Saya masih inget hari hari itu, ucapan "belasungkawa" datang berduyun-duyun dari teman.
"Selamat ya Bos baru, semoga betah ya"
"Selamat ya Ibu baru, jangan pensiun dulu lah jalan jalannya"
Dan beberapa ucapan bernada ejekan lainnya yang cukup membuat saya ngelus dada 😂.
Yang di atas adalah momen pergantian bos baru, kalau saya itung itung, selama bekerja di tempat ini sepuluh tahun, saya sudah mengalami pergantian tujuh kali atasan di empat kantor. Semuanya memiliki karakter yang berbeda-beda, ada yang menyenangkan, ada yang tidak. Ada yang membuat satu tim jadi auto pilot, tapi pernah juga yang dapet super duper micro managing 👀👀
ke kampung halamannya bu bos ni |
Btw Bos baru saya ini, sebenernya cuma pindah kubikal doang. Alias, sebelumnya, beliau bos di bidang sebelah. Jadi selama ini ya saya lumayan kenal beliau. Tapi yang dikenal banyak karyawan di sini, beliau itu sering ngegas dan sering kerja sampe malem 😅.
Nah hal inilah yang bikin orang-orang khawatir kalau Ibu itu jadi bos, termasuk saya saat itu ya 😂. Bayangkan kalau saya kerja sampai malam, udah rumah lumayan jauh, pake bis umum, waktu olahraga bisa bisa ilang, apalagi waktu buat naik gunung. Nah buat mencegah hal-hal itu terjadi, tim saya sekarang ini bikin inovasi lah supaya cara kerjanya lebih efisien. Termasuk pakai aplikasi buat ngolah data yang belajarnya pun lamaaaaa, ya karena cuma liat tutorial di youtube, maklum bukan orang TI.
tulisan ini dibuat 8 bulan setelahnya, dalam perjalanan tugas dari Bukittinggi ke Solok, di kampuang halamannya Bu Bos tadi, Apakah benar saya gak betah? pensiun jalan-jalan?
Btw, saya mengenal ibu ini kalau gak salah tahun 2017, ketika di sebuah grup kantor yang isinya pegawai senasional, beliau menjelaskan panjang lebar tentang integritas. Beliau membahas tentang fenomena subjektifitas seseorang ketika melakukan penilaian komitmen rekan kerjanya. Jadi di kantor saya ada dua macam penilaian, kinerja dan komitmen yang masing-masing bobotnya 70% dan 30%. Penilaian kinerja itu pencapaian target perusahaan sementara penilaian komitmen itu ya penilaian subjektif perilaku orang. Misalnya kinerjanya jelek, maka orang-orang cenderung mendongkrak dengan menambah tinggi nilai komitmennya. Nah inilah yang dipermasalahkan beliau. Jadi banyak karyawan yang menilai komitmen sengaja ditinggiin supaya menutup hasil kerja yang jelek 😅.
Kira kira inilah penggalan bait yang dituliskan ibu itu ke grup
Dan apa yg dibutuhkan untuk itu semua ? Simple... Your Integrity!
Integritas bukan hanya datang dan pulang tepat waktu. It's easy, apalagi kalau diancam potong gaji. Bukan pula sekedar saying No terhadap tawaran-tawaran tak halal yg datang dari berbagai pihak. Bukan sekedar dapat WTP tiap tahun...
It's about your consistency standing for what is right no matter what it costs you.
Anda mungkin akan dihujat, lalu jadi musuh orang banyak. You might feel lonely, but trust me... You'll be living in peace for there's nothing that you cannot explain to yourself.
Saya rasa, feedback SMKPBK ini adalah moment of truth untuk mengevaluasi kembali integritas setiap Duta BPJS Kesehatan. Do we deserve what we have today ?
Thanks :)
Nah ini yang jadi kegelisahan saya selama ini. Jatuhnya, kita ini sering abuse banget sama aturan. Gampangnya gini, kalau diaturan ga ada, ya boleh dong saya lakukan?
Saya bangga bukan main bekerja di tempat ini karena emang soal pelanggaran integritas gak pernah ada ruang Perusahaan saya ini sering banget di hujat banyak orang (yang sebenernya masih belum paham tentang program jaminan kesehatan), tapi emang kami ya menjalankan tugas dari peraturan yang gak pernah kami ciptakan wkwkwkwk. Makanya kami ya tenang tenang aja,, ibaratnya peduli amat, kami hanya menjalankan regulasi, yang penting kami gak korup.
Kembali ke tulisan ibu tadi. Itungannya beliau berani banget buat write up. Gila sih!!!
