Tanjungpinang, Kota Yang Pernah Jadi Ibukota Provinsi Riau

Ini kali kedua saya dinas ke Tanjungpinang. Kunjungan kali ini cukup spesial karena ingin mendalami histori suatu daerah untuk efisiensi operasional kantor. Simplenya, pilih Batam atau Tanjungpinang 😅

Menu wajib kalau ke Kepulauan Riau, Gonggong (Laevistrombus canarium)

Setelah mendarat di Batam, kegiatan dilanjutkan ke Tanjungpinang. Menyeberang menggunakan kapal cepat, orang sini bilangnya ferry cepat. Kalau di Kupang, ferry adalah kapal lambat yang bisa mengangkut kendaraan roda empat.
Bertemu dengan rekan-rekan dari Cabang Tanjungpinang dan terspilllah sedikit sejarah kota kecil tapi penuh sejarah ini.
Penyeberangan ke Tanjungpinang, lebih seru di belakang kapal, bisa liat pemandangan dan merasakan angin laut yang segar. Tapi kurang menantang, lautnya tenang sekali 😅

Tanjungpinang terletak di Pulau Bintan, tepatnya di sisi selatan. Di Pulau Bintan sendiri Kota Tanjungpinang bertetangga dengan Kabupaten Bintan. Sebagai ibukota provinsi, kota ini memiliki pusat pemerintahan yang terletak di Pulau Dompak. Akses ke Pulau Dompak dapat digunakan dengan jalur darat karena terdapat Jembatan Dompak yang menghubungkan dengan pusat kota Tanjungpinang.  Kemarin saya sempat lari malam melintasi Jembatan Dompak, seru sekali, sepi dan pemandangannya keren.
Foto sebelum melintasi Jembatan Dompak

Jembatan Dompak, tampak lampu lampu kota di Tanjungpinang
Dua hari satu malam di kota ini, saya baru tau kalau Tanjungpinang adalah kota yang sangat bersejarah. Kota ini pada masa lalu pernah jadi pusat Kesultanan Malaka dan Kesultanan Johor. Bangunan bersejarah yang tersisa memang sebagian besar ada di Pulau Penyengat (2 km seberang Tanjungpinang), antara lain Masjid Raya Sultan Riau, makam-makam para raja, makam pahlawan nasional Raja Ali Haji, kompleks Istana Kantor dan benteng pertahanan. Next time pengen banget dateng ke Pulau Penyengat.

Oh ya Tanjungpinang pernah jadi ibukota Provinsi Riau sebelum dipindah ke Pekanbaru. Pada masa Kolonial Hindia Belanda, Tanjungpinang merupakan pusat pemerintahan Karesidenan Riau. Ternyata pusat karesidenan di Sumatera bagian timur lebih memilih di pulau, sama kayak Bengkalis ya. Begitu Indonesia merdeka, Tanjungpinang menjadi ibu kota Provinsi Riau. Nah pada tahun 1959, ibukota Provinsi Riau dipindah ke Pekanbaru. Mungkin Pekanbaru dianggap lebih strategis karena dekat dengan kota-kota lain di Pulau Sumatera, dan kalau saya duga sih ada faktor tambang minyak juga yang lokasinya di sekitar Pekanbaru (Rumbai, Duri, Dumai). Setelah sekian lama hanya berstatus kota administratif, akhirnya pada tahun 2002, ada pemekaran daerah otonom, Kepulauan Riau. Nah, Tanjungpinang kembali lagi bertahta sebagai ibukota provinsi. 

Entah kenapa saya lebih menyukai Tanjungpinang dibanding Batam. Batam memang kota industri, ramai sekali. Tapi Tanjungpinang sangat nyaman. Kota ini tidak terlalu ramai, udaranya relatif bersih, dan banyak tempat wisata. 

Di Batam, olahraga lari sangat berisiko. Kendaraan ngebut sekali walaupun jalanan lebar, trotoar kayaknya hal langka di Batam. Di Tanjungpinang trotoar tersedia, yaaa walaupun di beberapa titik kondisinya memprihatinkan. 

Rasanya ingin lebih lama di Tanjungpinang. Tapi kegiatan masih padat banget. Akhirnya keesokan paginya saya harus berangkat ke Batam menggunakan kapal paling pagi.

Suasana pelabuhan Sri Bintan Pura, Tanjungpinang di pagi hari. Saya menunggu loket kapal tujuan Batam dibuka jam 7 pagi. Penyeberangan paling pagi Tanjungpinang - Bintan jam 7.30.

Tiket Rp. 80.500 sudah termasuk asuransi & tax

Ruang tunggu pelabuhan yang cukup nyaman ada tempat makan juga

Sampai jumpa Tanjungpinang!!!


 

Komentar