhirnya sampai juga di WS Plawangan Sembalun jam 6:22. Nah kali ini, aturan baru rinjani soal zero waste cukup merepotkan. Kalau tahun tahun sebelumnya kru menyediakan tempat makan, sekarang pelari harus bawa alat makan sendiri. Bayangkan, foldable cup buat makan lontong + bakso 😂😂. Selesai makan wadah berminyak dan akhirnya gak pernah saya pakai lagi.
Plawangan Sembalun - Puncak Rinjani (+ 1.076 m)
Ini segmen paling menguras energi. Jalur berpasir sepanjang 3 km dengan elevasi gain 1,100 meter, meniti punggungan kaldera Rinjani. Setiap saya mendaki Rinjani, saya selalu ikhlas kehilangan banyak waktu di sini. Maksudnya, saya membiarkan waktu saya panjaaang di sini supaya gak tergoda ngepush. Berusaha menikmati siksaan jalur pasir Rinjani yang pedes banget.
Bagian menyiksa menuju Puncak Rinjani, saya lemes di sini, karena kurang tidur (foto official) |
Kondisi hujan beberapa hari sebelum Rinjani 100 sangat membantu pergerakan dari Plawangan Sembalun ke Puncak. Jalur berpasir yang biasanya kalau musim kemarau sangat sulit ditapaki, menjadi lebih padat. Namun sayangnya, kondisi badan tidak fit karena kurang tidur. Hari hari sebelum Rinjani100 saya mengalami demam panggung. Selalu overthinking tentang rute 100km yang sudah pasti sangat berat.
Naik kayak gak ada tenaga asli, sampai nangis, masa jadi donatur lagi alias DNF (foto official) |
Benar saja, saat summit, kaki payah betul, terasa sekali gak bisa diajak ngegas. Kaki sebelah kanan mulai gak nyeri dipakai melangkah di tanjakan. Pelari pelari di belakang saya mulai menyusul satu persatu. Gak terasa air mata saya keluar karena rasa optimis yang makin tipis. Perjalanan masih jauh, tapi saya sudah ngerasa layu gini. Batas waktu jam 10 pagi sampai di Puncak Rinjani terasa sangat sulit dicapai saat itu.
Setelah bangun, saya merasa agak fit. Baby step masih saya terus lakukan tapi dengan intensitas lebih cepat.
Tidak lama lama saya di puncak, cukup ambil beberapa foto selfie, lanjut turun ke bawah. Kondisi tubuh makin membaik, sambil memanfaatkan downhill supaya lebih cepat sampai bawah.
Oh ya apakah ada yang ngerasa kalau tanjakan letter E Rinjani makin sempit?
bahagia banget akhirnya bisa turun dari Puncak (foto official) |
Saatnya turun gunung!! (Foto official) |
Cuaca juga sangat baik tahun ini. Sebelum matahari tepat di atas kepala, kabut mulai menyelimuti jalur Sembalun. Di WS Plawangan Sembalun yang kedua kali saya sampai jam 10.26 dan menyempatkan diri ngemil kurma. Tumben ya ada kurma di Rinjani100 🤣. Tapi asli, kurma ini mood booster banget.
Terima kasih Rinjani!!! Sampai jumpa lagi di lain kesempatan!! (Foto official) |
Plawangan Sembalun - Pos 2 Tengengean Jalur Sembalun (- 2.076 m)
Saatnya turun, downhill dan mengejar waktu menuju Bukit Pergasingan. Jalur Plawangan Sembalun ke Pos 2 pun terasa sangat nyaman, padat karena hujan. Berbeda tahun sebelumnya yang sangat kering dan berkerikil, rawan kepleset jatuh.
Di sini saya ketemu banyak porter. Dan kami jadi adu gede gedean betis 😅.
