Jalur Thekelan Gunung Merbabu, Gak Menyangka Seindah Ini (Part 1)

Gunung ini berhasil membuat saya de javu Rinjani

Sejenak menikmati pemandangan sebelum Puncak Pemancar

Thekelan, sebuah desa sejuk yang berada di sebelah utara lereng Merbabu. Tidak hanya sejuk suhu udaranya, desa ini juga 'sejuk' suasana toleransinya. Ojek yang mengangkut saya dari Kopeng ke Thekelan beragama Budha. Gak hanya itu saja, saya menjumpai sekolah kristen, masjid, dan vihara di desa ini. Luar biasa.

Panorama 360 derajat Desa Thekelan
 
Akhirnya saya tiba di basecamp sekitar pukul 20:00. Mas Bento, pengelola basecamp pendakian jalur Thekelan Gunung Merbabu mempersilakan saya untuk istirahat. Mas Bento ini yang menolong saya mencarikan ojek, setelah terdampar di Kopeng. Kenapa bisa terdampar? Ternyata bus Magelang - Salatiga via Kopeng, sudah lenyap sejak sore. 

Buku-buku koleksi basecamp Thekelan yang merupakan sumbangan dari donatur

Saat saya tiba di basecamp, beberapa pendaki sedang dibriefing oleh pengelola tentang jalur pendakian Thekelan. Mereka sepertinya berangkat malam setelah tertunda karena hujan di sore hari. Pendakian kali ini saya ditemani oleh Kang Maul dari Cabang Purwokerto dan 5 orang teman-temannya. Mereka baru berangkat dari Purwokerto jam 15:30. Yaaa sepertinya tengah malam mereka baru sampai. Btw, sebelum naik Merbabu jangan lupa booking tiket secara online dulu ya di Website Taman Nasional Gunung Merbabu. Sebenernya rencana awal pendakian lewat jalur Suwanting, tapi karena kuotanya nol kami pindah ke jalur Thekelan yang slotnya masih ada. Oiya, kalau ada pertanyaan seputar jalur pendakian Thekelan bisa cek IGnya di  Instagram Pendakian Merbabu Jalur Thekelan

ini retribusi yang kami bayar


Packing
Pagi hari kami langsung packing barang-barang. Untuk kebutuhan logistik, tersedia toko kelontong sekaligus warung makan. Untuk menghemat waktu, lebih baik membeli nasi bungkus agar waktu pendakian tidak habis hanya untuk memasak.

Are You Ready?

Tersedia jasa ojek sampai dengan batas ladang penduduk dengan tarif 20 ribuan. Tapi karena ingin pemanasan sebelum mendaki, kami lebih memilih tetap jalan kaki dari awal sampai akhir 😁

Kehujanan di Pos 1
Cuaca memang tidak bisa diprediksi. Tidak lama setelah panas, kami langsung dihajar hujan di Pos 1. Bisa dibilang ini adalah pertama kalinya saya naik gunung diguyur hujan deras. Mana jas hujan murahan 10 ribuan 😂. Kena senggol ranting langsung bolong. Jalur pendakian berupa tanah, akar, dan bebatuan berubah menjadi jalur aliran air. Kalau tidak hati-hati bisa terpeleset. 

Hujan terus mengguyur sampai kami tiba di Pos 2.  Pos 2 ini terdapat bangunan untuk bertedug dan terletak di tepi lembah. Di seberangnya menjulang perbukitan yang diselimuti padang rumput. Di Pos 2 tersedia sumber air berupa keran. 


  Panorama 360 Pos 2

Selepas Pos 2, jalur pendakian semakin curam. Pemandangan yang tadinya hutan kini mulai terbuka, berganti dengan sabana. Meskipun terkesan indah, sabana di suatu gunung bisa merupakan penanda bahwa tempat ini pasti pernah mengalami kebakaran hutan sama seperti Rinjani yang setiap kemarau selalu ada saja kejadian kebakaran. 


Dalam suasana berkabut, akhirnya saya tiba di Pos 3. Berbeda dengan Pos 1 dan Pos 2, Pos 3 terletak di tengah-tengah padang sabana yang terbuka.

Lokasi teraman untuk mendirikan tenda sebenarnya ada di Pos 4 yang tidak jauh dari Pos 3. Hanya saja karena jaraknya masih cukup jauh dari Puncak Merbabu, kami memutuskan untuk mendirikan tenda di Puncak Pemancar. 
Sampai Pos 4, di atas sana adalah Puncak Pemancar
Perjalanan dari Pos 4 menuju Puncak Pemancar lumayan menguras tenaga.  Untung saja kabut sering datang silih berganti sehingga mengurangi terik matahari. 

Pemandangan Sabana




Mendirikan tenda di Puncak Pemancar sebaiknya dihindari ketika musim angin dan hujan mengingat lokasinya yang berada di punggungan bukit.  Ini saya alami ketika hujan lumayan deras disertai angin mengguyur sekitar jam 2 dini hari. Rencana summit jam 3 dini hari terpaksa kami undur menjadi jam 4 setelah hujan reda. Kami berangkat dalam kondisi berkabut. Agak pesimis sih bisa melihat sinar matahari. 

Pemandangan di Pos Pemancar gokil abis sih. Gak rugi bermalam di sini walau dihajar jalur tanjakan gak ada habisnya. Dinamakan Pos Pemancar karena terdapat menara pemancar yang kondisinya sekarang sudah tidak aktif. Dari tempat ini kita dapat menyaksikan pemandangan Gunung Sumbing, Sindoro dan Prau di arah barat. Danau Rawa Pening, Gunung Telomoyo, Andong dan Ungaran juga terlihat di sebelah utara.
Syahdu gaess

Pose Andalan

Perjalanan ke puncak Merbabu akan saya tulis di next post ya!! Selalu pantau IG Tengakarta pokoknya!