Gunung Kembang, Cek Sampahnya Lebih Ketat Daripada Avsec Bandara
pada tanggal
Dapatkan link
Facebook
X
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya
Lebih deg-degan dicek mas mas basecamp Gunung Kembang, daripada mas mas Avsec Bandara Lombok 😁
Kalau Rinjani punya Kawah Propok, Gunung Sindoro punya Kawah Bima Pengkok. Btw pendakian minggu ini jatuh pada Gunung Kembang. Berhubung memasuki bulan puasa, sengaja milih gunung yang gak terlalu tinggi. Selain itu, mendaki pas bulan puasa supaya gak terlalu ramai. Sayangnya, gunung-gunung di Jawa Tengah banyak yang tutup pas ramadhan, kecuali ya Gunung Kembang ini.
Karena teralu keretaholic, saya membuang-buang waktu naik Kereta Serayu Pasar Senen - Purwokerto via Bandung. Sebenarnya naik bus jurusan Jakarta-Wonosobo jauh lebih praktis, tinggal turun di terminal Wonosobo. Tapi karena trauma kemacetan Tol Jakarta Cikampek seminggu sebelumnya, akhirnya tetep milih kereta ekonomi.
next, untuk pendakian gunung di kawasan Kedu mending pilih kereta yang bisa turun di Stasiun Weleri, atau naik bus yang lewat Wonosobo-Temanggung
Berbeda dengan Gunung Sindoro via Kledung, lokasi basecamp Gunung Kembang lokasinya lumayan jauh dari jalan raya Wonosobo Temanggung. Cara paling ampuh, pakai jasa ojek dari terminal Wonosobo. Kemarin saya iseng-iseng pakai Grab Bike, ternyata ada driver yang bersedia antar 😁
Sampai di basecamp saya melihat kerumunan orang. Wah untung ada pendaki, dalam hati. Ternyata orang-orang kondangan gaess 😂. Pendaki yang datang untuk hari ini, ternyata cuma saya seorang. Ya walaupun sepi gak sendiri juga sih apalagi ini pertama kali saya ke Gunung Kembang.
Akhirnya saya bilang ke mas-mas basecamp, tunggu sampai jam 16. Kalau belum ada orang ya terpaksa naik sendiri. Btw pas saya dateng, cuaca di Wonosobo dan sekitarnya cukup sering hujan. Tidak lama setelah saya ndeprok di tikar, hujan lebat langsung turun. Bahkan saya belum sempat liat bentukan Gunung Kembang dari basecamp. Jam sudah menunjukan jam 16 tapi belum ada satupun pendaki yang datang. Karena hujan masih awet, akhirnya saya bilang ke pengelola akan bermalam di basecamp, dan nanjak besok sekitar jam 3 dini hari.
Suasana basecamp
Jam 17 akhirnya ada 5 orang kelompok pendaki dari Kebumen. Mereka akan mendaki ke puncak malam hari. Nah, galau nih, hujan kayaknya bakalan lama redanya. Tapi kalau naik sendirian dini hari, jiper juga sih. Akhirnya supaya lebih safety, saya ngikut mereka.
Gunung Kembang dan check potensi sampah yang ketat parah
Proses cek potensi sampah
Biaya registrasi pendakian Rp. 50.000 per orang ditambah Rp. 20.000 untuk pemeriksaan kesehatan.
Tiket pendakian karena 2 hari berarti jadi Rp. 30.000
Tiket Fasilitas Covid19 karena 2 hari berarti jadi Rp. 10.000
Tiket Fasilitas Basecamp karena 2 hari berarti jadi Rp. 10.000
Entah karena kondisi pendakian yang agak sepi atau bagaimana, salah satu hal yang bikin seru adalah ketika proses cek barang bawaan pendaki. KETAT ABESS. Pengelola akan memberikan beberapa lembar kertas, salah satunya adalah checklist barang bawaan pendaki. Setelah mengisi list, pengelola akan melakukan checking. Pendaki dilarang membawa pop mie (karena mengandung stryofoam), sebagai gantinya pengelola meminjamkan wadah plastik & piring untuk memindahkan mie dan bumbu bumbunya. Kopi maupun minuman bubuk juga dilarang dibawa dengan kemasan plastiknya, harus dipindahkan ke wadah botol yang sudah disediakan basecamp. Nah pengecualian adalah kental manis sachet seperti yang saya bawa, masih dibolehkan (karena benda cair yang lengket mungkin ya 😀). Pendaki yang ketauan meninggalkan sampah ketika proses check out, akan dikenakan denda satu jutaan peritemnya. Mantaps!!
Setelah proses registrasi & packing selesai, jam 20.45, akhirnya kami berangkat. Kami diantar menggunakan truk rescue bak terbuka melewati perkebunan teh Bedakah sampai ke Istana Katak. Karena saya kurang mahir fotografi malam hari, foto-foto pendakian yang saya share adalah saat turun.