"eeee beleqnya betis mas ini" 😏
Malah ada yang nanya apakah saya dulu mantan porter Rinjani? Ya kaleeee, betis doang gede saya pak, upper mah kerempeng kayak belalang 😢.
saya sampai Di WS Pos 2 Rinjani jam 11:40. Pos 2 Tengengean adalah WS besar, saatnya mengumpulkan energi karena tersedia makanan berat di sini. Tapi makanan beratnya menyedihkan banget, soto daging ayam ala ala. Mana toge nya masih mentah pula. Tapi berhubung saya harus isi makanan berat, gas kan aja, paksain masuk ke mulut. Mau nelen soto ala ala ini, atau mau nelen penyesalan? Kaos kaki juga harus diganti, mencegah blister yang akan berpengaruh ke petualangan selanjutnya di Kaldera Sembalun. Oh ya di Pos 2 ini saya hampir ketinggalan track pole, untung masih inget.
Pos 2 Tengengean Jalur Sembalun - WS Bawak Nao (- 540 m)
Jalur pendakian Sembalun ini 90% padang sabana terbuka, nyaris tanpa hutan yang meneduhkan kepala. Tapi jalur ini juga seru dan runable.
Jalur Pos 2 Tengengean ke WS Bawak Nao melintasi padang sabana, downhill paling runnable |
gas gas gas turun ke Bawak Nao (Foto official) |
Kaldera Purba Sembalun (Foto official) |
Bagian terberat dari kategori 100 km ini justru setelah pendakian Gunung Rinjani. Pelari harus melintasi puncak puncak perbukitan yang mengitari kawasan Sembalun. Tapi justru segmen ini yang paling saya nanti nanti. Saya daftar kategori 100 benar benar supaya bisa explore kembali kaldera purba ini.
Bawak Nao - Bukit Pergasingan (+ 700 m)
Gelang kedua ada di Bukit Pergasingan, Merah rute naik - kuning rute turun |
Noooo, jalur naik ke Pergasingan versi Rinjani100 adalah lewat Bawak Nao alias jalur belakang, bukan dari jalur wisata Sembalun Lawang. Sebenarnya jalur yang dipakai adalah jalur pendakian Bukit Tanak Abang, barulah melintasi punggungan ke Bukit Pergasingan. Pelari harus menghadapi tanjakan sejauh 5 km tanpa bonus dengan EG mencapai 700 meter. Kalau masih fresh sih oke ya, tapi ini udah pada kena hajar puncak Rinjani 😅.
Isi air dulu di WS Bawak Nao, sebelum kena hajar Pergasingan (Foto Mas Bajang) |
Saya selalu bilang ke siapapun yang lewat jalur ini, supaya isi perbekalan yang cukup di WS Bawak Nao, karena banyak case pelari kehabisan logistik sementara WS terdekat masih jauh di Likun. Nah, untungnya selama pendakian di Pergasingan awan menutupi cahaya matahari, bikin sejuk. Saya sampai di Puncak Pergasingan jam 14:16.
Thanks @diegoxbelli, ini foto pas turun Bukit Pergasingan, licin abis gara gara kena hujan di hari sebelumnya (Foto official) |
Selesai sudah menjelajah jalur pendakian Pergasingan, sampai di bawah saya ketemu penjual es, dia menawarkan Extra Joss + Susu Kental. Karena penasaran dan butuh yang manis segar, saya pesan satu harga 10 ribu. Beuuuuh rasanya mantap, penemuan hebat ini, next mau saya coba buat sendiri di rumah. Bikin semangat naik bukit berikutnya, Anak Dara. |
Selepas Bukit Pergasingan saya melalui jalur aspal sampai di WS Likun (water only) |
Oh ya, selama pendakian Bawak Nao - Pergasingan, saya bareng dengan pelari dari Balikpapan, Mas Hadi. Tahun sebelumnya dia pernah ikut kategori 100 km tapi melewati batas waktu 36 jam. Makanya kali ini dia lumayan tergesa-gesa, supaya tidak terlalu malam nanjak ke Anak Dara.
