Bali Trail Runners Ultra : Trust Issue Marka Yang Terulang Lagi


Downhill Batur tengah malam foto by rsaphotoworks ini foto keren banget asli

Bali Trail Run Ultra (BTRU) adalah perlambaan lari lintas alam yang diselenggarakan kounitas Bali Trail Run (BTR) yang mengambil rute di kawasan Kintamani Bali 10-12 Mei 2024. BTRU salah satu event yang paling saya tunggu, karena berlokasi di kaldera gunung api yang pemandangannya tentu saja keren. Makanya begitu registrasi dibuka, saya langsung gass  *ngincer diskon juga sih, hehhee

Singkat cerita, hari yang dinanti tiba. Sampai Bandara Ngurah Rai, saya langsung dijemput Mas Angga temen lari di Bali, buat dianter ke kantor Denpasar. Nah di Kantor Denpasar, saya langsung cuss ke Kintamani, race venuenya BTRU pake motor Bli Dodik, rekan kerja dulu pas di bali.

Sama seperti acara lari luar kota sebelumnya, saya memilih kemping pakai tenda sendiri. Acara BTRU kali ini saya kemping di Belong Keliki yang lokasinya persis di tepian Danau Batur.

Pemandangan Danau Batur dan Gunung Abang yang akan saya lewati nanti

Selesai pasang tenda saya langsung ke venue buat ambil racepack di Batur Hot Spring yang lokasinya gak jauh dari tempat saya mendirikan tenda. Seperti biasa, semua mandatory gear dicek satu persatu, setelah lengkap, baru lah saya dapat racepack yang isinya macem-macem, mulai dari BIB, jaket windprof, antiUV bahkan sampe deterjen pencuci baju, hahaha.
gak sabar pengen naik ke sana (Gunung Abang) btw Jaket Windproff dari BTR yang saya pake keren banget



Syahdu banget pokoknya

Menikmati Ayam Betutu original di tepian Danau Batur. Ini ayam Betutu yang masih dimasak pakai sekam
Btw saya nyaris telat start karena dalam bayangan, start kategori 85 km itu tengah malam jam 23-24. Ternyata saya salah, baru nyadar pas Mbak Erni (temen lari RTC Larantuka yang juga jadi penjaga water station BTR) bilang kalau start jam 21. Lagi asik menikmati sunset, saya langsung buru-buru persiapan 😅. Alhasil saya salah pake celana, bukan celana buat lari tapi celana yang biasa dipakai buat badminton. Inilah pentingnya membaca rules, regulation dan schedule. 
Lokasi start dan finish

Rute BTR 2024 kategori 85 km, grogi weeeh
Saatnya mengitari kaldera raksasa Batur
detik detik start kategori 85 km

Jam menunjukan 21, dan pelari kategori 85 km mulai berhamburan. Rute lari kategori 85 km sebenernya gak oke buat para pencari konten. Karena start jam 21, sampai Gunung Batur pas tengah malam, gelap. Padahal iconnya BTR ada di Gunung Batur dengan Black Lavanya yang khas 😢. Tapi di sisi lain, melintasi Black Lava pada malam hari adalah anugrah, karena kalau siang, wow panasnya bukan main. Seperti biasa, saya berada di kloter paling belakang kalau start. 
Rute di sekitar Gunung Batur

Rute awal langsung menuju Gunung Batur. Jalur khas gunung api, kerikil, batu dan pasir. Di puncak Batur saya sempet kebut kebutan sama salah satu pelari bule. Dia sempet jatuh guling guling, dan akhirnya saya menahan diri memperlambat pace 🤣. Keselamatan adalah hal utama, masih awal woi, jangan di gas. 
Ada yang aneh pada marka pita plastik merah putih di Gunung Batur. Bagian spot light yang bisa menyala waktu disorot cahaya senter, lepas dan jatuh. Saya sempat berpikir positif mungkin lepas karena terkena angin. Tapi spot light yang dipasang di marka itu disteples. Sementara spotlight yang jatuh ikut menempel di pita marka, dan potongannya rapih sekali, pasti digunting, gak mungkin karena digigit anjing. Gara-gara lepasnya spotllight dari pita marka pas gelap malam di Gunung Batur ini bikin saya makin hati hati melangkah. Karena cahaya senter juga punya jarak terbatas buat nerangin pita marka. Kalau ada spotlight kan enak tuh, dari kejauhan bisa mengkilat terang kena senter.
masih bisa senyum di WS pertama, volunteer BTR mantap banget hospitality nya,, terbaik


Water Station Pertama Black Lava yang gak jauh dari Gunung Batur. Sampai sini langsung buka sepatu & kaos kaki buat bersihin pasir yang numpuk di kaki. Rute melewati jalur Culali Gunung Batur yang berpasir halus. Selain gak nyaman, pasir bikin kulit cepet iritasi & ujung-ujungnya cedera.

