Menyapa Kawah Julutondo Sindoro Yang Akhirnya Terbangun Dari Tidur Nyenyaknya

Yang penting beli tiket kereta dulu, soal gunung mana yang akan di daki, itu bisa diputuskan sebelum sampai Stasiun Cirebon

Sindoro, gunung yang sangat iconic, penghias langit barat di kampung halaman. Sindoro salah satu gunung yang menjadi opsi pendakian selain Slamet dan Sumbing kala itu. Di Stasiun Perujakan Cirebon, akhirnya saya putuskan mendaki Sindoro karena lokasi basecampnya (Kledung) yang dekat dengan jalan raya. 

Turun di Stasiun Purwokerto saya melanjutkan perjalanan menuju Kledung menggunakan travel Avanza yang harganya Rp. 130.000 sampai basecamp Kledung. Memasuki Purbalingga sampai di daerah Kledung hujan deras turun tanpa ampun. Sindoro Sumbing yang harusnya terlihat amat jelas, sama sekali lenyap tertutup awan. 

Sempat agak galau sih, lanjut atau enggak 😂. Tapi menjelang maghrib, Sindoro mulai muncul dari balik awan. Waw, lumayan bikin jiper euy, tinggi banget keliatan dari basecamp. Sambil menunggu cuaca membaik, saya mengurus surat keterangan sehat di Klinik yang jaraknya 600 meter ke arah barat basecamp. Dengan biaya cuma 25 ribu, saya dapat surat sakti pendakian. Berhubung naik Sindoro gak boleh sendirian, saya menunggu dua pendaki lain buat kelompok . Gak butuh waktu lama saya dapat 2 teman. 

Dari basecamp saya naik ojek menuju pos 1,5  supaya hemat waktu. Kalau gak naik ojek, bisa 2 jam an jalan kaki cuy. Jalur ngojeknya ngeri ngeri sedap 😂 walaupun motornya Revo, gass poll. Belum naik aja, heart rate udah gak karuan takut guling guling duluan. 

abis turun dari ojek, haha


Seperti biasa dalam setiap pendakian perdana, saya sudah menyiapkan GPX dan Map Offline jalur pendakian Sindoro via Kledung. Jalur Uphill nya merah full yang artinya tidak akan pernah dapat bonus 😂. Wajar saja, Sindoro adalah gunung yang berbentuk kerucut nyaris sempurna. Gunung tanpa basa basi elevation gainnya. 

Karena pendakiannya malam, saya tidak terlalu merasa capek. Tanjakan dihadapan mata tersamar gelapnya langit. Saya mendirikan tenda di Pos 3. Sudah ada lumayan banyak tenda pendaki di pos ini, tanah datar yang tersisa habis, akhirnya saya bangun tenda di tanah yang agak miring. Oiya, di Pos 3 ini ada warung Mbah Kuat yang menjual makanan dan minuman dengan harga yang masih sangat masuk akal. 

Lokasi kemah

Jam 4.30 saya berangkat summit. Cuaca sangat cerah, bintang di langit terlihat jelas. Ternyata tidak terlalu banyak pendaki yang pergi ke puncak jam segitu. Estimasi perjalanan sekitar 2 jam. Dari basecamp saya diingatkan berada di Puncak Sindoro antara jam 7-9. Tidak boleh terlalu lama mengingat kawah Sindoro berstatus aktif dan sering mengeluarkan asap solfatara.

Matahari dah mulai keliatan nih



Memasuki batas vegetasi

Ketika cahaya matahari mulai nampak, saya sudah melewati batas vegetasi. Luar biasa pemandangannya. Saya bersyukur pendakian kali ini diiringi cuaca cerah. Padahal dapat info dari pendaki yang saya temui, kalau sunrise di Sindoro hari sebelumnya itu nggak banget.
Gunung Sumbing terlihat jelas, sementara dari kejauhan di sebelah kiri nampak Merbabu dan Merapi

Jalur pendakian kini berupa hamparan rumput dan bebatuan. Jalur menjadi tidak terlalu jelas dan kita harus pintar-pintar mencari pijakan yang nyaman. Di ujung atas sana, asap solfatara Sindoro mengepul jelas seolah ingin agar segera sampai ke puncak.




Foto Aerial Jalur Pendakian Kledung menjelang puncak, tampak batas vegetasi

Kondisi jalur menjelang puncak, tampak asap Solfatara Sindoro yang aromanya sudah mulai tercium

Asap solfatara Gunung Sindoro ini semakin pekat karena hujan yang turun kemarin seharian. Asap berhembus ke arah tenggara alias mengarah ke jalur pendakian Kledung. Saya pun berjalan agak ke kiri (barat) supaya terhindar dari asap. 

Video pendakian Sindoro melalui jalur Kledung dapat dilihat di youtube saya berikut:

Akhirnya saya bisa mencapai puncak Sindoro dan melihat dengan mata kepala sendiri kawah Julutondo, kawah utama Gunung Sindoro yang terus mengepulkan asap. Dari puncak terlihat jelas, kalau asap solfatara tidak hanya keluar dari Kawah Julutondo, tapi juga dari sisi selatan puncak Sindoro. Sebelum tahun 2011, Puncak Sindoro ini boleh dikatakan sangat indah ketika kawahnya mati. Saat itu, ketika musim penghujan, kawah Julutondo terisi air membentuk danau di puncak. Sayangnya, pada November 2011 - 30 Maret 2012 aktivitas vulkanik Gunung Sindoro tiba-tiba naik.  Terjadi semburan asap solfatara di beberapa tempat pada dinding dan dasar kawah utama. Aktivitas kegempaan juga mengalami peningkatan sejak bulan November 2011



Video 360 Pendakian Sindoro Jalur Kledung