Long Run Ring of Andong Telomoyo : Tanjakan dan Turunannya Pedes Banget

Kawasan wisata Sepakung, hamparan persawahannya keren banget

Bulan Juli di tahun 2025 ini sangat menyenangkan. Banyak tanggal merah di hari Jumat dan Senin. Saatnya mewujudkan wishlist ke tempat-tempat yang belum pernah saya datangi. Awalnya saya mau tektok Gunung Sumbing lanjut kemping di Embung Kledung, terus lanjut lagi menuntaskan misi Long Run Ring of Andong Telomoyo.

Tapi kok bosen juga ya, apalagi ada bebrapa tempat di Dieng yang belum pernah saya datangi. 

Pergumulan ini muncul setelah saya berada di bis menuju Wonosobo. Rundown yang sudah dibuat masih belum pasti. Inilah yang membuat saya suka solo hiking/traveling. Rundown bisa berubah sesuka hati hahahha.

Rundown awal, berubah total

Nah, munculah ide ke Gunung Bismo. Sebenarnya saya sudah pernah ke Bismo lewat Jalur Silandak. Jalur ini lumayan panjang dan elevation gainnya tinggi banget karena titik mulai pendakiannya dekat dengan Kota Wonosobo tanpa perlu ke Dieng. Karena pendakiannya saat itu tektok siang dan gak kemping, sampai puncak Bismo full kabut dan turunnya gerimis pula. Padahal kalau cerah, gunung ini keren banget, bisa melihat Sumbing, Sindoro, Slamet dan gunung di daerah Dieng tentunya. 

Jam 05:00 saya sampai di Terminal Mendolo Wonosobo. Seharusnya saya turun di Taman Plaza tapi karena ketiduran malah bablas ke Terminal Mendolo. Jadi kalau kalian dari arah barat lebih baik menunggu bus jurusan Dieng di Taman Plaza daripada di Terminal Mendolo. Karena bus jurusan Dieng masih belum muncul di terminal, saya langsung ngojek ke lokasi ngetem bus mini itu di Taman Plaza (bayar Rp. 20.000). Dan yeaah, dapat bus juga lagi ngetem, di dalam sudah ada beberapa penumpang. Ongkos ke Dieng Rp. 30.000.

Selama perjalanan, saya menyaksikan pemandangan spektakuler matahari terbit di daerah Kejajar. Gunung Sindoro terlihat jelas sekali. Oh ya sekarang ini bulan Juni, bulan yang biasanya cerah dan dingin kalau di Dieng, dan waktu yang tepat buat naik gunung. Lokasi yang pertama saya datangi adalah Bukit Skoter. 

Di bukit ini saya ngedrone sebentar buat ambil footage suasana Dieng berlatar Gunung Sindoro yang mirip sekali dengan kota Bajawa dengan Gunung Inerie-nya.

Dieng berlatar Gunung Sindoro

Setelah puas ambil foto dan video di Bukit Skoter saya langsung tancap gas ke Gunung Bismo. Saya ngojek dari pangkalan ojek Titik 0 KM Dieng ke Basecamp Sikunang sejauh 4 km dengan tarif Rp. 25.000 (di Dieng ojek online kayak Grab or Gojek susah banget, malah ga ada kayaknya) . Suhu udara dingin banget asli. Jalanan ramai sekali dengan wisatawan karena long weekend. 

Akhirnya sampai juga di Puncak Gunung Bismo, walaupun agak siang, tapi Gunung Sumbing dan Sindoro masih cerah

Foto panorama sunrise di Gunung Bismo (drag/tap buat geser-geser foto panorama)


Setelah puas di Bismo, saya kepikiran, rasanya kok mending langsung ke Andong aja ya, persiapan buat long run Ring of Andong Telomoyo. Mumpung masih pagi, dan menghindari kemacetan yang makin parah di kawasan Dieng, saya langsung turun ke titik 0 KM Dieng naik ojeknya basecamp buat nunggu bis ke Wonosobo. Dari Wonosobo saya naik bus Bawang Lanang ke Secang dan lanjut ngojek ke Basecamp Andong jalur Pendem.

Andong dan Telomoyo, dua gunung 'mini' yang belum pernah saya kunjungi. Rencana mendaki gunung ini sudah sejak lama. Tapi yang menjadi tantangan kalau ke sini adalah akses transportasi umumnya susah 😅. 

Ternyata akses ke Basecamp Pendem ini nanjak parah. Ini yang bikin driver Gojek nolak orderan karena motornya matic dan lagi gak fit 😅. Akhirnya saya pakai ojek offline dengan tarif Rp. 50.000.

Sampai di Pendem saya langsung ke istirahat di basecamp dan mengisi daya baterai drone, hp dan lain-lain buat persiapan kemping di Puncak Alap-Alap Andong. Oh ya gak lupa registrasi pendakian di loket yang terletak persis di depan basecamp.

