Dua Malam di Gupakan Menjangan (Tribute To Mas Saiful)


Ini adalah kali kedua saya ke Gunung Lawu. Yang pertama saya trail run dari Cemoro Kandang - Puncak - dan turun jalur Cemoro Sewu. Pendakian kali ini adalah salah satu wishlist di tahun 2022, menghabiskan cuti tahunan (yang sebenarnya  masih tetep tersisa) sambil menikmati sabana Gupakan Menjangan yang berada di jalur Candi Cetho. Waktu pendakian saya atur sedemikian rupa agar bertepatan dengan acara Siksorogo Lawu Ultra (SLU) di awal Desember 2022.

Sempat dikontak Kang Bison, salah satu sport fotografer handal dari komunitas Siksorogo, apakah bersedia menjadi panitia dokumentasi. Jujur saya masih belum siap, karena masih awam sekali soal sport fotografi. Fotografi genre ini memang gak bisa sembarangan, banyak teknik yang harus dikuasai, dan gearnya harus benar benar oke. Sementara saya, hahaha, belum pernah pengalaman sama sekali jadi fotografer resmi dalam suatu acara.

Jawaban saya saat itu, 
"Gak papa mas saya ikut nimbrung foto, saya sekalian mendaki aja, nanti hasil foto tak setor ke sampean ya"

Pendakian pun dimulai!!!

Dari Jakarta saya naik kereta ke Solo, lanjut ke terminal  Tirtonadi saya lanjut naik bis ke Tawangmangu. Beruntung masih ada bis di sore hari sekitar jam 5. Saya turun di Terminal Karangpandan dan lanjut naik ojek ke Basecamp Andika Rahayu Candi Cetho. Tarif ojeknya Rp. 60.000 dengan rute perjalanan yang lumayan jauh dan nanjak. 

Ngeteng adalah jalan ninjaku

Dari kawasan Candi Cetho bisa menyaksikan pemandangan lampu kota Surakarta

Saya akui, acara SLU ini benar benar well prepared. Bahkan 2 bulan sebelum acara panitia mulai cek cek jalur. Kang Bison sendiri menawarkan saya supaya bisa beristirahat di penginapan panitia daerah Kemuning terlebih dahulu sebelum mendaki. Namun berhubung jaraknya cukup jauh dari pos pendakian Candi Cetho, saya memilih langsung menginap semalam di basecamp saja supaya lebih praktis. 

Test rute 80 KM dulu, ketemu bocil bocil SD

Foto aerial perkebunan sayur warga sekitar basecamp Cetho, peserta SLU kategori 50km dan 80km lewat jalur ini

Basecamp Cetho berlatar Gunung Lawu, yang akan dilewati peserta SLU kategori 50km dan 80km 

Foto Aerial kawasan Candi Cetho berlatar Lawu

Hari Jumat pagi saya memulai pendakian. Jalurnya lumayan enak, tidak terlalu terjal, karena memang Candi Cetho adalah salah satu jalur pendakian terpanjang ke Puncak Lawu mencapai 9 KM infonya. Karena hari Jumat, tidak terlalu banyak pendaki yang naik. Saya adalah pendaki kedua. 
Oiya saya sempat tertahan di Pos Registrasi Jalur Pendakian Candi Cetho karena Solo Hiking memang tidak diperkenankan. 
Sempet ketahan di pos registrasi , ya itung-itung istirahat dulu

Tapi untungnya panitia sigap menelpon pengelola pos registrasi kalau saya adalah bagian dari volunteer sehingga diperbolehkan mendaki seorang diri. 

Di bagian awal jalur pendakian Candi Cetho, melewati beberapa candi dan kolam pemandian. Nah ini yang bikin vibes pendakiannya rada rada horor, apalagi saya sendirian, hahaha. Di Pos 3 Saya bertemu dengan rombongan pendaki alumni Mapala Teknik UI yang terdiri dari bapak bapak. 

Pos 2

Di Pos 4, hujan mengguyur cukup lebat. Saya berteduh di bangunan pos yang dinding dan atapnya adalah seng. Karena hujannya cukup lama, akhirnya saya mengubah rencana yang awalnya mendirikan tenda di Gupakan Menjangan jadi menginap di Pos 5 Bulak Peperangan.

Tenda saya warna orange di Pos 5 Bulak Peperangan

Suasana malam (Jumat malam) di Bulak Peperangan sangat mencekam, kilat dan petir datang bersahutan, dan akhirnya hujan deras kembali mengguyur. Waaah gak kebayang, jalur pendakian yang tadi saya lewatin, gak hujan aja udah licin apalagi ditambah hujan, tambah seru pasti buat pelari SLU, hahahahha. Dengan kondisi cuaca yang ribut di luar, akhirnya saya berhasil tidur nyenyak. 

Saya terbangun sekitar jam 4 pagi. Ketika pintu tenda dibuka, suasana sekitar masih berkabut. Terdengar samar-samar rombongan pendaki alumni Mapala UI tadi sedang bersiap-siap untuk summit. Saya pun ikut bergabung. Oh ya mereka pakai jasa porter, jadi semakin rame suasananya. 