Bukit Anak Dara (+ 773 m)
Gelang ketiga ada di Bukit Anak Dara, merah jalur lama-biru jalur baru |
Kalau sudah di pos Tanjakan Cinta, tanjakan ke Puncak Anak Dara cenderung landai |
Tahun ini jalur turun Anak Dara diganti karena faktor keamanan (ini berita penyebabnya) yang sebelumnya melalui jalur Poligami, sekarang lewat jalur baru Batu Cinta, Sekilas jalur baru ini terasa lebih enak, karena terjal dan elevation loss nya jadi lebih singkat. Ternyata enggak ya 😅. Turunan Anak Dara jalur baru ini terjalnya bukan main. Di beberapa bagian, jalur setapaknya mepet banget sama jurang, kalau gak hati-hati bisa bahaya.
Gambar aerial perbandingan jalur baru dengan jalur lama di Anak Dara |
satu-satunya foto yang saya ambil saat turun dari Bukit Anak Dara lewat jalur Batu Cinta, pelari di depan saya adalah Sawa, dari Jepang yang menemani saya sampai finish |
Selesai menghadapi Bukit Anak Dara, WS Desa Adat siap menyambut para pelari. Di WS ini banyak sekali pelari yang memutuskan DNF. Selain karena faktor lokasi WS yang bisa dijangkau dengan kendaraan untuk evakuasi, keputusan untuk DNF di WS ini adalah medan selanjutnya yang lebih berat baik kategori 60 dengan Bukit Telaganya, maupun kategori 162 dan 100 dengan rangkaian Bukit Nanggi, Sempana sampai ke Pusuk. Kalau pelari memutuskan tetap lanjut, artinya dia harus berani menanggung segala risikonya, masuk no return zone. Saya punya pengalaman buruk di Rinjani100 tahun 2023, saat DNF karena cedera kaki di antara Bukit Sempana dengan Bukit Jaran Kurus.
Di WS Desa Adat saya mengambil drop bag yang isinya cuma kaos kaki 😅. Oh ya kenapa saya concern sekali dengan kaos kaki? Alasannya adalah untuk mencegah blister. Dalam beberapa kali ikut kegiatan lari/mendaki, blister selalu saya anggap sepele, oh hanya lecet melenting. Ternyata blister ini bisa mengakibatkan cedera, ketika seseorang cenderung menambah beban ke kaki yang tidak ada blister, akhirnya kaki tersebut overuse, dan akhirnya cedera deh.
suasana di WS Rumah Adat yang sudah gelap. Kecapekan abis turun dari Anak Dara. Makan woi, makan!! |
Selama Rinjani100 saya membawa 4 pasang kaos kaki PDL TNI, sepasang saya pakai, sepasang ada di vest, dan dua pasang ada di drop bag. Kaos kaki PDL sudah didesain untuk kegiatan lapangan dan terbukti ampuh melindungi kulit kaki dari sepatu PDL yang keras. Harganya lumayan terjangkau, dan banyak tersedia di toko atribut militer/marketplace.
Saya langsung buru-buru makan supaya bisa sesegera mungkin ke pendakian bukit selanjutnya, Nanggi - Pusuk. Hari sudah mulai malam, cahaya matahari sudah tidak terlihat lagi. Saya menerawang langit Sembalun, seluruh puncak bukit yang ada di Sembalun nampak cahaya headlamp, baik dari pelari Rinjani100, maupun pendaki yang menghabiskan malam minggunya. Merinding asli!!
Bukit Nanggi - Bukit Sempana - Pusuk Sembalun (+ 1.169 m)
Perjalanan dari WS Desa Adat menuju titik awal pendakian Nanggi lumayan jauh, melewati perkebunan warga. Karena malam minggu, banyak bertemu dengan pendaki yang akan kemping di Nanggi dan Sempana. Oh ya sejak Anak Dara sampai finish, saya ditemani pelari WNA asal Jepang, Sawa.
