finish menjelajahi 116 km |
MANTRA116 - Run Somewhere Extraordinary
Selalu ada alasan kembali ke Arjuno
Saya tau ini berat tapi yakin bisa.
Oh ya, jujur keberangkatan saya ke Mantra kali ini antara niat dan gak niat lari. Rencana cuma mau kemping aja,, tapi gimana ya,,
selalu ada alasan kembali ke Arjuno Welirang |
Mantra adalah singkatan dari Malang Trail Running, komunitas pelari trail yang ada di Malang dan sekitarnya. Setiap tahun mereka selalu mengadakan beberapa acara lari yang cukup terkenal yaitu Mantra116. 116 sendiri diambil dari kategori jarak terjauh yaitu 116 km. Selain 116 km ada pula jarak 68km, 38 km, 34 km, 17 km dan yang paling pendek 10 km. Informasi lengkap tentang Mantra116 dapat dilihat di website resminya https://mantra116.id/
profil elevasi Mantra 116km, lumayan menyakitkan |
Tidak sembarang orang bisa ikut kategori terjauh 116 km. Di website resminya, harus pernah menyelesaikan lari trail dengan jarak minimal 70 km atau pernah finish Mantra Trail Race 68 km. Tahun ini saya menggunakan kualifikasi Rinjani100 100 km. Inilah enaknya kalau kita hobi di lari trail. Seluruh catatan perlombaan yang kita ikuti akan terdokumentasi dengan baik, mulai dari jarak tempuh, waktu tempuh, ranking, bahkan status DNF atau Finisher di websitenya ITRA atau UTMB. Kita bisa tau kemampuan pelari lain berdasarkan skor ITRA nya.
Foto panorama Kaliandra berlatar Gunung Arjuno
Menikmati Kedamaian di Hutan Cempaka
Sudah jadi rahasia umum, kalau venuenya Mantra di Kaliandra Resort itu jarang banget ada penginapan. Maka dari itu saya lebih memilih kemping di @hutan.cempaka yang lokasinya persis di sebelah Kaliandra Resort.
kalau bawa tenda sendiri cuma Rp. 25.000/hari |
Kalau bawa tenda sendiri cukup membayar sewa lahan Rp. 25.000 per hari sudah termasuk charger, toilet, tempat sampah. Petugasnya ramah, suasananya sejuk dan nyaman banget. Di kawasan Hutan Cempaka juga ada tempat makan yang harganya cukup terjangkau, buka dari jam 9 pagi sampai jam 9 malam. Seru banget pokoknya.
Kemping di Hutan Cempaka emang seru banget,, jadi males buat lari malah |
menyimak race briefing secara live |
Bekal open trip 116 km, seperti biasa, no gel, lambung saya gak pernah berdamai dengan gel, cukup beng beng, jersey Rinjani100 andalan, udah buluk tapi nyaman |
Drop bag Mantra 2025 yang 116 km ada dua tempat Bukit Kuner dan Wonosari. Ukurannya plastiknya gede banget. Masing masing saya isi cuma sepasang kaos kaki PDL merk Target. Bingung juga mau ngisi apa |
Penjelajahan Arjuno Welirang, Start!!
Tidak ada yang lebih menegangkan selain berada di garis start. Tapi dalam hati sih yakin bisa finish. Mantra tidak seberat Rinjani100. Waktu COT 116km pun achievable banget buat saya. Carbo loading? Nasi instan Naraga TNI 👀 dan tentu saja real food kebanggaan saya,, UBI CILEMBU!!!
