Nyungsep Di Gunung Sumbing, Apakah Gara-Gara Ngeluh Dingin?

Ketika mendaki Sindoro, saya sangat penasaran, apa yang membuat puncak Sumbing terlihat seperti ada benjolan?

Ketika turun dari Puncak Sumbing, tampak di ujung sana, si cantik Sindoro yang terlihat cerah

Sayang sekali, estafet pendakian Sindoro Sumbing saat itu gagal. Selepas turun dari Sindoro, hujan lebat mengguyur kawasan Kledung dan berlangsung sampai sore. Sangat tidak memungkinkan melanjutkan pendakian ke Sumbing via Garung.

Sekian bulan berlalu, akhirnya memanfaatkan liburan Idul Fitri saya bisa mendaki Gunung Sumbing melalui jalur Bowongso.

Mengapa Bowongso? Karena jalur Bowongso jaraknya lebih dekat menuju Puncak Rajawali Sumbing. Selain itu, Bowongso merupakan salah satu jalur yang relatif sepi dari pendaki, tapi gak juga, wkwkwk. Jalur Bawongso ini baru dibuka sehari sebelum saya naik karena bulan ramadhan. Saya pikir karena baru dibuka, jalurnya sepi, ternyata ruame.
Mungkin karena posisi basecampnya yang cukup dekat dengan jalan akses Temanggung - Wonosobo ya. Kebetulan ada sepupu saya yang mau mengantarkan saya ke Basecamp Bowongso. Kalau menuju basecamp gak ada kendaraan umum. Tapi kemarin ada pendaki yang bisa memesan ojek online dari jalan utama Wonosobo - Temanggung dengan tarif sekitar Rp. 30.000.

Lokasi Basecamp

Sampai di Basecamp Djoegiel Awar Awar Bowongso, saya langsung registrasi. Barang bawaan akan di cek oleh petugas basecamp. Sebelum membayar, saya dijelaskan tentang rute pendakian dan aturan yang ada di Gunung Sumbing. Ada dua yang cukup unik  yang pertama wajib membawa santan dan kopi yang dibungkus wadah plastik supaya terhindar dari hal mistis yang tidak diinginkan. Yang kedua, tidak boleh mengeluh dingin. Hahaha, ini kebiasaan saya banget kalau di gunung.
Informasi seputar rute pendakian Sumbing via Bowongso

Peraturan pendakian Sumbing via Bowongso

Retribusi pendakian termasuk asuransi

Retribusi untuk kesejahteraan desa

Sama seperti Sindoro, saya memilih menggunakan ojek menuju gerbang pendakian "Parkiran Swadas" yang berjarak 2 km dari basecamp. Tarifnya Rp. 25.000 sekali jalan. Pendakian kali ini saya tidak menggunakan kacamata (karena patah). Oleh karena itu saya langsung tancap gas menuju lokasi kemah di Pos 2. 

Jalur Bowongso terletak di sisi barat Gunung Sumbing. Jadiiii, seharusnya saya dapat menikmati pemandangan matahari terbenam dari ketinggian. Sayangnya langit mendung dan awan menyelimuti hampir seluruh kawasan Gunung Sumbing. Bahkan Sindoro yang seharusnya terlihat sangat jelas, tertutup awan. Walaupun tidak dapat menikmati sunset, pendakian jadi lebih sejuk dan tidak terlalu melelahkan.
Sampai di Pos 1 Taman Asmara, btw, ketika briefing, pengelola mengingatkan supaya jangan lama-lama di Pos 1 Taman Asmara ya 😂 khawatir aroma mistisnya kuat

Baru aja menikmati aura pendakian, langsung disambut jalur beginian

Yang sangat menyebalkan dari Jalur Bowongso ini adalah banyak pohon tumbang melintang. Repot banget harus jalan nunduk apalagi bawa tas carrier

Lokasi kemah yang biasa digunakan di Jalur Bowongso ini ada di Pos 2 dan Gajahan Camp Ground. Karena hari mulai gelap, saya memutuskan mendirikan tenda di Pos 2. Lokasi yang saya pilih agak di bawah dekat dengan jalur mata air di bawah rimbunan pohon.
Akhirnya sampai di Pos 2, langsung bikin tenda

Suasana dalam tenda

Walaupun sorenya mendung, tapi tengah malam cerah banget, bintang-bintang terlihat jelas

Karena lokasi tenda saya di Pos 2, jarak ke puncak Sumbing jadi agak jauh daripada di Gajahan. Saya memutuskan summit jam 4 pagi supaya bisa sampai puncak sebelum matahari terbit. Saya gak ingin mengulangi kesalahan di Sindoro yang sampai puncak ketika matahari sudah tinggi, puanas poll.