Setelah melintasi Gunung Batur, saya harus menanjak ke bagian atas tebing kaldera. Saya pikir naiknya lewat jalan aspal yang tembus ke Museum Geopark Batur. Ternyata enggak. Sampai di daerah Buahan, ada jalur setapak buat sampai ke atas tebing kaldera. Ini adalah satu dari tiga tanjakan maut di BTR Kategori 85 km.
ternyata gak dilewatin jalan aspal ke Museum Batur Geopark gaess


Water Station Kedua Gunung Abang, Coca Cola selalu jadi minuman favorit karena tinggi kadar gula. Pisang juga wajib, biar gak gampang kram

Marka Yang Ngaco
Selanjutnya, rute melewati Gunung Abang. Tapi rute yang dilewati bukan jalur pendakian reguler Gunung Abang melainkan lewat jalur Jatituhu. Nah dari Water Station Gunung Abang, rute melipir dan menurun 16 km jauhnya sampai ketemu WS selanjutnya. Nah di segmen Abangsongan sampai dengan Pempetan, muncul keanehan, sekitar KM 30, pita pita marka banyak yang terlepas. 
Marka yang lepas pun cuma ada di jalur pemukiman & jalur ladang, sementara di hutan marka tetap terpasang dengan baik dan rapat. Awalnya saya sempat berpikir panitianya gak profesional nih, bisa bisanya ngaco masang marking
Tapi karena jumlah marking yang lepas sangat banyak, fix, ini pasti ada yang iseng, gak mungkin lepas karena angin. Setelah finish, Bli Agus (Race Director) memastikan ada oknum yang gak bertanggung jawab terhadap marka di jalur kategori 85 km.
Pendakian Gunung Abang yang gak lewat jalur biasa

Lepasnya bukan sekedar lepas ternyata, di percabangan, yang bukan jalur lari pun sengaja dipasangin marka supaya pelari pada nyasar. Paraah. Di bagian lain, sekian jauhnya lari, nyaris gak ada marka di jalur. 
Untung GPSnya valid. Alhasil setiap ketemu percabangan saya harus memastikan peta di HP. Karena beberapa kali marka sengaja dipasang di jalur yang salah. Perkara marking yang ngaco ini berakhir di titik start pendakian Gunung Abang Jalur Jatituhu. Setelah menembus masuk kedalam jalur pendakian yang benar, marka kembali terpasang dengan baik.
Pengalaman buruk sama marka trail ini jadi ingat pas ikut Ijen Trail Run 2019. Sama kayak pas BTR markanya banyak dicabut sama warga. BTR ini masih mending GPX nya bener, lah Ijen Trail marka sama GPXnya ngacooo 😂. Semoga yang iseng bikin kacau marka sadar bahwa tindakannya sangat membahayakan. Apalagi di BTR ini banyak pelari asing yang ikut kategori 85 km. Kalau sampai nyasar beuuuuh bikin malu negara. Mungkin karena daerah ini relatif baru ya jadi lokasi trail. Tahun sebelumnya, jalur BTR gak lewatin daerah sini.
Oh ya di jalur ini buanyak banget anjingnya. Kalau malam berisik banget digonggongin, bahkan ada yang sampai ngejar. Tipsnya, jangan panik, santai aja, jangan berhenti, tetep jalan, mereka cuma menggonggong. Kalau mau rada ekstrem, senterin ke arah mata anjingnya, hahahaha dia bakal berhenti ngejar.

Jackpot Elevasi
Bagian terberat dari tiga tanjakan BTR dimulai, pendakian Jalur Gunung Abang lewat jalur Jatituhu Dari ketinggian 800 mdpl, saya harus mendaki ke Bukit Sari dan puncak Gunung Abang di ketinggian 2.100 mdpl. Kondisi jalur cukup terbuka, nyaris gak ada vegetasi lebat. Untungnya saya masih pagi lewat sini ditambah cuaca berawan. Sampai Puncak Abang bener-bener kondisi kabut, gerimis, dan angin.
LONGEST UPHILL ABANG 1.330 m elevation gain 😢

Pendakian Gunung Abang lewat sisi timur, edyan elevasinya


Sampai Puncak Abang disambut kabut, angin dan hujan, oh ya seperti biasa trackpolenya pake batang kayu nemu di jalan