Kekaguman saya yang kedua adalah pas saya tugas di Bali. Ibu itu dan timnya datang buat pengecekan terkait mutasi kepala cabang. Intinya ada beberapa hal yang membuat mutasi kepala cabang harus di review karena alasan kesehatan. Dan gokilnya ibu itu dateng buat ngecek dan memastikan bahwa setiap mutasi pegawai itu memberikan rasa aman. Dia ngecek setiap sudut ruangan, tangga, dan akses di gedung kantor cabang, memastikan keamanan, dan ngitung waktu tempuh seandainya pegawai yang di mutasi tersebut periksa kesehatan di rumah sakit yang proper.
Nah kebetulan saya yang mendampingi ibu itu selama dinas di Bali.
Ibu itu pula yang membuat saya harus "pulang kampung" ke Jakarta dari perjalanan karir saya di Bali Nusa Tenggara selama 6 tahun 😅 Awalnya saya sempet kecewa karena di Bali baru 7 bulan, dan jujur lebih betah kerja di daerah apalagi selama 6 tahun itu saya bisa menikmati tempat-tempat indah. Tapi saya mah ngikut aja kemana SK memindahkan saya.
Dan entah kenapa semenjak saya di Jakarta, ibu saya yang sebelumnya sering sakit-sakitan, kondisinya jauh lebih membaik. Ternyata info dari adik saya, Ibu selalu mencemaskan saya ketika saya merantau. Karena kepikiran itu lah, beliau sering sakit-sakitan, dan jarang sekali info ke saya 😢 aaah terima kasih yang tak terhingga pokoknya mah.
Seiring berjalannya waktu, Ibu itu pun akhirnya jadi atasan langsung saya di awal tahun 2024. Saya dan tim sempat over thinking, waduuuh tamat sudah work & life balancing kita 😅
Nah kembali ke pertanyaan di atas, Apakah benar saya gak betah? pensiun jalan-jalan?
Kagak, kagak sama sekali.
Selama saya bekerja, baru kali ini saya merasakan pola kerja yang terstruktur sistematis dan bikin diri kita ini berkembang. Perlakuan Ibu itu terhadap kami, jauh dari yang orang orang lain bilang. Kami sangat dimanusiakan, diperhatikan, dan yang pasti, Ibu itu sangat menghargai keluarga kami. Cuti, ijin pengajuannya cepet sat set yang penting proses dan output kerja harus OK.
Ibu itu juga sama sekali gak membedakan antara pegawai tetap maupun kontrak. Semua orang diberi tugas sesuai kapasitasnya termasuk dipercaya menjadi pimpinan project. Ketika kami sama sekali gak paham tentang suatu hal, Ibu yang menginisiatif buat bikin kegiatan training menghadirkan narasumber eksternal bareng-bareng. Ini langka banget, padahal selama kerja, saya biasanya cuma belajar dari pengalaman doang 😅. Ibu itu juga gak baperan kalau kami para kroco-kroco debat atau ada beda pendapat dengan beliau.
Ibu juga yang terus mengingatkan, kalau bikin treatment ke suatu unit kerja, harus terjun langsung ke lapangan. Jangan cuma hanya baca data aja di layar komputer. Dan ini yang gak pernah saya temukan di era sebelumnya. Pada akhirnya saya pun bisa berkesempatan mengunjungi beberapa tempat dan merasakan kesulitan yang dialami oleh karyawan.
Pesan beliau yang paling mengena, Boleh keliling tapi outputmu harus efisiensi ya wan
Kecintaan beliau sama organisasi emang beda sih, totalitasnya, pake banget. Mungkin itu ya yang membuat beliau objektif ketika membuat tulisan tentang penilaian kerja. Walaupun banyak orang (termasuk saya) omongan ibu itu pedes, tapi trust me, beliau melihat segala sesuatunya selalu dari helicopter view.
Satu lagi, Ibu itu paling gak suka dilayani. Urusan check in pesawat, bawa koper, beliau lakukan sendiri dan melarang orang lain bantu. Pernah ya, saya sampai over thinking di suatu kegiatan dinas luar, gara-gara Ibu udah checkin pesawat sendiri, 😅😅. Saya sampai tanya ke teman saya yang mantan stafnya, untungnya dia bilang ibu udah biasa kok melakukan semuanya sendirian. Aaah lega rasanya. Belum lagi kebiasaan Ibu yang hobi banget kuliner dan sering masakin atau bawain makanan buat kami remahan kroco. Tapi kalau ibu bawa makanan, bukan berarti kita disuruh lembur ya, nggak sama sekali.
Saya yakin sih dengan cara kerjanya, ibu itu gak bakal lama di tempat saya. Nah ini yang kadang bikin saya kesal, kenapa sih kalau dapet bos yang oke, pasti waktunya gak lama 😅😅😅😅, minimal tiga tahun lah.
Tapi kalau gesernya ke tempat yang lebih baik, ya gak papa juga!! Kalau kata Ahok, namanya karir ya harus ke atas, bukan kesamping 👀
Tapi jangan tahun ini juga ya Bu pindahnya,,, Project kita masih banyak yang belum kelar 😅😅😅😅