Sampai di Puncak Nanggi kami melipir ke Puncak Sempana yang jaraknya lumayan jauh. Tapi jalurnya nyaman sekali. Persis sebelum Puncak Tower Sempana kami bertemu dengan tenda kru Rinjani100 yang membagikan gelang Sempana. Di tempat ini, saya menyusul Umar, pelari yang finishnya bareng tahun lalu. Saya juga menyusul Mas Agung juga yang kondisinya muntah muntah. Saya beristirahat sejenak sambil menikmati segelas kopi panas yang disediakan kru. Kami sampai di Puncak Sempana jam 22:13.
Saya di puncak Sempana 2018 silam. Di belakang sana, siluet cantik Puncak Rinjani ketika senja. Salah satu tempat terindah di Lombok yang gak bakal saya lupa |
Beranjak dari Sempana, saya harus meningkatkan fokus, karena jalur di depan saya berbahaya. Jalur antara Sempana sampai WS Pusuk sangat tipis, kanan kiri jurang. Apalagi saya akan melaluinya masih dalam kondisi gelap dan rasa ngantuk makin kuat. Saat di Puncak Sempana, bulan berwarna jingga tiba tiba muncul dari balik awan di arah kiri, seolah ingin berkumpul bersama bintang-bintang di langit menemani para pelari. Mantap sekali malam ini.
Untungnya marka Rinjani100 jelas dan rapet banget. Salam hormat buat tim markanya Rinjani100 yang menurut saya bahkan TERLALU RAPET. Selama 100km gak pernah pake mode navigasi karena emang sejelas itu jalurnya. Markanya menyala jika terkena lampu senter sehingga kami bisa melihat kontur jalurnya dari kejauhan.
Nah ada cerita lucu saat kami turun Bukit Jaran Kurus melihat cahaya marka yang jauuuuuuh sekali ada di bawah. Kami "apakah kita pakai lift kesana, itu curam sekali ke bawah" 😂😂
Karena memang securam itu jalurnya. Belum lagi ketika uphill lagi, saya sempat terkecoh saat mendongak ke atas melihat deretan bintang-bintang berkilauan, lah tapi kok tersusun rapih satu garis, rasi bintang macam apa ini.
"Ternyata itu marka jalur woii 😭"
Setelah melewati punggungan perbukitan, samar-samar suara kendaraan terdengar jelas. Lampu jalan yang menghubungkan dengan Suela ke Sembalun terlihat. Akhirnya kami tiba di WS Pusuk Sembalun jam 0:24. Saya menghabiskan segelas Pop Mie plus bakso sambil menghangatkan diri dekat kayu bakar, beuh nikmat sekali tengah malam yang dingin makan yang anget anget. Saya bilang ke Sawa si pelari Jepang supaya istirahat 10 menit.
Kami beranjak menuju rangkaian perbukitan Kondo, Lincak dan Telaga. Tempat ini surganya Lombok, epik dan keren. Kalau sudah sampai sini, rasa optimis saya bisa finish under COT makin besar.
Pusuk Sembalun - Loket Pendakian Sabana Propok-Kondo (+ 937 m)
Sabana Propok beratar Gunung Rinjani yang saya abadikan tahun 2018. Fakta menariknya Sabana Propok adalah bekas kawah purba |
Perjalanan menuju loket pendakian Sabana Propok-Kondo melalui jalan aspal menurun sejauh 4 km. Jalan aspal saat itu sangat sepi, sesekali mobil lewat dan orang-orang di dalamnya menyemangati kami. Kami lari lari kecil kadang gantian jalan cepat supaya lutut tidak terlalu overuse. Saya bilang ke Sawa, kalau rute kita di depan ini, the real surganya Rinjani. Kita akan melewati hutan lebat, lalu bertemu dengan sabana indah dengan latar belakang Rinjani.
