Menggapai Puncak Gunung Slamet Jalur Bambangan

 walaupun sudah dua kali ke Gunung Slamet, tapi saya belum sah kalau dibilang sudah menggapai titik tertinggi di Jawa Tengah. Itulah alasan perjalanan kali ini....!!!

Akhirnya bisa ke Slamet dengan cuaca cerah
Sebelumnya, sudah dua kali saya ke Gunung Slamet, keduanya melalui jalur Baturaden. Pendakian pertama gagal sampai puncak karena cuaca buruk, dan pada pendakian kedua, akhirnya saya bisa sampai ke Puncak Surono. Namun, Puncak Surono ini bukanlah titik tertinggi Gunung Slamet. Jadi, belum sah ya kalau saya dianggap sudah menggapai puncaknya Jawa Tengah.

Puncak tertinggi Gunung Slamet dengan elevasi 3.428 meter di atas permukaan laut, ada di puncak sebelah timur laut yang bisa diakses melalui jalur Bambangan, Gunung Malang dan Dipajaya. Saya memilih jalur Bambangan, Purbalingga karena jalur ini yang paling ramai dibanding jalur lainnya. Pendakian kali ini saya lakukan bersama 3 orang teman kantor.

Registrasi Jalur Pendakian Bambangan dilakukan secara offline alias on the spot

Pose bareng di gerbang pendakian jalur Bambangan yang legendaris itu

Coverbag nya itu lho wkwkwkkwkw besok pengen beli yang merk Pupuk Kaltim ah

Btw seperti banyak gunung lainnya, di jalur Bambangan juga ada ojek yang bisa nganter pendaki sampai Pos I. Tapiiii kami semua sepakat buat jalan kaki aja sekalian merasakan atmosfer pendakian perdana saya di jalur Bambangan. Kami melewati perkebunan sayur warga yang seger banget. Warga Bambangan juga ramah-ramah, selalu menyapa pendaki kalau berpaspasan.
Di gerbang pendakian ini tersedia ojek menuju Pos I

Yeay berangkat

Jalur pendakian melintasi jalur perkebunan di Bambangan


Kawasan perkebunan sayur warga Bambangan

Setelah melewati perkebunan warga, kami mulai masuk ke kawasan hutan. Oh ya, kerennya Gunung Slamet ini adalah hutannya masih benar-benar terjaga. Beda sekali sama hutan gunung-gunung lain di Jawa Tengah yang kebun warganya mungkin udah mencapai perut gunung (bukan kaki lagi).
Dan di setiap langkah, obrolan kami berempat tidak jauh jauh dari urusan pekerjaan 😏 Tiga orang teman saya ini adalah orang operasional di Cabang Purwokerto, jadi sebetulnya seru juga sih mendengar pengalaman mereka. 


Walaupun mereka wara wiri, kami gak tergoda buat ngojek, wkwkwkwkw

Pos Ojek

Melewati hutan cemara, jalurnya tertutup daun daun kering cemara yang berbentuk seperti lidi. Nyaman banget buat pijakan

Ohya dari basecamp kami membawa nasi bungkus untuk dimakan ketika pendakian. Tiba di Pos II, kami makan siang nasi bungkus tadi sambil beristirahat dan ibadah. Baik di Pos Bayangan I, Pos satu, dan Pos II tersedia warung.

Istirahat dan makan siang di Pos II

Supaya sampai Pos V sebelum gelap, kami langsung beranjak setelah urusan istirahat, makan dan ibadah selesai. Menjelang Pos III, terdapat percabangan jalur Bambangan dengan jalur Dipajaya.

Foto aerial di kawasan percabangan jalur Bambangan dengan jalur Dipajaya
Percabangan jalur Dipajaya dengan jalur Bambangan

Menjumpai Lutung Jawa
Selepas persimpangan dengan jalur Dipajaya, saya melihat bayangan hitam loncat loncatan di atas pohon. Ternyata objek hitam itu adalah Lutung Jawa yang memang mendiami hutan di Gunung Slamet. Lutung Jawa dijuluki petani hutan, karena ketika mereka memakan buah buahan, biji yang mereka telan, akan menjadi bibit tanaman saat mereka buang air besar. 

Baik di Rinjani maupun di Gunung Slamet, Lutung itu selalu hidup berkelompok

Kami tiba di Pos III Pondok Cemara. Biasanya saat ramai pendakian ketika Pos VII dan Pos V penuh, para pendaki lebih memilih Pos III untuk mendirikan tenda. Di Pos III juga tersedia beberapa warung yang cukup untuk mengisi logistik para pendaki. 

