Berpetualang Sejauh 80 KM di Gunung Lawu - Siksorogo Lawu Ultra 2023

Setahun lalu, melihat mereka berlari di Gupakan Menjangan kok pengen ya

Akhirnya memantapkan diri ikut Siksorogo Lawu Ultra (SLU) 2023. Supaya lewat sabana Gupakan Menjangan lagi, saya memilih kategori 80 km,  kategori terjauh Siksorogo tahun ini. Supaya persiapannya maksimal, saya cuti kerja empat hari 😁 jarang jarang lho saya cuti selama ini buat lari.

Btw, Siksorogo Lawu Ultra adalah event lari trail alias lari lintas alam yang diselenggarakan sama komunitas Siksorogo (Nyiksa Badan 😂). Rute SLU ada di kawasan Tawangmangu, Gunung Lawu, dan Kemuning, Karanganyar Jawa Tengah. Tagline SLU yang sangat ikonik #CapekItuApa

Dari Jakarta saya naik kereta ke Stasiun Purwosari, lanjut ojek ke Terminal Tirtonadi, dan naik bis ke Tawangmangu

Sampai Terminal Tirtonadi hujan deres gaess,, nunggu reda sambil makan Mie Ayam

Suasana di dalam bus Solo - Tawangmangu

Dari Terminal Tawangmangu saja ngojek online sampai Sekipan

Gunung Lawu nampak saat saya menunggu hujan di Terminal Tawangmangu. Besok semoga saya bisa sampai ke puncaknya. Amiiin. 

 Seperti biasa, untuk akomodasi saya lebih memilih kemping. Kebetulan venuenya Siksorogo masih di Bumi Perkemahan Sekipan yang di kelilingi perbukitan. Tempatnya bagus banget, fasilitasnya lumayan lengkap, ada tempat makan, toilet, bahkan colokan listrik yang nempel di pohon pinus. Mantap bukan!!

Syahdu gaes, buat kemah di tempat ini cukup bayar Rp. 25.000 perhari (tenda saya bawa sendiri

bisa relaksasi dulu sebelum menghadapi 80 km

Jam 9 pagi saya langsung ke venue buat ambil racepack dengan syarat melengkapi mandatory gear. Saya kelupaan kalau salah satu syaratnya surat keterangan sehat. Untungnya panitia menyediakan pemeriksaan kesehatan cukup bayar Rp. 30.000

wajib dibawa saat lari 80 km, jangan coba main main sama mandatory gear ya

Rute dan Grafik Elevasi Kategori 80 km

Race Day

Pelari kategori 80 km mulai jam 6 pagi. Saya bangun jam 4.30, bongkar tenda, packing dan titip tas ke penginapan temen. Untungnya cuaca gak hujan bahkan cenderung cerah. Buat orang yang gak tahan dingin kayak saya, kondisi ini lumayan nguntungin lah. 

Grogi gaes,, pesertanya ngeri ngeri semuaaaaaa 😁 semoga gak jadi yang paling akhir finish nya 

Menit menit menjelang petualangan 80 km, jelas saya gak keliatan, wong ada di paling belakang

😁
Tepat jam 6, petualangan sejauh 80 km dimulai. Pokoknya kalau berawal dari Tawangmangu harus diakhiri di Tawangmangu juga, alias harus finish sehat!!

GASSSSSS

Yeah keliatan walau paling belakang & ngeblur 😂

Segmen 1 : Sekipan - Bukit Jobolarangan

Selepas dari Sekipan, jalur tergolong landai melewati hutan pinus dan perkebunan warga. Tapi dibeberapa bagian tanjakan & turunannya curam juga sih, terutama kalau melewati lembang sungai. Karena perjalanan baru di awal dan pamungkasnya (Gunung Lawu) masih  jauh, saya gak mau tergoda buat ngegas lari, cukup jogging kecil. Heart rate bener bener diperhatikan, jangan sampai jedag jedug dulu. Belajar banyak di Rinjani100 2023, saya jaga betul supaya kaki gak kram atau keseleo. Karena kalau udah kram, waaah, ya wassalam. Bagian yang terberat adalah pendakian ke puncak Bukit Jobolarangan, wkwkwkkww bener bener nguras energi. Bahkan kalau dilihat peta elevasi, tingkat kecuraman Bukit Jobolarangan ini lebih parah daripada ke Puncak Lawu. Gak nyangka, bukit yang kelihatan kecil kalau dilihat dari Gunung Lawu lumayan bikin kaki nyut nyutan. Karena saya gak bawa Trackpole, akhirnya saya pakai kayu, karena emang seperlu itu.

Pemandangannya bagus banget

Cuacanya cerah pagi itu di daerah Mberuk, nah bukit di belakang saya itulah yang namanya Jobolarangan 💀💀

Segmen 2 : Bukit Jobolarangan - WS Tlogodringo

Setelah ancur ancuran nanjak di Jobolarangan, saatnya downhill tipis tipis ke Bukit Mongkrang. Asli pemandangannya bagus banget. Gunung Lawu keliatan dari kejauhan. Jalurnya juga enak, mirip Bukit Pergasingan. Banyak anak-anak ABG  & peserta SLU yang start hari Minggu naik ke Mongkrang. Pertemuan dengan peserta kategori 50 km ada di segmen ini.