Tepat jam 17.30 saya mulai pendakian. Jalur Andong via Pendem ini ternyata terbagi dua, yaitu jalur selatan dan jalur utara. Nah karena saya gak cari info sebelumnya, saya ngasal aja pilih jalur utara. Jalurnya enak sih nyaman, gak langsung hajar ke puncak tapi dibuat landai melipir ke arah kanan jadi gak terlalu terjal.

Durasi pendakian 1 jam 20 menit sampai puncak Alap-Alap , hari sudah gelap, dan cuaca agak berangin. Saya mendirikan tenda persis di sebelah warung yang ada di Puncak Alap-Alap. Tenda saya menghadap ke arah barat, Gunung Sumbing dan Sindoro terlihat gagah dalam kegelapan malam. Kelap kelip lampu - lampu di Magelang sampai Temanggung menambah keindahan. 

pemandangan lampu-lampu berlatar Gunung Sumbing dan Sindoro

Dibanding mendaki tektok, saya lebih menikmati kalau kemping. Selain lebih santai, saya termasuk orang yang gak kuat terpapar hawa dingin terlalu lama. Lagi pula, naik gunung sambil bawa tas carrier muatan penuh juga bisa buat latihan penguatan otot kaki dan beban. Jadi kalau pas lari bawa vest yang isinya muatan air full, gak kerasa berat kok.
 
masak makan malam dengan menu Naraga 😅. Nasi lauk instant ini cocok banget buat naik gunung. Kalorinya tinggi jadi bikin energi tetap awet.

Puas menikmati makan malam dan pemandangan kelap kelip lampu dari atas gunung, saya pun lanjut tidur. Saya harus bangun pagi karena target jam 9 pagi saya sudah mulai start Ring of Andong Telomoyo dari basecamp Pendem.
Jam 1 dini hari saya terbangun karena angin kencang dan gerimis. Tenda bergoyang goyang cukup berisik. Sempat tertidur lagi, jam 4 pagi saya terbangun, kali ini suara pendaki tektok yang sudah mulai berdatangan. 

Menjelang pagi, Puncak Andong makin ramai didatangi pendaki

Lokasi tenda saya ini bener-bener sempurna. Begitu membuka pintu tenda, terhampar pemandangan lautan awan yang berlatar Gunung Sumbing dan Sindoro. Angin pun tenang sekali, ajaib memang. 
Lautan awan mulai nampak 😍

Santai dulu kawan di dalam tenda yang hangat sambil menikmati lautan awan dan Gunung Sumbing Sindoro

Mulai ramai 😅
Selama kemping di Puncak Alap Alap saya cuma menikmati pemandangan dari dalam tenda. Saya gak mampir ke puncak tertinggi yaitu Puncak Andong yang ada di hadapan mata. Karena sudah diwakili sama drone juga 😅

Foto panorama sunrise di Gunung Andong (drag/tap buat geser-geser foto panorama)

Saatnya Ring of Andong Telomoyo!!
Ring of Andong Telomoyo, edisi ketiga dari long run mengelilingi gunung yang saya lakukan setelah Sumbing dan Sindoro. Btw, kalau di Jakarta, sehari-hari saya lari dengan jarak maksimal 10 km. Saya agak kurang suka long run terlalu jauh di Jakarta karena faktor kualitas udara dan keramaian jalan. Oleh karena itu, long run yang saya lakukan harus di tempat yang sejuk, udara bersih, dan tidak terlalu ramai kendaraan. 

Maka dari itu saya memilih lari berkeliling gunung, yang lokasinya ada di Jawa Tengah. Kenapa di Jawa Tengah? Pertama, gunung-gunung di Jawa Tengah ini sebenernya banyak yang dalam kondisi 'rusak', ya rusak dalam artian, kawasan pemukiman dan perkebunan warga sudah merangsek terlalu jauh ke arah gunung sehingga jarak jalan yang mengelilingi gunung radiusnya lebih pendek.
Kedua, akses transportasi yang mudah dijangkau dari Jakarta terutama bus sehingga menghemat biaya. Ketiga, karena suasana lingkungan gunung-gunung di Jawa Tengah menurut saya lebih nyaman dan aman. Keramahan warganya itu yang saya suka.

Ring of Andong Telomoyo kita sebut saja RAT ya, start dan finish dari basecamp Andong via Pendem dengan arah berlawanan jarum jam, melintasi jalur road (aspal maupun beton) sejauh 35,94 km. Rute yang saya buat mengelilingi Gunung Andong dan Gunung Telomoyo, melintasi dua kabupaten, Magelang dan Semarang. Sepatu yang saya gunakan adalah sepatu trail Hoka Speedgoat 6 walaupun sebenernya lebih nyaman menggunakan sepatu road sih. 