Anjaaay serasa jadi guide
Kami tiba di Loket Sabana Propok jam 1:25
Sebenarnya, Sawa bisa lebih cepat dari saya. Dan sering juga saya persilakan kalau dia mau lari meninggalkan saya. Tapi dia gak mau, dia butuh teman karena agak trauma dengan rute Rinjani100 yang ekstrim parah terutama di Sempana.Jalur menuju Sabana Propok-Kondo melewati hutan lebat. Akar akar pohon silih berganti memenuhi jalur pendakian. Menjelang Plawangan Propok, vegetasi berganti menjadi rumput-rumput sabana. Rinjani terlihat sangat dekat meski dalam kondisi gelap, lampu-lampu pelari dan pendaki terlihat berderet menjelang summut, sementara sabana Propok berselimut kabut, tenda WS Propok terlihat samar-samar.
Tujuan kami ke Puncak Bukit Kondo, disana ada gelang keempat. Kali ini Sawa gerak di depan saya. Pendakian ke Kondo lumayan curam dengan kanan kiri jurang. Terkadang kami harus berpegangan dengan bebatuan besar yang menghalangi jalur pendakian sempit ini. Sesekali saya bilang ingin istirahat, saat itu juga Sawa menghentikan langkahnya. Nafasnya ikut berat, pertanda dia capek juga sebenarnya 😅.
Sampai Puncak Kondo jam 3:03, kami langsung tancap gas menuju WS Propok. Sabana yang berselimut kabut ternyata dingin banget gaes. Saya lari sambil menggigil , padahal sudah pakai jaket wind proff, sementara Sawa, saya tanya apakah ngerasa dingin, dia jawab enggak, malah ngerasa panas,, SYIIIT dasar orang Jepang. Cahaya lampu tenda WS Propok yang tadinya samar-samar karena kabut akhirnya mulai terlihat jelas. Jalurnya nyaman banget, sama sekali gak menyiksa kaki. Jam 3.31 kami sampai di WS Propok dan kami tidak lama berhenti disini, hanya sekedar mengecap buah dan minum coca cola.
Next lanjut ke WS terakhir, Dandaun.
Sabana Propok Kondo - Bukit Lincak- Dandaun - Telaga - Finish (+ 400 m)
Turunan Bukit Lincak ke Dandaun itu sesuatu sekali hahahaa |
Di puncak Lincak, difotoin Sawa, malah kebakar sinar matahari 😓 |
Bukit yang besar inilah yang bernama Lincak, turunannya terjal sekali gak habis habis. Sabana yang berkabut itulah lokasi WS Dandaun berada |
Foto panorama kawasan Bukit Lincak dan Sabana Dandaun
ALLAH AKBAR, LENGKAP GELANGNYA, TINGGAL PULANG KE FINISH LINE |
Menjelang finish, merah : jalur lama, biru : jalur baru. Jadi lebih panjang 600 meter katanya |
"Sawa, kamu mau lari atau jalan?"
"Jalan cepat saja"
Baik lah,
"Halo Kaki, masih kuat kah? saya pengen finish sambil loncat"
"Amaan bos asal jangan tinggi tinggi"
Sudah saya state di awal, ini pasti berat, tapi Achievable (Foto official) |
Sawaaaa, terima kasih banyak ya. Dia yang menemani saya sejak Anak Dara sampai garis finish, kamu hebat tapi lucu! (Foto official) |
finally finish 33 jam, disambut sahabat-sahabat saya (kiri Mak Iwed, kanan Mbak Evan) ketika dulu bekerja di Lombok |
Urutan 9 dari 27 finisher kategori 100 km |
Kebiasaan, sangat lambat di awal, ngejar di akhir, dari urutan ke 19 sampai ke urutan 9 |
Timeline Rinjani100 kategori 100K kolom Iwan 2025, saya menggunakan catatan waktu Pak David dan Sianti tahun lalu di kategori yang sama |
My Recap, baru nyadar, finisher 3 digit setiap 3 tahun sekali |
Jersey finisher 100 km, merah maroon, desainnya sih biasa aja ya, tapi dapetinnya penuh perjuangan 😅 |
Komentar
Posting Komentar