Persiapan Summit

Jam 5 pagi, kami berangkat. Di bulan Desember cahaya matahari mulai menampakan diri lebih awal. Kami tidak perlu senter lagi karena kabut mulai menghilang dan cahaya matahari sudah mulai nampak. 

Sampailah kami di Padang Sabana Gupakan Menjangan. Luar biasa keren, salah satu sabana terindah yang pernah saya jumpai. Di sabana ini kami sempat melihat beberapa menjangan yang loncat loncat menjauhi kami. Saya sempat main Drone di sini. 

Selfie pake drone dulu, berlatar Sabana Gupak Menjangan


Suasana padang sabana Gupakan Menjangan

Foto panorama Gupakan Menjangan

Selanjutnya kami menuju Pasar Dieng. Disini terdapat beberapa sisa sisa reruntuhan bangunan sejarah. Banyak persimpangan di sini. Rawan nyasar. Untungnya marka SLU cukup rapat, saya tinggal ngikutin aja

Pasar Dieng, tampak marka SLU dan puncak Lawu di ujung sana

Akhirnya saya tiba di Puncak Lawu. Cuaca cerah dan diselingi kabut. Belum ada pendaki lain selain rombongan kami. Setelah berfoto foto ria kami pun turun.

yeay bisa ke puncak Lawu lagi

Mampir di Mbok Yem dulu makan nasi pecel yang rasanya hmmmmm tau lah ya

Sebelum kembali ke tenda, saya mengambil stok air di Sendang Drajat yang ada di jalur pendakian Cemoro Sewu karena masih bermalam 1 kali lagi sampai minggu pagi.  Sementara rombongan Bapak-bapak tadi pulang hari ini. Genangan air yang biasanya ada di Gupakan Menjangan kondisinya kering karena hujan turun tidak konsisten.

Sampai di Bulak Peperangan, saya langsung packing tenda dan bergeser ke Gupakan Menjangan. Tenda saya berada di sekumpulan hutan cemara dan menghadap padang sabana Gupakan Menjangan yang menjadi jalur pelari SLU.

Menikmati sunset dari dalam tenda

Karena suasana cukup sepi saya coba kembali main drone. Sayangnya aplikasi DJI Fly force closed terus, saya pakai hp yang satunya pun bermasalah, remote tidak nyambung ke HP. Saya mencoba cari sinyal bahkan turun ke Bulak Peperangan pun nihil. Akhirnya gagal sudah mendokumentasikan pelari pakai drone.

Oh ya, pelari SLU yang menempuh rute Gunung Lawu hanya kategori 80 km dan 50 km. Mereka naik melalui jalur Cemoro Kandang dan turun melalui jalur Candi Cetho.

Pelari pertama kategori 80 km tiba di Gupakan Menjangan hari Sabtu sekitar jam 13.30 sementara pelari kategori 50 km tiba di Gupakan Menjangan hari Minggu jam 03:00 dini hari.

Pelari pertama kategori 80 Km yang sampai Gupak Menjangan

Berbeda dengan acara lari marathon, jarak antara satu pelari dengan pelari yang lain bisa cukup jauh. Bahkan ada yang sampai 45 menit. Tapi tidak pernah sedikitpun merasa bosan, karena suasana Gupakan Menjangan yang syahdu sekali. Apalagi ada hammock yang saya pasang di sebelah tenda, jadi bisa sekalian santai sambil memantau kedatangan pelari. 

Di Gupakan Menjangan sendiri hampir seluruh spot bagus banget buat foto. Tapi saya memilih di depan jalur turunan agar mereka tercapture sedang berlari. 

Ada beberapa peserta yang saya kenal, biasanya saya ajak foto bareng 😅

Mas Widho, dari BPJS Kesehatan Runners kategori 50K

Bang Idham, dari BPJS Kesehatan Runners kategori 50K

Dokter Ririn temen lari waktu di Lombok

Dokter Ummi yang selama ini cuma chit chat di grup WA akhirnya bisa ketemu langsung 


Official Foto Siksorogo Lawu Ultra 2022

Tribute to Mas Saiful

Oi Mas Saiful (alm), Ketua Komunitas Hobi BPJS Kesehatan Runners yang wafat beberapa bulan lalu. Sungguh saya sangat kehilangan mu 😢

Masih ingat perjumpaan terakhir kita di Stasiun Lempuyangan setelah CTC?

Kamu sempet bilang, hayo melu Siksorogo!

Gw dalam hati jelas tidak mengiyakan, cuma senyum-senyum aja (meriang karena keujanan pas CTC)

Karena emang dari awal udah niat pengen naik Lawu via Cetho, kemping di Gupakan Menjangan sambil fotoin orang lari larian

Harusnya, di hari minggu pagi yang cerah, di Gupakan Menjangan ini, kamu ada ya mas.... Setelat apapun kamu masuk Gupak Menjangan, pasti akan gw tunggu, sama halnya gw nunggu si janjuk, Fendi & Nizar, yang ternyata malah DNF

ini udah gw buatin ya foto berlatar Gupakan Menjangan yang indah itu

Alhamdulilah juga, selama 2 malam gw berkemah seorang diri, kamu gak muncul di mimpiku mas 😂

Semoga kamu makin tenang ya mas!! Karena slotmu (yang secara legal udah ganti nama) sudah berhasil difinishkan sama mas Widho