Review Pendakian Gunung Slamet via Baturaden

 Jalurnya gokil, ini bukan jalur wisata, ini jalur berpetualang sesungguhnya

Menikmati belantara rimba Baturaden

Gunung Slamet adalah gunung tertinggi di Jawa Tengah. Gunung ini memiliki banyak jalur pendakian yang tersebar di Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Brebes, Kabupaten Tegal dan Kabupaten Pemalang. 
Kebanyakan pendaki Slamet lebih memilih jalur Bambangan di Purbalingga atau Guci di Tegal. Saya pun heran, kenapa jalur Baturaden sepi banget peminatnya, padahal jalur ini yang paling dekat dengan Purwokerto. Saking penasarannya sayapun memutuskan memilih Jalur Baturaden.

Yang pertama kali saya lakukan tentu saja menghubungi pengelola jalur pendakian Gunung Slamet Jalur Baturaden via Instagram di @slamet_baturraden. Dari Instagram saya diarahkan untuk menghubungi lewat WA basecamp Baturaden yaitu Radenpala, komunitas pecinta alam Baturaden di nomor 085726777716 (Mbak Irma). 

Lihat bangunan berwarna orange di bagian bawah tengah foto? Yup, itu adalah basecamp pendakian Baturaden, berlatar belantara rimba dan tentu saja, Gunung Slamet. 

Suasana di dalam Basecamp Baturaden

Basecamp Baturaden lokasinya dekat dengan Gerbang Wana Wisata Baturaden (setelah gerbang, masuk parkiran sebelah kanan terus ada jalan kecil). Titik lokasinya ada disini (lokasinya agak beda dikit sama keterangan di google map). Yang kebagian piket saat itu di basecamp adalah Mas Pecel.


Syarat Pendakian Gunung Slamet Via Baturaden
  1. Surat keterangan sehat dari dokter
  2. Fotocopy KTP
  3. Tidak membawa botol plastik (bisa diganti jerigen di basecamp)
  4. Membayar registrasi Rp. 50.000 (sudah termasuk wahana wisata yang ada di Baturaden 😍)
Retribusi pendakian Gunung Slamet Jalur Baturaden

Pendakian jalur Baturaden menerapkan zero waste, yang artinya para pendaki harus bertanggung jawab dengan sampah bawaan. Teman teman Radenpala akan ngecek barang bawaan kalian sebelum dan sesudah mendaki. 
Dari basecamp saya diantar menggunakan motor Mas Pecel ke titik 0 pendakian (tarif Rp. 20.000). Disarankan ngojek karena lokasi gerbang pendakian lumayan jauh sekitar 2,4 km 😂

Diantar pakai motor ke titik 0 Pendakian

Peta Jalur Pendakian Gunung Slamet via Baturaden yang berhasil saya rekam pakai sport watch (bukan official track ya gaes) 


Titik 0 Pendakian - Pos 2
Titik 0 Pendakian

Ini baru petualangan!!! Tidak ada yang bisa banyak diceritakan selain rasa takjub selepas gerbang pendakian. Hutan lebat, kicauan burung, suara lutung, dan udara yang segar menemani sepanjang perjalanan. Hingga pos 2, rute belum terlalu nanjak. Beberapa kali saya melewati aliran sungai kecil, so tidak perlu membawa terlalu banyak air sebenarnya. 

Melewati aliran air sungai kecil yang jernih

Karena jarang dilalui pendaki, jalurnya lumayan rimbun

Penanda arah yang menempel di pohon akan memandu sepanjang jalur pendakian


Bergaya di Pos Bayangan 2. Jarak antar pos biasanya antara 1-2 km. 

Drone terbang di atas Pos 1
Kalau melihat foto di atas, sebenarnya sudah tergambar betapa serunya jalur pendakian Baturaden ini 😃.  Jalur antara titik 0 pendakian sampai Pos 2 memang tidak terlalu menanjak. Jalur Baturaden sangat sepi, hanya ada dua kelompok pendaki termasuk saya. 
Kalau dilihat di peta kontur Google, jalur pendakian Baturaden berada di sisi kanan sungai. Sumber air berupa genangan air jalur sungai, tersedia di Pos 2 dan Pos 4. 
Jalur Baturaden kalau musim hujan, beuuuuh licin bukan main, saran saya bawa sarung tangan, jadi kalau mau kepleset bisa pegang pohon yang ada di kiri kanan jalur 🤣

Foto panorama aerial di atas Pos 1 Gunung Slamet, terbayang kan betapa serunya menyusuri belantara Hutan Baturaden

Berhenti sejenak di Pos 2

Tanjakan terjal mulai terasa selepas Pos 2 karena jalur pendakian sudah memasuki tubuh Gunung Slamet. Jalur pendakian secara umum cukup jelas dan hampir tidak ada percabangan. Tanaman Begonia yang bisa dikonsumsi tersedia melimpah ruah di jalur ini. Teman saya yang bernama Sunukun mencoba Daun Begonia dengan toping cokelat coki-coki. Katanya rasanya enak, padahal saya sendiri bellum pernah rasain 👀. Selain Begonia, jalur Baturaden juga tersedia tanaman Ulap Doyo yang daunnya dapat dimanfaatkan menjadi piring.
Daun Ulap Doyo yang bisa digunakan sebagai piring makanan


Oh iy, karena banyak sekali lintah, sangat disarankan menggunakan celana panjang dan atasan lengan panjang. Jangan lupa bawa handsanitizer semprot, karena bisa menyingkirkan lintah dengan cepat. 