Nasi instant, enak, mengenyangkan, dan tinggi kalori!!! terbaik |
foto bareng BPJS Kesehatan runner, hanya Fendi (paling kanan) yang ikut 68 km, sisanya 116 km |
persiapan start |
Gate start/finisihnya Mantra adalah yang paling keren foto : @elphotograph.mlg |
dan paling meriah foto : @elphotograph.mlg |
Kaliandra - Pondokan (+1.669 meter)
jalur paving block selepas Kaliandra Foto : @binkgas |
Sepertinya peserta Mantra kategori 116 dan 68 lumayan membludak tahun ini. Start line terasa penuh sesak 🤣. Beda banget sama tahun 2022, pelari 116 km jumlahnya cuma seuprit. Tahun ini, waktu start pelari 116km dan 68km bareng. Ini yang bikin antrian di jalur sempit menuju WS Pondokan terutama di lembah antara Gunung Welirang dengan Gunung Ringgit. Jalur setapak yang ada jalur pipanya. Antriannya lumayan panjang dan takes time banget. Semoga tahun depan bisa dijeda 1 jam seperti tahun 2022 antara pelari 116km dengan 75km.
Melewati segmen ini masih dalam kondisi gelap. Kanan kiri jalur banyak semak dan ilalang. Teman saya, Desi muntah muntah, sementara Mas Widho bahkan sempat jatuh, kepalanya mentok dahan pohon. Pokoknya di sini harus hati-hati.
Antrian berakhir ketika bertemu makadam di jalur pendakian Tretes. Pelari mulai saling menyusul satu sama lain. Saya masih berusaha menjaga energi karena perjalanan masih sangat jauh. Walaupun istirahat tidur saya sebenarnya cukup, tapi rasa ngantuk masih kerasa berat. Akhirnya saya sampai di WS Pondok Welirang. Saya langsung mengambil semangka dan pisang. Sayang sekali pisangnya udah direbus, padahal lebih enak kalau tanpa direbus ya.
Pondokan - Taman Dewa (+500 meter)
Seperti biasa, saya paling anti berlama-lama di WS. Selesai makan, langsung cus ke Taman Dewa, yang merupakan hutan sentigi, percabangan rute jalur Tretes dengan Welirang - Kembar Satu. Rute makadam yang tadinya bisa dilalui kendaraan roda empat berakhri. Tanjakan menjadi lebih curam, demikian rasa ngantuk saya, makin terasa berat. Saya berjumpa dengan Mas Agung sedang duduk bersandar di pohon, sepertinya beliau ngantuk sekali hahhahha. Sampai juga saya di check point Taman Dewa. Saking gak kuatnya menahan rasa kantuk, saya langsung minta ijin panitia buat tiduran 10 menit di matras mereka. Aaaah nikmat sekali. Pelari di belakang saya mulai banyak yang menyusul, tapi saya gak peduli.
Taman Dewa - Puncak Welirang (+200 meter)
Puas tidur singkat, saya langsung tancap gas menuju Puncak Welirang. Banyak pelari yang sudah balik dari Puncak Welirang. Mereka ngebut sekali, kalau gak hati-hati bisa saling senggol. Mana sebelah kiri saya jurang. Jalur berbatu harus hati-hati kalau gak mau terkilir.
Puas tidur singkat, saya langsung tancap gas menuju Puncak Welirang. Banyak pelari yang sudah balik dari Puncak Welirang. Mereka ngebut sekali, kalau gak hati-hati bisa saling senggol. Mana sebelah kiri saya jurang. Jalur berbatu harus hati-hati kalau gak mau terkilir.
Kawasan Puncak Welirang Foto @febmotion |
Kawasan Puncak Welirang Foto @febmotion |
Mendekati puncak aroma belerang terasa menyengat apalagi kalau habis hujan, asap belerang bisa lebih banyak. Check point Puncak Welirang sama seperti tahun 2019, tidak persis di titik tertingginya. Mungkin karena malam hari ya. Gelang pertama saya dapatkan di sini.
Puncak Welirang - Taman Dewa (-200 meter)
Selesai Puncak Welirang saya kembali turun ke Taman Dewa. Apesnya kepala saya menghantam dahan pohon centigi sampai lecet. Ini karena saya terlalu ngebut turun, gak aware kalau banyak sekali dahan Centigi yang merintangi jalur. Lumayan sakit sampai saya agak sempoyongan. Pusing banget asli. Karena pace melambat, saya persilakan pelari lain mendahului saya. Aiih bisa bisa urutan terakhir ini mah.