Oh seperti biasa lari keliling gunung ini sendirian, tanpa marshall, dan self support tentunya, buat melatih skill survival kalau ikut ultra trail run. Supaya gak rewel kalau WSnya mininalis 😂. Rute dalam bentuk tracklog berformat GPX sudah saya siapkan jadi gak perlu ada marshall. 
Are you ready? 😎

Sama seperti rute-rute lari keliling gunung sebelumnya, jalur yang saya pilih adalah jalur penghubung antar desa. Selain lari, rute RAT dimungkinkan juga menggunakan sepeda maupun sepeda motor. Kalau mobil tidak bisa karena menjelang Desa Seloprojo, rute akan melintasi hutan dengan jalan beton setapak yang hanya bisa dilalui kendaran roda dua.

Bagaimana kontur rutenya?
Nah, waktu awal dibuat, saya curiga kenapa elevasi gainnya hampir sama kayak Ring of Sindoro yang jaraknya 55 km. Secara nalar, pasti tanjakan turunannya pedes banget. Setelah dilariin, ternyata valid hahaha. Sejauh 35 km, saya dihajar jalur yang rute datarnya minimalis banget, rasa-rasanya kok memang gak ada datar datarnya ya. 
Belakang saya adalah Gunung Merbabu


Masjid Baitul Muslimin di daerah Tolokan, Getasan yang sudah masuk Kabupaten Semarang

Tapi soal pemandangannya,, beuuh,, mantap banget dan melintasi banyak spot wisata. Pemandangan Gunung Telomoyo, Andong dan Merbabu silih berganti menemani selama lari. Di daerah Mulungan, rute berada di tepi jurang yang di seberangnya Gunung Gajah tampak jelas sekali. 
Pemandangan Danau Rawapening

Pemandangan berikutnya adalah Rawapening yang terlihat cukup dekat ketika memasuki kawasan Sepakung. Sepakung adalah salah satu desa wisata yang terkenal dengan pemandangan alamnya. Desa ini kayak tersembunyi dibalik pegunungan. Saya harus nanjak dulu, kemudian turun memasuki kawasan desa, melintasi daerah persawahan, lalu nanjak lagi ketika meninggalkan Sepakung.  
Kawasan wisata Sepakung, hamparan persawahannya keren banget


ngeskrim dulu pas lagi panas panasnya

Setelah Sepakung sampailah saya di Pagergedog. Tempat ini menjadi titik tertinggi elevasi RAT dan salah satu jalur yang bisa diakses menuju Puncak Telomoyo menggunakan kendaraan. Sepertinya tempat ini penghasil alpukat, sayangnya belum musim berbuah jadi gak bisa icip icip. Konon alpukat di sini enak banget.
Budaya gotong royongnya masih ada

Memasuki Seloprojo langit yang tadinya terang benderang dan full sinar matahari kini mulai tertutup kabut. Suasana jadi sejuk sekali. Saya melintasi hutan pinus dengan jalur setapak yang hanya bisa dilalui kendaraan roda dua. Jalur menurun ini terbuat dari beton. Tempatnya asli keren banget, walaupun sepi tapi ada cermin cembung di setiap tikungan. Sepertinya tempat ini memang daerah wisata. 
Hutan pinus di daerah Seloprojo

Ketika memasuki Desa Seloprojo, berarti selesai sudah mengitari Gunung Telomoyo, tinggal sisa menyusuri Gunung Andong di sisi utara melintasi jalan raya Ngablak ke Grabag. Jalur ini terus menurun sampai ke daerah Ngasinan melewati Telaga Bleder.

Nah dari Ngasinan inilah dimulai tanjakan paling curam sepanjang RAT 😅. Jalur ini melewati hutan Mangli yang saya lewati kemarin saat perjalanan menggunakan ojek dari Secang ke Basecamp Andong. Naik motor aja udah pegel banget ngadepin tanjakan apalagi ini pakai kaki 😅.
Profil elevasi Ring of Andong Telomoyo, gak ada track datar 🙃

Pukul 13:48 atau selama 5 jam 30-an menit, akhirnya saya finish dengan selamat kembali ke Basecamp Andong via Pendem. Setelah selesai dilariin, ada beberapa rute yang tidak sesuai dengan tracklog yang saya buat di awal seperti pada peta di bawah ini (merah : actual log, biru : plan log)

Oh ya bagi yang ingin longrun RAT tips dari saya :
  1. Persiapkan mental dan fisik pastikan dalam kondisi yang fit karena tanjakan dan turunannya pedes banget. 
  2. Berlari di sisi kanan jalan atau melawan arus karena walaupun sepi, kendaraan di sini sering ngebut. 
  3. Persiapkan logistik terutama air minum fan uang yang cukup. Banyak masjid bisa jadi toilet atau warung kok buat jajan. 
  4. Selalu bersikap ramah sama warga, senyum dan menyapa kalau berpaspasan. 
  5. Pakai tracklog gps supaya gak nyasar 😂, karena banyak persimpangan. 
  6. Titip barang bisa di basecamp ya. 
  7. Start bisa lebih pagi supaya pas finish gak terlalu panas. 
  8. Jangan lakukan pas musim hujan. Karena potensi longsor di jalur tinggi sekali. 
Download Track Log format GPX Ring of Andong Telomoyo

Peta Rute Ring of Andong Telomoyo
 

Komentar