Tiba di Pos III Pondok Cemara

Di Pos III saya menerbangkan drone. Dari sini terlihat dengan jelas Puncak Slamet serta Gunung Malang. Tidak jauh dari Pos III ternyata terdapat bekas longsor, dan sungai kering yang sangat curam, bisa dipastikan jika musim hujan, aliran sungai ini pasti jadi air terjun.
Puncak semakin dekat, bukit sebelah kiri itu adalah Gunung Malang

Aliran air sungai kering yang sangat curam tidak jauh dari Pos III

Tidak berlama-lama di Pos III, kami melanjutkan perjalanan. Pos selanjutnya ini cukup terkenal di kalangan para pendaki. Apalagi kalau bukan Pos IV Pondok Samarantu yang konon namanya  berasal dari kata Samar Hantu. Pos IV Samarantu ini dipercaya gerbang ghaib ke dunia mistisnya Gunung Slamet. Tapi itu menyesatkan gaes, karena Samarantu itu sendiri adalah nama pohon yang memang bisa dijumpai di kawasan Gunung Slamet. Kalau di Vlognya Mbak Uki Wardoyo waktu pendakiannya ke Gunung Slamet, Pohon Samarantu adalah pohon dengan kayu yang sangat kuat yang digunakan oleh warga kaki Gunung Slamet menumbuk jagung supaya bisa dibuat nasi jagung. Sayangnya, pohon Samarantu di sekitar pos IV ini hanya tersisa dua saja.
Meskipun dikesankan angker dan menakutkan, ketika kami sampai di sana, suasana Pos IV Samarantu terasa biasa biasa saja, tidak ada hal yang menakutkan. Walaupun lokasinya dijadikan pos pendakian, kami merasa tempat ini tidak layak dijadikan tempat bermalam mendirikan tenda karena kondisinya miring. Andaikata ada area yang datar pun sangat terbatas. Selain itu banyak batang pohon bertumbangan menandakan kalau tempat ini sering dilanda angin sangat kencang dari berbagai arah.
Foto aerial di atas Pos IV Pondok Samarantu

Bang Eka berpose di Pos IV Pondok Samarantu


Pos IV Pondok Samarantu

Kami memutuskan beristirahat di Pos V. Selain area camp yang lebih luas, di Pos V juga ada banyak warung sehingga kami tidak perlu repot-repot masak nasi. Di Pos V ini lah saya baru bisa membedakan mendoan dengan tempe biasa, wkwkwwkkw. Persis di atas tenda kami, ada penjual makanan, salah satunya adalah mendoan. Walaupun sama sama tempe, mendoan bentuknya lebih loyo, tapi tepungnya crispy. Satu mendoan dihargai Rp. 3.000, masih masuk akal dibandingkan segelas teh angat seharga Rp. 35.000 di Gunung Batur Bali. 
Pos V ramai cuy, banyak yang jualan juga

Karena weekend, kondisi Pos V ramai banget. Apalagi banyak sekali pendaki open trip & rombongan dari sekolah. Sayang sekali pepohonan di Pos V tinggi tinggi banget, padahal malam itu langit dipenuhi bintang. Selain itu sumber air pun menurut pendaki yang sudah sampai lebih dulu, kondisinya cokelat dan kurang layak minum. Jadi bagi kalian yang ingin mendaki lewat jalur Bambangan mending bawa air banyak banyak dari bawah atau beli di warung yang ada pada setiap pos.

Lokasi tenda kami di Pos V

Karena Pos V dengan plawangan masih lumayan jauh kami berangkat muncak jam setengah 3 pagi. Langit tampak cerah dan kami yakin sampai di puncak nanti pun cuaca pasti masih cerah.

Walaupun jumlah pos pendakian jalur Bambangan ada 9, tapi jarak antar pos V - VI - VII - VIII - IX cukup berdekatan. Apalagi pendakian ke puncak dilakukan pas dalam keadaan gelap, tidak terlalu terasa. 

