Saya pernah dibesarkan di kaki Gunung Sumbing. Saat usia 5-6 tahun, bayangan saya tentang gunung ini adalah sangat menakutkan, angker, dan hanya orang orang tertentu saja yang bisa naik ke atas sana 👀
Padang Sabana Segoro Banjaran
Gunung Sumbing salah satu gunung favorit saya untuk dikunjungi terutama melalui jalur Garung. Selain pemandangannya indah, akses ke tempat ini sangat mudah dari Jakarta. Biasanya saya naik Bus Sinar Jaya dari Jakarta berhenti di ATM BRI dekat pasar Reco, lanjut berjalan kaki menuju basecamp Garung.
Di basecamp ini pendaki cukup mengisi formulir data diri dan barang bawaan, serta meninggalkan identitas diri asli seperti KTP. Setelah itu pendaki mendapatkan dua lembar kertas informasi seputar jalur pendakian Garung dan kantung plastik hitam untuk tempat sampah.
Selepas pos registrasi, pendaki akan melalui jalur perkampungan dan perkebunan warga. Untuk menghemat waktu, tersedia ojek yang akan mengantarkan pendaki ke batas hutan sekaligus Pos 1. Ojek ini lumayan menyingkat waktu karena jaraknya cukup jauh dan elevasinya lumayan terjal. Saking terjalnya, penumpang dibonceng di bagian depan motor 😝
Oh ya, jalur Garung ini ada jalur lama dan jalur baru. Saran saya lebih baik lewat jalur baru yang lebih ramai dan nyaman. Saya pernah turun lewat jalur Garung lama, rutenya lumayan terjal, apalagi kalau dipakai buat naik 👀.
Jalur Garung baru ini melewati beberapa sungai, artinya melintasi beberapa punggungan. Jalurnya menurut saya lumayan humanis 👀. Ada empat pos, beberapa di antaranya tersedia warung yang menjual makanan dan minuman. Dari pos 1 sampai puncak, menurut saya tanjakan terjalnya hanya saat summit.
Shelter Emergency di Pos 3 Gunung Sumbing Jalur Garung
Suasana Camp Ground Pos 3 Gunung Sumbing Jalur Garung
Dari jalur Garung terdapat dua akses menuju lantai kawah. Yang pertama adalah tepat di Puncak Kekawah, yang kedua berada di antara Puncak Sejati dengan Puncak Rajawali.
Pemandangan dari Puncak Kekawah
Biasanya saya ke Puncak Rajawali dulu, setelah itu turun lewat jalur kedua, lanjut ke Segoro Banjaran dan Segoro Wedi, lalu naik lagi lewat Puncak Kekawah.
Padang sabana Segoro Banjaran
Tali untuk turun ke kawah Sumbing di Puncak Kekawah
Oh ya, kawah Sumbing ini lumayan besar. Bagian yang masih aktif mengeluarkan solfatara berada di sisi barat laut. Walaupun masih aktif, asap solfatara yang keluar tidak sebesar kawah Sindoro.
Padang sabana Segara Banjaran di Kawah Sumbing juga bagus banget, rumput menghampar luas di area datar dengan berlatar tebing puncak. Tidak kalah cantik dengan sabana di Gupakan Menjangan atau Buthak.
Selain padang sabana, ada juga Segoro Wedi alias 'lautan pasir' yang berada di sisi timur laut kawah. Pasir pasir di Segoro Wedi berasal dari belerang yang ada di kawah. Material belerang yang kecil kecil lalu hanyut saat hujan dan bermuara di Kawah Segara Wedi. Kalau musim hujan, Segoro Wedi akan tergenang air dan terlihat seperti danau/pantai.
Pemandangan Segara Wedi di kejauhan
Segoro Wedi saat kering
Segara Wedi dalam kondisi banjir, mirip pantai kan?
Segoro Wedi mirip pantai pantai di NTT ya 😅
Meski sangat indah, para pendaki dilarang keras mendirikan tenda di area kawah. Asap sulfatara yang keluar dari kawah sangat berbahaya bagi manusia. Apalagi kalau musim hujan, asapnya makin meriah karena tersiram air.
Santai dulu di 'pantai'
Foto panorama Kawah Sumbing
Update :
Setelah ada aturan kalau tektok di Jalur Garung hanya boleh malam hari, banyak yang geser ke jalur Batursari. Jalur Batursari dengan Garung lama bersebelahan dan pada akhirnya bertemu menjelang Puncak Sumbing. Kalau lewat jalur Batursari bisa mampir terlebih dulu di Puncak Batu Singa yang iconic itu.
Puncak Batu Singa yang ada di sisi timur Puncak Kekawah
Komentar
Posting Komentar