Selesai Puncak Welirang saya kembali turun ke Taman Dewa. Apesnya kepala saya menghantam dahan pohon centigi sampai lecet. Ini karena saya terlalu ngebut turun, gak aware kalau banyak sekali dahan Centigi yang merintangi jalur. Lumayan sakit sampai saya agak sempoyongan. Pusing banget asli. Karena pace melambat, saya persilakan pelari lain mendahului saya. Aiih bisa bisa urutan terakhir ini mah.
Foto saya di Puncak Welirang, yang lain dapat foto bagus bagus banget, sementara saya kayak penampakan by @febmotion |
Taman Dewa - WS Sadelan (-60 meter)
Sebelum sampai WS Sadelan saya harus mendaki Kembar Satu yang lumayan terjal. Ya walaupun pedes, tapi tanjakannya pendek sih. Kayaknya hujan yang terjadi beberapa hari sebelum race day, gak sampai turun di kawasan Puncak Arjuno Welirang. Jalur turun ke Sadelan berdebu banget. Nah turunannya ini yang terjal wkwkwkw.
Sebelum sampai WS Sadelan saya harus mendaki Kembar Satu yang lumayan terjal. Ya walaupun pedes, tapi tanjakannya pendek sih. Kayaknya hujan yang terjadi beberapa hari sebelum race day, gak sampai turun di kawasan Puncak Arjuno Welirang. Jalur turun ke Sadelan berdebu banget. Nah turunannya ini yang terjal wkwkwkw.
saat turun ke Sadelan, thanks @ferri_mt2 |
Banyak pelari kepleset hahahah, seru memang. WS Sadelan lumayan ramai. Nah di WS ini pelari dua kategori berpisah. Pelari 68km langsung lanjut ke Puncak Arjuno sementara pelari 116km turun ke WS Cangar. Di sini saya makan buah, roti, minum teh dan isotonik. Tanpa berlama lama saya langsung turun ke WS Cangar melalui jalur pendakian Sumber Brantas.
WS Sadelan - Batas Hutan Jalur Sumber Brantas (-412 meter)
Ternyata pelari 116 km itu sedikit 🤣. Saya turun dari Sadelan sampai dengan batas hutan jalur Sumber Brantas sendirian, pelari di depan maupun di belakang saya lumayan jauh. Lumayan ngeri ngeri sedap. Jalur tanahnya lumayan runable walau di beberapa ada yang licin karena bekas hujan. Di batas hutan saya berjumpa dengan pelari 116km paling depan. Dia sudah naik lagi ke Sadelan 🫠
Batas Hutan Jalur Sumber Brantas - WS Cangar 2022 (-872 meter)
Rute memasuki perkebunan warga. Pemandangan saat itu keren sekali, lautan awan. Dari kejauhan tampak Gunung Buthak dan Kawi. Suasana pagi yang cerah menemani pelarian saya ke WS selanjutnya, Cangar.
pemandangan lautan awan |
Pemandangan di daerah Brakseng, Cangar Lokasi WS Cangar tahun ini beda dengan tahun 2022. Tahun ini lokasinya persis di Sumber Air Panas Cangar. Jarak tahun inipun agak jauh karena ditambahi rute hutan sebelum memasuki area WS.
Di WS Cangar saya menjumpai beberapa teman yang lebih cepat. Ada Mas Robi, Mas Agung, Mas Wiedho dll. Rame pokoknya 🤣. Akibat lokasi WS yang bergeser, pelari sangat disarankan mengisi perbekalan lebih banyak mengingat jarak kembali naik ke Sadelan sangat jauh.
