Setelah berhasil mengelilingi Gunung Sindoro dua minggu lalu, rasa penasaran pun semakin menjadi buat icip icip Ring of Sumbing. Saya tau ini pasti lebih berat, tapi achievable kok 👀
Oh ya Ring of Sumbing ini melewati hampir seluruh basecamp di Gunung Sumbing yang jumlahnya memang luar biasa banyak 😅
pose di Negeri Sayur Sukomakmur, di sini lah titik tertinggi Ring of Sumbing (1.700 mdpl) |
Yang harus pertama kali disiapkan tentu saja membuat rute. Nah rute Ring of Sumbing ini lebih menantang dari Sindoro. Jalanan di kaki Gunung Sindoro lebih ramai dan lebih jelas dari citra satelit, sehingga route plannya lebih mudah diplot. Ring Sindoro juga melewati beberapa ruas jalan besar. Sementara kalau Gunung Sumbing bentuk jalannya agak sulit karena memang jalan kecil penghubung antar desa.
Setelah perjuangan berat membuat route plan, saatnya saya mengeksekusi 73 km Ring of Sumbing dengan berlari. Gak ada masalah berat kok, ini bener-bener latian long run buat persiapan Rinjani100 😋.
Oh ya, sebagian besar rute Ring of Sumbing ini belum pernah saya kunjungi, jadi saya hire si adek buat jadi marshall. Selain itu supaya dia bisa mengarahkan rute yang tepat sehingga saya gak sering sering cek hp. Namanya juga bukan even lari, jadi sama sekali gak ada marka yang dipasang.
Seperti biasa, saya start dari basecamp Berlin jalur pendakian Sumbing via Garung
basecamp Berlin, tampak Gunung Sumbing yang tampak gagah |
Kalau lihat di route plan, jalur Ring of Sumbing mirip bintang, yang sudut sudut lancipnya adalah naik turun lembah sungai 😅. Titik paling rendahnya selalu jembatan. Jumlahnya banyak sekali sehingga wajar kalau elevasinya sampai 3000 meter lebih.
Titik start, Basecamp Berlin jalur Garung ini menurut saya basecamp paling nyaman di jalur Garung |
Saya start jam 00.05 Minggu dini hari dengan target finish paling lambat jam 15 sore. Kenapa jam 15? karena bis saya berangkat ke Jakarta jam 16 😅. Durasi lari ini setelah saya itung berdasarkan catatan waktu saya di CTC tahun 2022 dan Siksorogo 2023. Arah Ring of Sumbing saya sesuai dengan arah jarum jam. Garung - Banaran - Kaliangkrik - Bowongso dan kembali ke Garung.
Di bagian awal, saya dihajar tanjakan Glapan Sari yang melintasi perkebunan warga (Km 10). Dari desa Glapan Sari, tanjakan sepanjang 2,5 km harus saya lewati dalam kondisi gelap gulita dan tanpa orang sama sekali. Ya iyalah ngapain jam 1 malam di kebon 😅. Kalau gak ada si adek, jiper juga, hahaha. Walaupun terasa menyeramkan,pemandangan lampu dari kota Temanggung dan Parakan membuat suasana malam jadi terasa epic. Jalur ini kalau pagi bagus banget, sering dikunjungi buat wisata sambil liat sunrise.