Panorama Perkebunan Teh Bedakah di Kaki Gunung Kembang & Gunung Sindoro
Istana Katak, mobil yang mengantar kami berhenti di sini
Nama - nama pos di sini lucu-lucu, ada Istana Katak, Kandang Celeng, Kandang Coki-Coki, & Tanjakan Mesra. Mobil yang mengantar kami berhenti di Istana Katak, sebuah bangunan terbuka tanpa dinding. Terdapat kolam yang menampung air, mungkin dulu ada kataknya sehingga dinamakan Istana Katak. Dari Istana Katak kita akan menuju Kandang Celeng berjalan kaki di jalur makadam berbatu melewati perkebunan teh.
Jalur Makadam menuju Kandang Celeng
Kandang Celeng adalah batas vegetasi kebun teh Bedakah dengan hutan.
Meskipun terbilang pendek, jalur pendakian Gunung Kembang lumayan menguras tenaga. Untungnya, 3/4 jalur pendakian adalah melalui hutan yang cukup terjaga kelestariannya. Jalur pendakian berupa tanah yang kalau kena air hujan jadi agak berlumpur. Jalur pendakian terkadang diselingi akar-akar pohon, hati hati nyangkut di kaki. Semua pendaki dilarang mendirikan tenda di hutan, mungkin karena rawan serangan babi hutan ya. Bagi pecinta anggrek, akan sangat bahagia, karena di sepanjang jalur pendakian, akan menjumpai anggrek yang menempel di batang pohon, baik secara alami, maupun yang ditanam pengelola basecamp.
Pos Ekor Naga, dinamakan demikian sepertinya karena ada batang pohon yang bergerigi mirip ekor naga 😁
Secara umum kayak gini jalurnya, gak ada lintahnya kok
Ada jembatan kayu, btw sungainya lumayan dalem
Ada Pos Sabana 1 dan Sabana 2
Kalau sudah melihat papan Tanjakan Mesra berarti sudah mendekati puncak
Tanjakannya semakin curam, tapi sudah disediakan tali pegangan. Mungkin ini yang dinamakan Tanjakan Mesra, karena selalu berpegangan tali
Bongkeng Sunrise Camp yang berada di tenggara puncak Gunung Kembang. Kami memilih mendirikan tenda di Puncak Gunung Kembang.
Kami mendirikan tenda di sebelah baerat puncak Gunung Kembang. Sepanjang pendakian gerimis ringan menemani kami. Tanpa buang waktu saya langsung buat tenda & berlindung di dalam sleeping bag. Celakanya karena jaket yang saya bawa tipis (jaket gaya-gayaan punya adek) hawa dingin tetap masuk sampai ke tulang. Untungnya saya bawa emergency blanket EB (akhirnya pecah telor pakai EB).
Karena pendakian yang melelahkan ditambah langsung tidur setelah santap sahur, saya telat melihat moment sunrise. Untungnya pagi hari cuaca cukup cerah walaupun awan terlihat masih bertaburan di langit.
Sunrise muncul dari balik Gunung Sindoro, tampak kawah Gunung Kembang yang bernama Bima Pengkok terhampar indah di hadapan tenda kami
Pemandangan panoram 360 aerial Gunung Kembang
Btw Gunung Kembang sejatinya adalah kerucut parasitnya Sindoro. Kalau di Tambora kerucut parasitnya adalah Ndoro Tabe.
Dalam tulisan Mas Angga Jati Widiatama Dosen Teknik Geologi Institut Teknologi Sumatera di Kumparan, di puncak Gunung Kembang terdapat ‘kawah mati’ yang oleh warga setempat disebut dengan nama kawah ‘Bima Pengkok’. Menurut legenda, konon ceritanya tokoh Bima dalam pewayangan pernah jatuh dalam posisi duduk sehingga memunculkan sumber mata air. Akibat legenda yang berkembang, kawah ini oleh warga setempat dikeramatkan dan kadang digunakan sebagai lokasi ritual. Kawah Bima Pengkok ini dalam istilah vulkanologi merupakan kaldera dari gunungapi tipe cinder cone yang dicirikan produk gunung apinya berupa batuan gunungapi/piroklastik berukuran halus (abu-kerikil) yang terakumulasi dan secara bertahap membangun bukit berbentuk kerucut dengan kawah berbentuk mangkuk di bagian atas.
Apakah boleh main - main ke Kawah Bima Pengkok? Boleh, dan ada jalan setapaknya.Kawahnya sudah gak aktif & ditumbuhi rumput. Tapi dilarang mendirikan tenda di dalam kawah.
Karena ketatnya pemeriksaan bawang bawaan di basecamp, saya benar-benar kesulitan menemukan sampah di sini 😁. Bahkan saking insecurenya, sampai harus ngecek barang bawaan sebelum turun ke bawah. Karena mengejar kereta jam 16 di Stasiun Purwokerto, jam 9 saya memutuskan turun. Selain itu awan juga mulai menyelimuti Gunung Kembang.
Yeah, clear, zero waste
Sempai di basecamp, perlengkapan saya langsung dicek. Sempet deg-degan khawatir ada yang tertinggal. Akhirnya setelah barang bawaan saya dinyatakan clear dari sampah, saya langsung buru-buru mandi & packing ulang. Saya menggunakan jasa ojek sampai ke Terminal Wonosobo dan benar saja, begitu masuk ke dalam bus, hujan lebat langsung mengguyur. Gak terbayang kalau saja saya telat turun, bisa-bisa hujan-hujanan di kebun teh.