Semakin ke atas suhu semakin dingin dan pohon pohon yang tinggi mulai jarang dijumpai. Akhirnya tibalah kami di plawangan alias batas vegetasi. Jalur yang tadinya ditumbuhi pepohonan, berganti dengan batuan vulkanik khas Gunung Slamet berwarna cokelat kemerahan. Batuan-batuannya berbentuk kerikil yang tidak stabil, kami harus mencari pijakan yang kokoh sambil berpegangan. Celakanya, saya lupa bawa sarung tangan . Bagi saya, sarung tangan merupakan peralatan wajib kalau pengen muncak ke Slamet dari jalur manapun, karena batuan di jalur puncak sangat tajam. 
Foto panorama aerial kawasan plawangan hingga jalur summit ke Puncak Slamet

Jalur summit Gunung Slamet

Jalur summit Gunung Slamet

Walaupun tidak terlalu banyak spot menarik di jalur pendakian Bambangan, pemandangan Gunung Slamet itu keren. Karena, lokasi Gunung Slamet yang berada di bagian Jawa Tengah paling barat, kita dapat melihat siluet beberapa gunung seperti Dieng, Sindoro, Sumbing, Merapi dan lainnya. Pemandangan itu saya jumpai ketika beristirahat duduk sambil memandang arah timur di jalur puncak. 
Bisa sampe puncak sebelum matahari muncul
Ketika sinar matahari mulai muncul, nampak beberapa gunung yang ada di Jawa

Pemandangan siluet puncak Bambangan Gunung Slamet
Foto panorama aerial kawasan puncak Slamet ketika matahari terbit

Sah, menggapai titik tertinggi Jawa Tengah. Kalau boleh jujur ya, titik tertingginya tuh bukan di plang ini, tapi ada di sebelah timurnya, tapi tetep ngelewatin kok

Sah sampai di titik tertinggi Gunung Slamet

Akhirnya kami berempat sampai Puncak Bambangan Gunung Slamet

abis ini ke gunung mana lagi gaess???

Foto Levitasi, hiaaaat

Turun pendakianpun lebih ngeri ngeri sedap, lebih banyak pendaki kepleset pas turun dibanding pas naik  😌

Menjumpai tugu in Memoriam Dimitri Hermawan, sepertinya beliau meninggal bukan karena pendakian Gunung Slamet, tapi hanya keinginan mendaki Gunung Slamet yang belum terlaksana sehingga para sahabatnya membuat papan memoriam ini.

Baik jalur Baturaden maupun Bambangan hanya merekomendasikan pendaki hanya sampai plawangan atau batas vegetasi Puncak Slamet


Ada percabangan jalur Bambangan dengan Gunung Malang menjelang puncak. Lingkaran biru adalah jalur Bambangan, lingkaran merah adalah jalur Gunung Malang.

Di pertengahan jalur puncak, para pendaki harus mewaspadai percabangan antara Jalur Bambangan dengan Gunung Malang. Biasanya pendaki salah jalur ketika turun dari puncak dan dalam kondisi berkabut.  Meskipun sudah dipasang plang tanda panah jalur Bambangan, alangkah lebih baiknya para pendaki membekali diri dengan aplikasi Navigasi yang bisa bekerja tanpa sinyal seluler seperti Orux Map / GPS Viewer supaya meminimalisir risiko tersesat
Bagi pendaki jalur Bambangan, ketika turun puncak Slamet upayakan berada di sisi kiri, karena percabangan Gunung Malang ada di sebelah kanan
Pos VIII berupa area datar yang lumayan sempit

Pos VII Gunung Slamet, pos tertinggi yang dapat dijadikan lokasi camp oleh pengelola Basecamp Bambangan, tapi dengan risiko angin kencang dan suhu udara super dingin. Warung terakhir di Jalur Bambangan ada di Pos VII

Pos VI, kemarin ada juga lho yang camp di sini, karena gak kebagian tempat di Pos V

di antara Plawangan sampai Pos VI kita akan sering menjumpai jalur berbentuk terowongan semacam ini

Peta Jalur Pendakian Gunung Slamet Jalur Bambangan, bagi yang membutuhkan rute GPX bisa download file KML melalui Mymaps by google di bawah ini, lalu konversi ke GPX

Rekap

Sabtu
09:20 - Registrasi di Basecamp
09:39 - Foto di Gerbang Pendakian Bambangan
10:26 - Tiba di Camp Ground View Slamet
10:48 - Tiba di Pos Ojek
11:51 - Tiba di Pos I Pondok Gambirung
13:12 - Tiba di Pos II Pondok Walang
15:41 - Tiba di Pos III Pondok Cemara
16:03 - Tiba di Pos IV Pondok Samarantu
17:04 - Tiba di Pos V Samhyang Rangkah

Minggu
02:30 - Otw Summit
04:47 - Plawangan
06:10 - Puncak Bambangan




Video Panorama 360 Sunrise di Puncak Slamet