Bukit Jobolarangan dan Mongkrang yang harus saya lalui, foto diambil dari Puncak Lawu

Tongkat kayu, kayak lagi angon bebek 

di WS Telogodringo ketemu Habsy, yang pernah nemenin saya naik Lawu pertama kali. Sempet ngerengek pengen DNF disini, tapi dicegah sama dia 😂

Oh ya, karena pernah mendadak hilang energi pas Mantra116 tahun lalu, di SLU saya selalu makan, makan dan makan 😅 kalau mampir di WS. Malah di WS Tlogodringo, saya sampai minta nasi sop porsi besar, supaya kuat pas nanjak Lawu. Pokoknya kalau trail, logistik adalah kunci, walau otak menolak makan, tapi harus dipaksa, supaya gak meletre di tengah gunung.

ini sih wajib, mengandung kalium, yang bikin anti kram

Walau lauk sopnya seuprit, nasinya harus buanyaaaak

Walaupun di depan ada WA, saya selalu penuhin bekal air. Pernah ada kejadian di suatu acara trail, air minum di WS habis 😁

Segmen 3 : WS Tlogodringo - Gunung Lawu

Nah, segmen ini yang paling berat karena harus mendaki Gunung Lawu. Jalur pendakian yang dilewatin adalah Cemoro Kandang yang sebenarnya lebih friendly daripada Cemoro Sewu. Tapi tetep aja, bagian paling nguras energi ya di sini.  Semakin banyak ketemu peserta kategori 50 km, suasana jadi rame hehe. Di beberapa titik bahkan harus ngantri bergantian buat naik jalur yang agak sempit. Berhubung batas waktunya masih saya rasa aman, so gak perlu ngepush banget buat  naik Lawu, nikmatin aja laah pakai mode pendakian. 

Oh ya, alasan saya gak pakai track pole, karena sering banget ilang terutama pas mampir di WS. Dari pada berat beratin bawaan & rugi bandar (trackpole bagus itu mahal) saya mending pake tongkat kayu.

Ketemu teman kantor yang ikut kategori 50km, lagi duduk selonjoran sender di pohon 😂

 

Naik naik ke Gunung Lawu, tinggi tinggi sekali, sampe melet melet. Kayu yang saya pake di Jobolarangan ketinggalan di WS  Tlogodringo😂 untung nemu kayu yang proper di Pos 2 Cemoro Kandang

Menjelang Puncak Lawu, mulai turun gerimis. Karena males basah-basahan, saya langsung pakai jas hujan. Baru jalan sebentar, ada Mas Sukey, fotografer handalnya Mantra yang jadi volunteernya SLU, wkwkwkkwk.. 

Menjelang Puncak Lawu. Fotografer udah oke, tapi modelnya malah kebungkus plastik kresek

Oh ya sampe Puncak Lawu saya gak mampir ke Tugu Hargo Dumilah, karena bener bener udah gak mood buat foto foto ngeluarin HP. Langsur melipir ke bawah supaya bisa cepat sampe ke WS berikutnya di Candi Cetho

Sampe depan Warung Mbok Yem. Bareng Mas Robbi, Delta Runners, temen pas nanjak di Lawu

Melewati Pasar Dieng Gunung Lawu, area datar di antara Puncak dengan Gupakan Menjangan

Nah ini bagian yang paling saya suka dari SLU, Padang Sabana Gupakan Menjangan, area datar di Gunung Lawu yang ditumbuhi rumput dengan pemandangan ajib. Sayangnya pepohonan di sekitar Gupakan Menjangan ikut kena kebakaran hebat beberapa waktu lalu. Tahun lalu saya jadi volunteer disini sendirian. Fotoin peserta lari, dan itu sangat membosankan 😂 karena jeda antar pelari bisa sampai 45 menit. Nah kalau sekarang, lebih ramai karena peserta kategori 50 km dan 80 km relatif bersamaan sampai ke Gupakan Menjangan. 

Sampai di Gupakan Menjangan, sayang sekali, sabana sekeren ini harus terkena dampak kebakaran

Spot lain yang gak kalah keren adalah Bulak Peperangan semacam lorong angin yang diapit dua bukit

Dari Gupakan Menjangan, lanjut downhill jalur pendakian Candi Cetho. Kabut putih pekat menemani sepanjang perjalanan. Banyak yang tergoda ngebut terutama peserta kategori 50km karena mengejar batas waktu COP di WS Candi Cetho. Banyak yang terjatuh karena jalur licin bekas kena hujan. Kalau saya alasan ngebut supaya sampai WS Candi Cetho sebelum gelap. Ngeri euy malem malam di tengah hutan. Oh ya di WS Candi Cetho tempat peletakan Drop Bag. Di sini saya ganti jersey & kaos kaki. 