tanjakan tiada henti di Glapan Sari berlatar lampu Kota Temanggung dan Parakan |
Perjalanan seru dalam suasana gelap saya lewati sampai Dusun Tanggul Anom, Tlogo Angin yang ada lembah besarnya. Jalur yang saya lewati lumayan bervariasi, mulai dari aspal mulus, aspal rusak, jalur cor semen, dan makadam. Nah di Dusun Tanggul Anom inilah ada penyesuaian rute, karena di Route Plan, jalur melewati jalan setapak offroad menuju Dusun Gugu yang ada di seberang lembah. Perubahan rute ini membuat jarak tempuh dan elevasi jadi nambah 😅
Penyesuaian rute di daerah Tlogo Angin, jalur merah adalah Route Plan, jalur biru Actual Route |
menuju Desa Gugu dengan latar Gunung Sumbing |
Ketika suasana mulai terang, jalur Ring of Sumbing ini mulai tampak epicnya. Asli, jauh lebih seru pokoknya, baik pemandangan maupun konturnya. Karena cuma jalur kecil penghubung antar desa, kendaraan tidak terlalu padat dibanding jalur Ring of Sindoro. Sebagian besar masyakarat di sini hidup dari perkebunan sayur yang ada di lereng Sumbing. Makanya aroma pupuk kandang yang khas itu sering sering saya hirup sampai hidung ini kebal bau busuknya. Btw rumah rumah di sini gede-gede banget. 😅
Desa Dampit |
Karena perut sudah mulai keroncongan, saya sarapan nasi goreng dekat Silancur Highland (Km 44). Silancur adalah salah satu tempat wisata cukup terkenal di Magelang karena pemandangan sunrisenya. Di daerah ini banyak terdapat penginapan yang menawarkan suasana dataran tinggi yang sejuk. Oh ya tempat saya makan ini dekat dengan Basecamp Pendakian Mangli.
Di Silancur ini lah, marshall saya menyerah 😅, karena bosan, lelah, ngantuk, dan khawatir motor rusak karena jalur yang sulit diprediksi. Akhirnya saya suruh balik ke basecamp Garung. Sisa perjalanan kurang lebih 30 km saya hadapi dengan self support.
Desa Mangli, naik Gunung Sumbing bisa lewat sini lho, ada basecamp Mangli |
Rute saya selanjutnya adalah menuju top of elevationnya Ring of Sumbing yang berada di kawasan Wisata Negeri Sayur Sukomakmur (Km 54) melewati Kaliangkrik yang dikenal dengan Nepal van Java. Dari Silancur rute melewati beberapa desa yang dipisahkan lembah sungai, namun tetap konsisten menanjak.
Seru jalurnya, warga desa lagi pada sibuk kerja di kebun |
jalur pendakian Sumbing lewat Butuh Kaliangkrik, tandanya saya sudah setengah "Ring of Sumbing" |
Mendekati Wisata Negeri Sayur Sukomakmur awan gelap mulai menyelimuti. Gerimis turun perlahan, dan tidak butuh waktu lama sampai akhirnya menjadi hujan lebat. Saya langsung memasang jas hujan.
gara gara mata meleng ngeliat pemandangan Sukomakmur, jadi salah jalur wkwkwkw, harusnya jalur merah, malah jalur biru, inilah pentingnya marshal |
akhirnya sampai juga di top elevation Ring of Sumbing di Negeri Sayur Sukomakmur, sayang berkabut |
Selepas Sukomakmur selanjutnya menuju basecamp jalur Banyumudal melewati hutan perhutani yang menjadi perbatasan antara Kabupaten Magelang dengan Kabupaten Wonosobo.
Nah di luar dugaan saya, jalur di hutan ini adalah jalur setapak berupa tanah 😅😅. Mana pakai sepatu road pula. Saya berkali kali terpeleset bahkan sampai jatuh telentang. Untung ada waterblader isi full air sehingga punggung saya aman.
Di hutan ini saya sempat tersesat (Km 55) karena mengikuti jalur motor yang punya banyak percabangan. Banyak sekali kayu kayu sisa penebangan pohon yang ukurannya lumayan besar. Sempat bertemu dengan beberapa warga yang memandang saya dengan aneh 😅, mungkin saya dikira pendaki yang tersesat. Untung saya masih simpan peta topografi supaya tidak turun di punggungan yang salah. Ternyata jalurnya hilang karena udah jadi lahan perkebunan wkwkkkwwk.
Perasaan menjadi lega ketika saya menemukan jalur aspal di tengah kebun. Tampak beberapa petani sedang panen bawang, akhirnya saya bisa melihat manusia lagi 😅.
Cadence sampe 202 😆 dipersembahkan oleh turunan curam selepas hutan Pulosaren |
Hari sudah mulai siang, tapi hujan belum reda juga. Masih ada 20 km lagi perjalanan melewati 4 basecamp pendakian Sumbing di Kabupaten Wonosobo yaitu Banyumudal, Bogowonto, Gajah Mungkur dan terakhir Bowongso.