Jalur menuju Puncak Sumbing  via Bowongso sebagian besar melewati padang sabana. Ada dua pilihan jalur selepas Gajahan Camp Area jalur lurus menanjak disebut Tanjakan PHP, atau jalur zigzag yang disebut Tanjakan Ghosting. Saya lebih memilih tanjakan PHP supaya bisa memangkas jarak tempuh, walaupun harus dibayar dengan rasa lelah yang amat sangat 😂
Penampakan Camp Ground Gajahan dengan Tanjakan PHP dan Tanjakan Ghostingnya

Karena langit sudah mulai berwarna jingga, saya berhenti sejenak di pinggir kawah Gunung Sumbing sambil menikmati pemandangan matahari terbit. Kalau langsung ke Puncak Rajawali khawatir akan melewatkan pemandangan spektakuler ini.
Saya tiba di tepian kawah sekitar pukul 05:30. Matahari masih belum terlihat.

Sambil menunggu matahari muncul, foto-foto dulu berlatar Gunung Sindoro

Perjalanan menuju Puncak Rajawali Gunung Sumbing bukan perkara mudah. Saya harus melewati Puncak Buntu yang cukup curam. Saking curamnya, harus menggunakan tali webbing supaya aman.
harus fokus dengan pegangan dan pijakan

ngeri ngeri sedap jalurnya

Pemandangan matahari terbit

Yeay akhirnya sampai puncak

Mungkin dari kalian banyak yang bertanya-tanya, kenapa sih dinamain Gunung Sumbing. Biasanya nama gunung itu indah dan berwibawa ya, macam Arjuna, Semeru, Sindoro dsb. Nah merujuk informasi dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Kegunungapian (BPPTK) Gunung Sumbing merupakan gunung api strato tipe A. Gunung yang terletak di Jawa Tengah ini berada dalam wilayah Kabupaten Magelang, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Purworejo. Puncaknya berketinggian 3371 mdpl.  Karena bibir kawah sebelah timur laut telah hancur sehingga nampak seolah-olah sobek, maka disebut Gunung Sumbing, karena nampaknya seolah-olah seperti bibir sumbing.

Kubah Lava Gunung Sumbing

Gunung Sindoro tetangga dekat Gunung Sumbing

Nah ngomong-ngomong soal pantangan mengeluh dingin, saya ngalamin kejadian yang gak mengenakkan hahahah. Karena jaket bulu angsa saya ketinggalan di rumah, saya cuma pake jaket windproof yang tipis. Berhubung sepupu saya baik hati, dia pinjemin jaket ke saya. Tapi karena lama gak dicuci & agak bau, saya masukan jaket itu ke plastik & jadi bantal. Walhasil tengah malam saya terbangun karena kedinginan & ngeluh di luar hati alias ngucapin "njiiir dingin banget"

Hahaha pas perjalanan turun sering banget saya kepleset atau jatuh karena ada lubang. Selain itu, kepala saya sering banget terbentur batang pohon rubuh yang melintang, padahal pas naik kemarin, gampang-gampang aja, lha kok ini ada aja apesnya. Kalau soal terpleset kemungkinan besar akibat rumput yang tumbuh lebat menutup jalur pendakian. Jalur pendakian Bowongso sudah sebulan tutup karena ramadhan. Kalau sebelum di buka jalur pendakiannya di bersihkan mungkin bisa menghindari insiden seperti yang saya alami.
Inilah kondisi jalur pendakian Bowongso ketika sebulan lebih ditutup, harus hati-hati banyak lubang



Peta Pendakian Gunug Sumbing Via Bowongso