ketemu Mas Roby dan Mas Adit di WS Cangar |
WS Cangar 2022 - Sadelan 2 (+1.291 meter)
Walaupun logistik sudah oke ternyata pengalaman tahun 2022 terulang lagi. Mendaki ke Sadelan tetap melehoy. Berkali kali duduk istirahat. Disalip banyak pelari. Tapi gak papa, saya berprinsip sebelum Puncak Arjuno jangam terlalu dipaksa. Nanti saja kalau sudah turun baru saya gass. Sampai juga akhirnya di WS Sadelan yang kedua kali, saya makan bubur kacang ijo sampai 4 kali nambah. Ketemu Om Sukey juga yang ngasih saya kopi dari Jepang. Nah kayaknya kopi ini nih yang bikin saya ga ada rasa ngantuk sampai finish 🤣 Banyak pelari yang tadi menyusul saya berhenti lumayan lama di WS Sadelan.
Sadelan 2 - Puncak Arjuno (+339 meter)
Beranjak dari WS Sadelan saya menuju Puncak Arjuno yang merupakan titik elevasi tertinggi rute Mantra. Cuaca sangat mendukung sekali, agak berawan, sehingga tidak terik sinar matahari. Suasana hutannya asik banget, pohon pohonnya indah. Memasuki Alas Lali Jiwo jalur mulai menanjak terjal.
suasana menuju Puncak Arjuno |
Perjalanan ke Puncak Arjuno ini bener bener PHP. Perasaan sudah sampai puncak ternyata di depan masih ada puncak lagi.
Check point puncak Arjuno seperti biasa, gak di titik tertingginya (Puncak Ogal Agil). Saya ketemu Fadhil, FG Official Mantra, teman saya kemping terakhir di Kaliandra. Dia sudah naik ke Puncak Arjuno sejak hari Jumat dan baru turun Minggu, gokil. Setelah Lapangan Kotak ada percabangan ke jalur kategori 38 km ke kiri, kalau Puncak Arjuno ke kanan.
di CP Puncak Arjuno, thanks @naufalzakiyan |
foto saya di Puncak Welirang, thanks @fadhlimotret |
sebagai kompleks gunung, kawasan Puncak Arjuno - Welirang emang bener-bener keren sih |
Foto panorama Puncak Arjuno
Puncak Arjuno - WS Kebun Teh Kuner (-2.183 meter)
Nah segmen ini nih yang paling menantang. Elevasinya anjlok parah. Jalur turunan terjal melintasi rute pendakian Arjuno via Lawang. Sisa sisa hujan beberapa hari lalu membuat di beberapa titik jalur menjadi licin. Saya beberapa kali hampir kepleset.
turun Arjuno lewat jalur pendakian Lawang |
melintasi semak semak pakis, hati-hati banyak kayu melintang wkwkwkk |
Pos Gombes Jalur Lawang |
Di pos Mahapena ada tenda panitia juga jadi aman deh gak ngerasa sendirian. Saya lanjut ke Bukit Pagerwatu, nah di sini yang masih ada sisa ke999erian MSC 2022. Jalur terjal berumput yang waw banget. Beberapa kali saya terjatuh sampai menghantam batu. Saya liat pelari di depan saya pun sudah gubrak gabruk gak karuan 🤣🤣. Jalur tanahnya banyak bekas sepatu terpeleset. Bekas inilah yang haram dipijak kalau gak mau kepleset. Tapi pemandangan di sini keren banget euy, padang sabana yang dikelilingi perbukitan.
Menuju bukit Pagerwatu |
menerabas sabana rumput |
pemandangannya epic |
FG nya gak ada |
Setelah Pagerwatu selanjutnya adalah masuk kawasan perkebunan teh Lawang. Jalurnya beuh gak kalah mematikan, bekas motor trail. Tau kan, jalur tanah yang ditengahnya cekung karena tergerus roda. Fisioterapis bahagia melihat jalur ini. Saya gak berani lari, karena takut ankle cedera. Jalurnya juga licin banget. Saya melihat bekas kepleset banyak sekali di jalur ini 🤣🤣 banyak korban juga ternyata.