Ketemu sohib saya, Nizar peserta Kategori 50 km di WS Candi Cetho. Awas yo cuk nek DNF maneh!!!

Ketemu juga Bang Idham, si hobby nongkrong sampe DNF di SLU tahun lalu

Segmen 4 : Gunung Lawu - Kebun Teh Kemuning -WS Pancot

Segmen ini gak berat sebenernya, tapi sangat sangat menjengkelkan. Harusnya bisa menikmati pemandangan indah kebun teh Kemuning dengan latar Gunung Lawu. Ini terjadi kalau saya bisa sampai sini masih siang. Jalur kebun teh basah kena hujan dan licin. Beberapa kali hampir jatuh. Belum lagi dibuat kaget karena ngeliat pocong, ternyata pas disenter, itu daun pisang lagi kena angin, jigur tenan. Segmen 4 ini rawan cedera lutut karena banyak jalur yang di cor. 

Jalur kebun teh kemuning, kalau siang

Jalur kebun teh kemuning, kalau siang

Setelah kebun teh, melewati hutan pinus. Karakteristik jalurnya mirip segmen pertama, naik turun tapi gak terlalu pedas. Hutannya cukup lebat dan menyeramkan, sampai harus lari lari ngejar pelari di depan saya supaya ada barengan 🤣 Setelah hutan, kembali lagi lewat perkebunan warga, dan tanjakan Pancot yang legend itu. Tapi karena waktu udah gelap saya gak terlalu merasakan pedesnya Pancot hehehe tapi emang lumayan bikin kaki pegel sih. Akhirnya saya sampe di WS Pancot, WS terakhir sebelum Finish.

Tanjakan Pancot pas siang, hahahaa bagian paling menakutkan semua kategori di SLU

Segmen 5 : WS Pancot - Finish Line

Dari Pancot gak terlalu jauh sebenernya menuju finish line. Kondisi badan tiba-tiba makin fit, pegel di kaki lenyap. Saya manfaatkan kondisi ini buat jogging tipis tipis. Masuk area Sekipan, tinggal 10 menit lagi jam 24:00. Target ambisius saya sebenernya bisa finish sebelum hari berganti. Saya manfaatkan kesempatan ini buat lari. Tapi apa daya, jalur menjelang finish line itu nanjak gaess. Akhirnya terpaksa jalan kaki lagi. 
Sampai di finish line 23:56, empat menit sebelum hari berganti, enam jam sebelum Cut Off Time. Saya ada di urutan 19 dari 73 finisher kategori 80 km. Bisa menyelesaikan 80 km selama 17 jam 56 detik dari batas waktu 24 jam. 

Yeaah finish, akhirnyaaaa selesai juga 80 km

Yeaaaaah akhirnya finish!!!!!!!!!!!!!!!

80 KM DONE SESUAI TARGET

Saking capek & ngantuknya, saya langsung ke penginapan temen. Gak ada foto pake medali sama sekali hahahaha,, yang penting fnish dengan sehat dan selamat. 

Review 

Boleh dibilang Sikorogo 2023 ini acara trail run yang oke banget buat diikutin. Panitianya kebanyakan dari komunitas Siksorogo yang udah paham banget lah event trail yang baik itu kek gimana. 

Sepanjang rute 80 km pun mayoritas runable, ya kecuali saat menggapai pucuk pucuk gunung aja 😁. Rute yang rada membahayakan justru pas turun Lawu sepanjang jalur pendakian Candi Cetho, apalagi kemarin sempat hujan, licin banget. Belum lagi jalurnya banyak akar pohon, rawab nyungsep. 

Yang keren dari Siksorogo Lawu Ultra 2023 : 

1. Pilihan kategorinya banyak mulai dari 7 km, 15 km, 30 km, 50 km dan 80 km
2. Waktu COTnya manusiawi untuk yang kategori 80 km
3. Penyelenggaraannya rapih, volunteernya ramah banget, saya tau kalian capek, tapi tetep profesional
4. Pilihan makanan & minuman di WS sesuai selera saya hehehe
5. Fotografernya oke banget, walaupun banyak fotografer komersil (Fotoyu) tapi fotografer official ada di spot-spot terbaik Gunung Lawu
6. Marka rapet, bahkan di daerah rawan nyasar seperti perkampungan yang banyak persimpangan, marka SLU tetep eye catching. Pokoknya di SLU jarang banget saya ngecek rute GPX di HP. 
7. Pemandangannya juara mau kategori berapapun

Yang masih jadi  catatan:

1. Penataan drop bag khususnya di WS Candi Cetho bisa lebih rapi lagi. Beberapa volunteer butuh waktu lama buat nemuin dropbag pelari karena nomor drop bag nya gak berurutan.
2. Minuman favorit saya, Coca Cola abis di beberapa WS, mungkin karena WSnya gabung sama yang kategori 50 km, jadi pas dateng udah kehabisan.

Karena sudah ngerasain kategori terjauh, kayaknya tahun depan enakan kamping di Gupakan Menjangan lagi.