"pengen long run, pengen jalan jalan jelajah desa, pengen dapet elevasi juga, pengen yang adem adem anti polusi"
Akhir tahun ini saya memang merencanakan untuk Long Run. So kalau ada yang bilang, "gabut banget sampe ngelilingin Merbabu", itu pitnah ya gaes 😅. Persiapannya panjang, bahkan rutenya sudah saya buat di awal tahun. Orang lain mungkin bisa long run sejauh itu secara spontan, tapi saya gak bisa. Banyak yang harus dipersiapkan, karena melangkah sampai 70-an km itu risikonya tinggi.
| Sampai di Selo, hampir setengah perjalanan |
Yang pertama mulai dari bikin rute, rute ini dibuat bukan sembarangan ya kayak pake navigasi di Google Map. Karena jalur yang saya lewatin adalah jalur langit alias jalur penghubung antar desa yang paling tinggi. So, saya harus melototin satelite view, make sure itu adalah jalan, bukan selokan 😂. Pernah soalnya pas Ring of Sindoro, saya pikir di peta itu jalan, ternyata selokan irigasi. Oh ya arah lari juga mempertimbangkan posisi matahari dan profil elevasi ya. Berhubung matahari ada di sisi selatan dan tanjakan mayoritas ada di sisi timur, maka lari searah jarum jam akan terasa lebih nyaman dibanding sebaliknya.
Berikutnya adalah menentukan tempat makan yang proper. Naah, belajar dari Ring of Slamet kemarin, banyak tempat makan yang saya plot ternyata udah tutup, wkwkwkw. Padahal kunci dari long run ini adalah makan dan minum. Jangan pernah memaksakan long run kalau perut kosong. Apalagi saya bukan pengkonsumsi gel, karboloading dengan makanan berat adalah wajib. Beruntungnya, jalur di kawasan kaki Merbabu ini banyak tempat wisata. Mulai dari warung makan biasa yang merakyat, sampai cafe highclass di daerah Cuntel pun ada.
| Plan route yang sudah saya buat, melintasi jalur langit penghubung antar desa. Beberapa tempat makan dan wisata sudah saya plot juga |
Saya sangat menghindari jalur jalan raya ramai kayak jalur Salatiga ke Magelang via Kopeng atau Selo, karena sudah pasti ramai kendaraan apalagi musim liburan gini. Jalur langit lebih tenang, segar, bebas polusi, dan viewnya bagus. Begitu juga rute mengelilingi gunung sebelumnya seperti Sindoro, Sumbing, Slamet, dan Andong-Telomoyo juga menggunakan jalur langit.
| profil elevasi jalur langit Merbabu 😅 dari awal sudah saya perkirakan rute ini 'jahat' |
Cuaca Merbabu saat itu memang sering hujan. Bahkan di hari Natal kemarin, seorang pendaki meninggal dunia karena tersambar petir di jalur Suwanting. Lokasi kemping kali ini saya memilih Bumi Perkemahan Kalipasang, sebenarnya random aja sih, minimal ada toilet sama colokan listrik. Oh ya sejak saya sampai di Kalipasang kondisinya masih gerimis dan mendung.
| Start dan finish di Kalipasang |
| Bumi Perkemahan Kalipasang yang dikelola Taman Nasional Gunung Merbabu |
| tempat kemping yang oke nih, ga terlalu ramai. Tapi prepare logistik ya,, jarang ada warung makan 😅 |
Mengingat rute Merbabu ini hampir sama dengan Ring of Sumbing, saya merencanakan start jam 12 dini hari. Alarm sudah saya setel, tapi emang dasar anak ngantukan, pas alarm nyala, suara rintik hujan masih terdengar dan saya lanjut tidur lagi 😅.
Jam 4.30 saya terbangun, kondisi masih gerimis, tapi agak reda. Oke, the show must go on. Saya sudah packing dari semalam, jadi tinggal pakai vest & sepatu saja.
Mubengi Merbabu start from Kalipasang.
| tampak lampur kota Salatiga di kejauhan |
Walaupun sempat gerimis, cuaca pagi ini lumayan nyaman. Awan memang menutupi matahari di ufuk barat, tapi Gunung Merbabu terlihat sangat jelas. Merbabu tampak besar sekali, menandakan jalur yang saya lewati benar-benar berada di ketinggian. Maka dari itu saya namakan "jalur langit"
| Merbabu tampak dekat sekali |
| Sisa-sisa hujan di jalur aspal yang rusak |
Memasuki Boyolali sebagian besar jalur yang saya lewati berupa beton. Rumah ibadah dari tiga agama, islam, kristen dan budha banyak dijumpai di sini. Saya rasa cukup lumrah keanekaragaman agama di lereng Merbabu.
| ini sudah cukup menjelaskan betapa damainya tinggal di lereng Merbabu |
| Vihara Metta Dharma di Ampel, Boyolali |
| apakah kalian melihat perkampungan di atas sana? nah,,, itu masuk jalur saya 😅 |
Kesalahan fatal saya adalah tidak makan berat di malam hari, dan cuma ngemil bengbeng sebelum start. Terakhir makan nasi pas transit di Bawen. Akhirnya rasa lapar ini muncul juga 😂. Walaupun pemandangan di daerah Ampel, Boyolali indah, tapi bukan kawasan wisata, jadi gak ada warung makan.
Untungnya di sebuah turunan saya menemukan sebuah bangunan mirip restoran kekinian di sebuah vila. Saya menjumpai seorang bapak yang tampaknya bekerja sebagai penjaga
"Pak restonya buka?"