Dan akhirnya saya pun jadi korban. Saya terpeleset dan bagian tubuh antara ketiak kanan - pinggang menghantam batu. Beuh rasanya sakit sekali, untung cuma lecet dan memar, tapi paru paru rasanya ikut kehantam. Badan ngepas banget masuk bekas roda motor kayak jenazah mau dimakamkan, tinggal dikubur aja. Bangke emang.
Memasuki kebun teh, jalur juga masih gak nyaman, batu batu gak jelas. Kalau jalur makadam batunya kan anteng terpendam ya, ini batu-batunya berserakan. kendaraan macam apa yang mau lewat kebon teh ini anjir. Tapi pemandangan kebun tehnya oke sih, sepi syahdu, WSnya pun enak, rasanya pengen tidur lama di sini. Tapi jalurnya maut 🫠.
WS Kebun Teh Kuner - Budug Asu (+344 meter)
Akhirnya sampai juga saya di WS Kuner, di sana saya ketemu lagi sama Desi dan sampai finish kami selalu bareng. Di sini ada Drop Bag, saya langsung ganti kaos kaki. Beranjak dari WS Kuner kami berdua lanjut ke Budug Asu. Setelah dimanja dengan turunan Puncak Arjuno rute kembali menanjak sampai di Budug Asu. Kami bareng Hariri yang sedang bertugas menjadi sweeper kategori 68. Dia menyisir pelari 68 supaya DNF karena melewati batas waktu.
Budug Asu - UB Forest (-235 meter)
Jalur ini panjang sekali dan berkelok kelok, 14 km melintasi jalur hutan Tahura Raden Surjo sampai UB Forest. Gak ada yang bisa diceritakan selain rasa bosan. Memang jalurnya berupa tanah dan datar, tapi bosan asli. Bagi yang suka rute datar di sinilah tunjukan pesonamu, tapi kami bener bener muak. Walaupun pemandangan hutannya bagus tapi yaa membosankan, karena panjang sekali segmen ini. Saya sama Desi pun fartlek di sini setiap ketemu marka. Sampai WS UB Forest sudah malam plus kabut. Saya ketemu Om Rifki, podium 3 Rinjani100, wah pasti trouble nih beliau, gak mungkin bisa kesusul saya. Ternyata bener, kakinya dia bermasalah, wah wah. Tahun lalu mas Fauzi Imdadur juga DNF di UB Forest gara-gara kaki keseleo.
UB Forest - WS Kebon Teh Wonosari (-300 meter)
Jalur ini sama saja kayak segmen sebelumnya, pararel atas dan bawah. Hanya saja segmen UB forest ke Wonsoari melewati beberapa perkampungan, kandang peternakan ayam Wonokoyo yang baunya menusuk hidung, dan tentu saja hutan 🤣🤣🤣.
hampir mengitari peternakan pembibitan ayam Wonokoyo yang katanya terbesar di Indonesia |
Jalurnya becek bekas hujan dan males banget buat dilariin. Di WS Kebun Teh Wonosari saya makan banyak disini juga lokasi drop bag, saya ganti kaos kaki lagi. WS nya di dalam gedung besar, banyak pelari yang tidur dan fisio juga di sini.
jalurnya jancoook kok |
WS Kebon Teh Wonosari - WS Tambak Watu (-101 meter)
Selepas kebun Teh Wonosari jalur melintasi beberapa desa. Masuk lembah sungai, masuk desa lagi, wkwkwkwk kerasa gak ada habisnya. Markingnya agak kurang rapat ya di segmen ini. Kalau gak liat track log bisa bisa nyasar. Jalurnya sebagian besar beton, tanjakan turunan kalau lewat sungai yang memisahkan punggungan bukit. WS selanjutnya adalah Tambakwatu yang merupakan lokasinya ada di salah satu basecamp di jalur pendakian Arjuno via Purwosari.