Gaya dulu menjelang Pos 2

Lokasi kemah yang direkomendasikan adalah Pos 4. Meskipun area mendirikan tenda tidak terlalu banyak (sekitar 5-6 tenda), di Pos 4 terdapat sumber air berupa genangan di aliran sungai.
 
Bermalam di Pos 4

Berkemah di Pos 4

Menuju Puncak Surono Gunung Slamet
Summit jalur pendakian Baturaden adalah titik terdekat menuju Puncak Surono. Sayangnya di pendakian pertama saya gagal pergi ke puncak karena angin kencang yang berhembus sejak sore hingga pagi hari. Angin tersebut bahkan merobohkan pohon besar ketika dini hari. Suara pohon roboh itu terdengar jelas dari dalam tenda, dan menciutkan nyali kami. Akhirnya kami memutuskan kembali turun, karena keselamatan adalah hal yang utama. Setelah sampai basecamp, ternyata awan lenticular menyelimuti Puncak Slamet.
Foto Gunung Slamet yang tertutup awan. Foto diambil teman saya dari Kota Purwokerto, saat itu saya masih tertahan di Pos 4 karena angin super duper kencang

Pendakian Kedua, Menolak Menyerah di Jalur Baturaden
Rasa penasaran yang amat sangat, membuat saya kembali mencoba pendakian lewat jalur Baturaden. Ternyata dikasih tantangan lain gaes sama Yang Maha Kuasa, kali ini cobaannya adalah hujan lebat yang mengguyur sepanjang malam hingga jam 2 dini hari di Pos 4 tempat kami beristirahat. Saking lebatnya, air hujan merembes sampai ke dalam tenda dan membasahi sleeping bag saya. Untungnya hujan berhenti dan jam 3.30 dini hari kami bisa melanjutkan perjalanan ke Puncak Surono Gunung Slamet. 
Jalur pendakian berupa tanjakan curam tanpa ampun selepas Pos 4. Vegetasi mulai berganti yang tadinya pohon tinggi besar, berganti menjadi Centigi Gunung dan Edelweiss. Satu jam kemudian kami tiba di Pos 5, pos terakhir yang ada di jalur pendakian Baturaden. Oh iya, seluruh pos yang ada di jalur pendakian ini tanpa ada bangunan ya, dan tidak ada juga penjual makanan 😌. Pokoknya benar-benar masih alami.

Pos 5 Baturaden

Lahan untuk berkemah di Pos 5, tidak ada sumber air di sini


Edelweiss dan Centigi di sekitar Pos 5

Sekitar setengah jam selepas Pos 5 akhirnya sampai juga saya di plawangan. Plawangan adalah batas vegetasi, jalur yang tadinya hutan berubah menjadi bebatuan. Dari tempat ini puncak Gunung Slamet terlihat jelas. Sangat tinggi sekaliiiiiii 🤣
Tidak jauh dari batas vegetasi ada papan peringatan ini

Sama seperti Gunung Semeru, pengelola jalur pendakian Baturaden tidak menyarankan pendaki ke Puncak Slamet karena medannya yang sulit dan banyak sekali risiko yang bisa menimpa para pendaki. Gunung Slamet adalah gunung yang masih aktif dengan kawah yang sangat besar. 

Jalur menuju puncak, selepas batas vegetasi 😔

Jalur menuju puncak sangat terjal. Walaupun bukan jalur pasir seperti summitnya Rinjani, saya lebih waswas muncak di Slamet karena kerikil-kerikil batunya tidak stabil dan rawan ambrol. Setiap pendaki wajib fokus ke penanda berupa tali plastik yang terikat di pohon atau potongan kayu. Pohon Centigi yang sedang musim berbuah tumbuh di sepanjang jalur puncak. Tidak kami sia-siakan buah Centigi yang rasanya asam manis menyegarkan.

Buah Centigi

Puncak Surono (ada bendera merah putih) berlatar Kawah Slamet



Akhirnya sampai juga saya di Puncak Surono Gunung Slamet. Meskipun semalaman diguyur hujan, Puncak Slamet terlihat sangat jelas. Asap solfatara berhembus kencang keluar dari Kawah Slamet. Di Puncak Surono merupakan titik temu pendaki dari jalur Guci, Kaliwadas dan tentu saja Baturaden. Saat ini pendakian lintas jalur tidak diperkenankan.

Btw sebenernya masih menjadi teka teki dimana puncak tertinggi Gunung Slamet. Ada yang bilang Puncak Surono, ada juga yang bilang Puncak Bambangan yang letaknya agak jauh ke utara dari kawah Slamet. Kalau lihat di Google Map dengan tampilan 3D satelite sepertinya memang Puncak Surono bukanlah puncak tertinggi Gunung Slamet, melainkan puncak yang ada di Jalur Bambangan. Atau kalau ada pendapat lain silakan jawab di kolom komentar ini ya. 

Kawah Gunung Slamet yang terus aktif mengeluarkan asap solfatara

Sahabat saya, sekaligus teman kantor beda unit kerja, pendakian bersama kedua setelah Merbabu jalur Thekelan

Menikmati lautan awan di puncak Slamet

Terbang di atas kawah Segoro Wedi Gunung Slamet

Seperti yang sudah dijelaskan di awal, retribusi pendakian Gunung Slamet jalur Baturaden, sudah termasuk paket wisata yang ada di dalam Wana Wisata Baturaden, seperti kebun raya, air terjun dan sebagainya. Setelah turun dari Slamet, saya menyempatkan diri berendam air panas di Pancuran 7 Baturaden. Lumayan lah buat merilekskan badan yang terasa remuk pasca pendakian

Video Pendakian Gunung Slamet Jalur Baturaden