Dari Puncak Gunung Abang lanjut ke Bukit Trunyan melalui punggungan jalur yang tipis, diapit jurang dan berlumpur karena hujan, asli, bagian paling berbahaya dari rute BTR kategori 85 km ada di segmen ini. Bahkan saking curamnya, sampai harus dipasang tali tambang supaya lebih aman. Beberapa kali saya bersilang dengan pendaki yang mau naik Gunung Abang, atau disusul sesama pelari BTR. Saat itu saya cuma bisa berharap, semoga gak ada gempa bumi 😂.
Btw beberapa minggu setelah event BTR ada pendaki yang jatuh ke jurang dan meninggal. Lokasi jatuhnya persis di rute BTR antara Abang dan Trunyan. Link Berita Pendaki asal Tabanan Jatuh ke Jurang di Bukit Trunyan, Kintamani, Bangli
bersiap menuruni jalur paling berbahaya dari rute BTR selepas Puncak Abang ke Trunyan



Bukit Trunyan


Puncak Bukit Trunyan

tapi pemandangan dari atas Bukit Trunyan luar biasa keren
Nah sialnya, dari Bukit Trunyan ternyata WS nya ada di Desa Trunyan. Njiiir diturunin sampe tepian danau 😂 saya pikir WSnya ada di atas Bukit Trunyan di tepian kaldera. Dari WS Trunyan, saya harus naik lagi ke atas kaldera. 
Nah pas jalur naik dari Desa Trunyan ini ada sesuatu yang menjengkelkan. Buanyak sampah botol & gelas air mineral berhamburan, asli parah banget. Jalur naik ini memang bukan jalur utama wisata pendakian ke Trunyan. Tapi gak gini juga kali sampahnya disembunyiin disini. ckckckckkc
Ternyata beneran diturunin sampai Desa Trunyan tepi danau, terus dihajar naik lagi,, kampreeet. Nah titik yang bertanda merah itu adalah area yang banyak sampah plastik


Selanjutnya tanjakan berat terakhir yaitu mendaki Bukit Pedahan yang ada di seberang Bukit Trunyan. Tapi sebelum ke Bukit Pedahan jalur diturunin dulu sampai ketinggian 600 mdpl melewati WS Serongga. Ilustrasi dari beratnya segmen ini seperti dari Plawangan Sembalun, turun ke Danau Segara Anak, lanjut ke Desa Torean, lalu balik lagi ke Segara Anak, naik lagi ke Plawangan Senaru. Ya, peserta kategori 85 melintasi lembahan. Secara elevasi gain memang tidak separah nanjak Gunung Abang tadi, tapi karena sampai sini sekitar jam 12 siang, jalur terbuka, full sinar matahari dan tanpa awan, memaksa saya sering beristirahat melemaskan kaki 😂.
Asli ini diluar ekspektasi, parah banget, bikin capek, bikin kapok Bukit Pedahan ini.
bagian paling menyiksa dari BTR kategori 85 km, wkwkwkwkwk

Sampai Puncak Bukit Pedahan, rute lanjut ke Alengkong, tempat saya dulu pernah kemping. Dari sini ke garis finish rute sudah gak terlalu berat. Salah satu faktor yang membuat saya fit selama 85 km ini adalah, makan, makan, makan dan minum. Setiap WS saya isi perut saya dengan makanan yang disediakan terutama yang ada karbohidratnya seperti kentang, nasi, sop dan roti. Tidak ketinggalan minuman favorit saya kalau naik gunung yaitu Cocacola yang sudah di kocok kocok sampe efek sodanya hilang hehehehehe. 

finish tapi fotonya backlight hahahaha


Finish gaes, urutan 11 overall, 10 gender, catatan waktu



Ini foto hari minggu pagi. Setelah hampir 30 jam gak tidur (Jumat pagi - Sabtu malam), akhirnya bisa nyenyak tidur di tenda. Bangun bangun cuaca cerah banget sambil menikmati suasana Danau Batur. Merenung, "kok bisa selesai juga ya lewati gunung di hadapan saya ini (Gunung Abang)". Terima kasih Kintamani, terima kasih Kaldera Batur, terima kasih Bali, masih diberi kesehatan menikmati keindahan Pulau Dewata


Di luar marka jalur kategori 85 km yang rada rada. BTR salah satu event yang keren abis. Panitianya sendiri dari komunitas trail yang paham betul bagaimana acara trail ini dibuat. Beberapa dari mereka saya kenal juga sering berpartisipasi acara serupa di tempat lain. Jadi memang layak kalau BTRU the biggest trail run event in Bali. 

Mbak Erni, temen waktu ikut RTC 150 km Larantuka - Maumere, yang jaga di WS Blacklava, pelayanan WSnya top markotop. Sangat membantu pelari yang kepayahan abis turun dari Gunung Batur.

Foto Panorama Kawasan Bukit Trunyan

Peta BTR Ultra Kategori 85 KM