WS Tambak Watu - Pos 2 Tampuono (+531 meter)
Rute ini full beton 🤣, menanjak perlahan dan membuat lelah. Jalur betonnya lumayan panjang 4 km. Aroma dupa mulai menusuk hidung di beberapa titik. Jalur pendakian Purwosari memang dikenal dengan jalur spiritual. Apalagi kalau malam satu suro, ramai banget dengan para peziarah. Selepas Pos 2 Tampuono jalur semen berakhir berganti dengan jalur pendakian memasuki hutan.
Pos 2 Tampuono - WS Candi Sepilar (+ 478 meter)
Inilah gongnya, hahaha jalur sepanjang 2 km yang menanjak curam dan agak berbatu. Tapi bagi saya yang sudah dua kali kesini membawa carrier, rasanya kok biasa saja ya, nanjaknya masih manusiawi. Tanjakan ini biasa dilewati peziarah yang sudah sepuh juga, mereka kuat kan? Jalur menanjak di segmen akhir inilah yang bikin banyak pelari kesel 🤣 TANJAKAN PAMUNGKAS.
Candi Sepilar |
Bahkan si Desi sampai nangis kejer di sini, bangsat emang 😂. Maksud saya, tahan dulu nangisnya, ini tempat keramat cuy,, apa gak insecure penunggu di sini. Banyak pelari yang turun juga pada ngeh si Desi nangis, anjir kayak gw abis ngapa ngapain dia 😭. Tapi tenang aja, dia nangis lebih ke mental aja sih. Fisik dia aman, makanya berani saya 'paksa' harus finish. Dari Budug Asu dah minta DNF, yo jelas gak bakal saya kabulin 🤣🤣🤣. Jangan jadi donatur Mantra secara cuma cuma. Selesaikan ini, terus ambil medali 💥💥💥💥🤘🤘
Patung Dwaraphala
Di segmen inilah ada spot ikonik Patung Dwarapala yang letaknya antara WS Makutoromo dengan Candi Sepilar.
Saya bertemu dengan para OBK, Orang Baik dan Keren, istilah lain volunternya Mantra. Ada Mas Agiets, Faisal, Mas Totok dan lainnya, mereka sahabat saya dua tahun berturut-turut jadi OBK disini. Ah Kangen sekali pokoknya sama mereka, tahun depan ya saya join di sini lagi.
ngerumpi dulu di WS Sepilar, si Desi udah gak nangis lagi 😅 |
pamer ada Starlink wkwkwk dulu kalau nyari sinyal harus nongky di pinggir jurang dulu |
Oh ya tahun ini posisi pengambilan gelang konsisten di Candi Sepilar. Tahun lalu karena faktor hujan dan ramainya orang beribadah, pengambilan gelang ada di WS Makutoromo.
WS Candi Sepilar - Kaliandra
Selepas dari Sepilar saatnya downhill menuju Puthuk Lesung, Puthuk Elang dan Finish line di Kaliandra. Yang ngeselin nih ya, begitu sampai Puthuk Lesung pelari harus nanjak lagi ke Puthuk Elang 🤣 anjir, kalau dulu kan langsung bablas turun ya lewat makadam tembus Taman Safari Prigen. Mana jalur makadamnya masih fresh baru dibuat, jadi batu batunya terasa nonjol sekali.
Puthuk Elang ke Kaliandra melewati rute makadam yang panjang sekali, 3-4 km apa ya sampai Taman Safari Prigen. Seru sih walau kaki rasanya kayak mau copot 👀.
Memasuki Kaliandra, seperti biasa dibuat nyiksa dulu lewat jalur tanjakan samping resort, melewati nursery, tembok dan tembok ratapan.
Akhirnya saya finish jam 6.27 pagi. Moment finishnya agak awkward karena ditonton peserta 10 km dan 17 km yang sedang bersiap siap start.
Kaki aman, sendi aman, semua aman, definisi finish strong!!! |
yeah finish |
Hasil menjelajah 116 km |
Toentas!!! |
Hospitality OBK Mantra luar biasa, mereka ramah, tidak kenal waktu tetap melayani pelari yang mulai kepayahan. Makanan di WS enak enak, banyak variasinya, dan bebas nambah sepuasnya. Marking sesuai dengan track log GPX yang mereka sediakan, perubahan rute dijelaskan cukup detail saat race briefing.