Bowongso, basecamp terakhir |
Sebenarnya sangat tidak disarankan melalui sisa jalur ini ketika hujan, karena tebing di sisi rute curam banget sehingga rawan longsor. Banyak sekali sisa longsor yang masih belum dibersihkan. Papan pengumuman Kawasan Rawan Bencana Longsor banyak dipasang di segmen ini.
Setelah 13 jam 28 menit, akhirnya saya bisa menyelesaikan Ring of Sumbing dan kembali ke Basecamp Garung dengan sehat sentosa, walau kaki rada nyut nyutan (tapi wajar lah namanya juga dipake jarak sejauh itu 😅) Kaki juga tanpa blister, karena pake kaos kaki PDL hibah dari Mayor Rus. Saya sampai di Basecamp Berlin jam 13.30, lebih cepat dari batas waktu 15.00. Si Marshal yang ninggalin saya di Silancur sudah nunggu dari tadi 😏
Jarak 77,34 km, elevation gain 3.040 m, waktu 13 jam 28 menit |
Baik Ring of Sindoro dan Sumbing adalah salah satu bentuk latihan long run saya sambil piknik elevasi menikmati keindahan alam Tanah Tinggi Kedu. Sebelumnya, saya memang termasuk orang yang jarang long run lebih dari 10 km. Terbukti di beberapa event, saya sering meletre karena otot belum terbiasa gerak dalam durasi yang panjang 😅.
Walaupun rute saya atur sendiri, perencanaan lari ini harus diatur dengan baik ya, termasuk waktu Cut of Time (COT) jadi tetap ada target. COT Ring of Sumbing ini saya set 15 jam, berdasarkan kemampuan saya finish di CTC 2022 (70 km) dan Siksorogo 2023 (80 km)
Apakah merasa bosan selama lari ngiterin Sumbing? Nggak, karena saya memang sering latihan ngeloop di GBK dan stadion jadi saya sudah selesai dengan yang namanya bosen 😅.
Bagi yang ingin mencoba Ring of Sumbing ada beberapa tips dari saya :
- Buatlah plan route dalam bentuk track log baik dalam bentuk gpx, kml, atau lainnya. Bisa saja sih pakai google map, tapi di beberapa titik sinyal seluler blank.
- Jarang sekali nemu warung makan, daerah yang lumayan ramai tempat makan ada di Silancur. Kalau terdesak cari makan bisa dicari di sekitar Basecamp pendakian.
- Jika ingin all route suasana terang, bisa start jam 5 pagi estimasi finish sore 😅. Tapi seru juga kalau start jam 12 malam kayak yang saya lakukan kemarin, bisa menikmati city view dan gak panas panasan.
- Sebaiknya jangan dilakukan saat musim hujan karena di beberapa titik rawan longsor.
- Gunakan sepatu trail, karena banyak jalur makadam dan offroad, walaupun dominan aspal dan semen.
- Biasakan menyapa warga dengan ramah, karena mereka mungkin tidak terbiasa bertemu pelari yang berolahraga menggunakan gear lengkap 😅 (saya aja dikira turis).
- Kalau ada teman yang bisa dimintai tolong jadi marshall lebih baik memakai sepeda motor karena di beberapa segmen hanya bisa dilalui roda 2. Sementara saat lewat hutan selepas Sukomakmur gak bisa dilalui kendaraan, jadi harus melipir turun dari Sukomakmur - turun ke Kepil - bertemu jalur lagi di Banyumudal.
- Walaupun lari sendiri dan manage rute sendiri, harus menentukan waktu Cut of Time ya, harus rasional, pertimbangkan jarak dan elevasi 😅
- Kalau ingin buang air bisa ke masjid yang ada di setiap desa yang dilewati, minta ijin terlebih dahulu jangan asal nyelonong, warga kaki Sumbing, super duper ramah kok.
- Bawa mandatory gear minimal sama dengan official trail run event!! Jalurnya Ring of Sumbing 1000 mdpl lebih dengan cuaca yang mudah berubah, namanya juga di kaki gunung. Risiko hipotermia atau heatstroke (karena lewat perkebunan tanpa ada pohon peneduh) tetep ada!!
Peta Ring of Sumbing (jalur merah : plan route, jalur biru : actual route)
Video Ring of Sumbing