"tutup mas"
Ternyata ada seorang ibu yang lagi manasin mobil
"Masnya mau makan? Nanti saya buatin. Mau bihun goreng atau mie goreng?"
Saya langsung masuk ke restoran yang namanya Merbabu Resort & Café. Menurut mbak yang handle restoran, Ibu yang tadi manasin mobil ternyata ownernya, orang Jakarta.
| Akhirnyaaa, mulut ini bisa makan karbo 🤣. Sarapan tepat waktu |
Hampir 45 menit saya menghabiskan waktu di Merbabu Resort & Cafe. Saatnya melanjutkan perjalanan. Masih dengan jalur yang naik turun terus, sama sekali gak ada bonus datar. Gunung Merapi tampak dari kejauhan, artinya saya sudah berada di sisi selatan Gunung Merbabu. Sebentar lagi saya memasuki titik tertinggi jalur Ring of Merbabu yang berada di Gancik.
| Kampung Ponganan |
| Kalau Merapi tampak seperti ini berarti sudah setengah perjalanan mengitari Merbabu |
Angin bertiup kencang sekali disertai gerimis tipis. Saking dinginnya saya langsung pakai jaket wind breaker. Dari arah atas terdengar raung motor ojek yang mengangkut pendaki turun. Weeeh sudah sampai Selo ternyata saya.
Jalur beton pendakian Merbabu sempit banget. Saya harus berhenti dan menepi supaya motor bisa lewat. Pendaki yang turun banyak yang pakaiannya belepotan lumpur, tau sendiri lah ya artinya 😂
| sampai di Selo, basecamp dua gunung, Merbabu dan Merapi |
Sampai di Selo saya mampir ke Indomart. Bagi saya, Indomaret adalah 'waterstation' terbaik, karena pasti menjual buah-buahan. Saya makan buah pir di sini.
| dari jalan raya Boyolali - Magelang, saya kembali melipir ke jalur langit |
Walaupun berada di ketinggian lereng Merbabu, rumah-rumah warga di sini besar besar 😅. Saya rasa, jalur langitnya Merbabu jauh lebih bagus daripada Sumbing, Sindoro maupun Slamet. Mobil masih bisa berlalu lalang, bahkan di ketinggian 1700-an mdpl.
| pemandangan jalur langit perkebunan di lereng Merbabu |
Menjelang basecamp Suwanting di KM 50, jalur langit berlika liku melipir mengikuti kontur perbukitan. Pemandangannya luar biasa indah. Oh ya, sepanjang saya lari, awan selalu melindungi saya dari sinar matahari. Untung gak terlalu cerah 😅, bisa bisa muka gosong.
Seperti yang sudah saya tulis di atas, ada pendaki wanita yang meninggal dunia akibat tersambar petir. Pas saya lewatin basecamp Suwanting, aktivitas pendakian masih berjalan normal. Ada pendaki yang naik dan turun.
Jalur langit selanjutnya mengarah ke basecamp Wekas. Kondisinya hampir mirip dengan Suwanting hanya saja viewnya berubah jadi Sindoro Sumbing di kejauhan. Oh ya, daerah Wekas ini top elevation tertinggi kedua setelah Gancik, mencapai 1794 mdpl. Tanjakannya terjal parah 😅. Jarak dari Basecamp Suwanting ke Wekas adalah 10 km, yaaaa jalurnya rolling naik turun ya.
| basecamp pendakian Wekas |
Jalur langit di Merbabu kadang bentuknya beton, kadang, aspal, kadang juga tanah.
| epicnya jalur langit Merbabu, kiri kabut, kanan cerah |
Basecamp selanjutnya adalah Cuntel, di daerah Kopeng. Sayangnya posisi basecamp agak masuk ke arah lereng Merbabu, jadi saya gak lewatin. Di daerah Cuntel ternyata banyak tempat makan yang bagus, Sayangnya saya harus skip supaya gak terlalu malam sampai di Kalipasang.
Sampai di jalan raya Kopeng, hari sudah gelap. target tidak tercapai 😅, tapi sebenarnya manusiawi karena keliling Merbabu ternyata lebih berat ini daripada Ring of Sumbing walaupun jaraknya sama-sama 70-an km. Dua KM sebelum garis finish adalah bagian paling mencekam. Saya menyusuri jalur tanah setapak di hutan dalam kondisi malam gelap, SENDIRIAN 😅. Jalur hutan ini nantinya tembus di Spekta Merbabu, persis di sebelah Bumi Perkemahan Kalipasang.
| jalur tanah setapak menembuh hutan sebelum finish 😅 |
Walaupun capek, tapi rasanya puas sekali bisa menyelesaikan tantangan yang saya buat sendiri. Terbayarkan juga sama pemandangan di sepanjang jalur langit kaki Merbabu. Warganya juga ramah ramah. Setiap saya sapa mereka selalu bilang "monggo, pinarak", yang artinya "ayo mas mampir"
Selama mengelilingi Merbabu saya menggunakan Hoka Speedgoat 6. Yup betul sepatu trail, karena saya yakin pasti ada jalur yang offroad 😅. Jam yang saya pakai Amazfit Trex 3 yang sudah ada fitur upload rute buat navigasi. So baterai HP lebih awet karena gak dipake buat cek jalur, cukup liat jam saja.
| terima kasih Bumi Perkemahan Kalipasang!! Seru sekali kemping di sini |
Rute Mubengi Merbabu (Download tracklog Ring of Merbabu)
Video Keliling Merbabu
Komentar
Posting Komentar