Bagi pelari yang hanya ingin sekedar finish sebelum COT, pemandangan Arjuno Welirang sudah sangat mewah. Btw ngurus pendakian Arjuno Welirang ini ribetnya bukan main, web registrasinya gak asik, jalur pendakiannya sering tutup dan durasi tutupnya lama banget. Dah gitu kalau bawa kamera kena tarif mahal, Jadi supaya bisa mendaki Arjuno sekaligus Welirang dengan mudah dan legal, ya ikut Mantra minimal kategori 68 km. Atau bisa ikut 38 km untuk Welirang & 34 km untuk Arjuno. Udah dapet hoddie, foto, makan disediakan, jalur dimarking, kalau sakit ada medisnya, kalau finish under COT dapat medali.
Oh ya sebagai pelari yang pernah merasakan rute 116 km versi original, rute Mantra kali ini lebih manusiawi. Tahun 2022 saya merasakan jalur bypass Mahapena ke Budug Asu yang lumayan berbahaya, karena cuma rumput yang dirobohin, jangankan manusia, kijang pun males lewat situ. Saat itu belum ada COP Puncak Arjuno jam 3 sore, jadi pelari masih bisa lewat Puncak Arjuno pas malam, ini bahaya banget karena ada beberapa persimpangan salah satunya ke jalur Purwosari maupun ke Lincing.
Rute original tahun 2022 juga dibelokin ke Candi Telih dan ini nambah elevasi lumayan, jalurnya juga busuk banget, bekas motor trail, Waktu itu ada dua pelari yang bypass langsung ke Budug Asu tanpa ke Candi Telih. Kok bisa tau? Karena saya nyalip mereka dua kali, untung mereka DNF 👀.
Selain itu pelari rute original harus nanjak lagi ke Mahapena lewat bukit Lincing setelah mencapai WS Wonosari 😂, ini rasanya kayak "Serius gw dinaikin lagi, napa gak sekalian aja sampe Puncak Arjuno", ini yang bikin elevasi gain Rute Original bisa sampe 8000 meter.
Rute 2025 juga menghapus WS Mbah Kamad yang aneh itu. Bayangin ya, udah sampai Puthuk Lesung terus turun ke Mbah Kamad, dinaikin lagi ke Puthuk Lesung 💩💩💩💩💩, siang siang pulak!!
Pokoknya terima kasih banyak buat tim Mantra yang sudah bikin rute 116 km menjadi lebih nyaman!
Perbandingan Rute 2022 (merah) vs 2025 (kuning)
Download tracklog GPX strava saya (direkam menggunakan Amazfit T-Rex 3)
Dibalik suksesnya Mantra116 tahun 2025 ada sedikit catatan dari saya:
- Waktu start Pelari 116 km dengan 68 km sebaiknya dijeda satu jam supaya tidak terjadi penumpukan di jalur pipa sebelum percabangan dengan jalur pendakian Tretes.
- Marka di beberapa tempat kurang rapat. Di kawasan puncak Arjuno masih dijumpai marka lama yang warnanya sudah pudar.
- Untuk makanan sebaiknya pertahankan Pop Mie daripada Mie Gelas, kurang kenyang 😅.
- Fotografer official sepertinya tahun ini lebih sedikit jumlahnya, semoga tahun depan bisa bertambah, atau bisa berpartner dengan aplikasi pihak ketiga.
- Jalur Budug Asu - UB Forest - Wonosari sangat membosankan, kurang menantang, dan terasa hanya untuk penggenap jarak 116 km. Jarak antar WS pun lumayan panjang, meski ada WS bayangan sih. Bisa lah tahun depan diganti ke Gunung Buthak 😅 atau Penanggungan
Video ala ala open trip Arjuno Welirang sejauh 116 KM
WS Cangar ke Brakseng
Komentar
Posting Komentar