Rinjani memang lebih tinggi, tapi puncak sejati Gunung Agung terasa lebih ngeri π»
Puncak sejati Gunung Agung Sebenernya pendakian ke Gunung Agung ini agak spontan. Awalnya cuma pengen jalan-jalan di daerah Kintamani aja, tapi kok packing-packing tas carrier hahahah. Sambil cari cari info pendakian Gunung Agung, ternyata diwajibkan pakai guide lokal. Malah bagus sebenernya supaya lebih aman aja. Apalagi beberapa hari sebelumnya ada pendaki yang harus dievakuasi petugas SAR karena kelelahan. Tempat terbaik buat nyari info Gunung Agung ada di Grup Facebook Forum Pendaki Bali. Banyak warga kaki gunung yang menawarkan diri jadi guide. Saya dapat kontak salah satu lokal guide namanya Gus Wawan, tanpa nego akhirnya kami deal berangkat Sabtu jam 9 malam TEKTOK gaess. Sama seperti gunung-gunung yang lain, Agung punya beberapa jalur pendakian. Gus Wawan adalah guide lokal di jalur pendakian Taman Edelweiss Besakih. Sesuai namanya, titik awal jalur ini ada di Taman Edelweiss Besakih. Sambil menunggu jam 9 malam, saya main sejenak di Taman Edelweiss yang sepi, tarifnya Rp. 20.000 sekalian charge HP & powerbank. Di sini tanaman Edelweiss dibudidayakan, lumayan tertata & rapih. Awalnya tempat ini ketutup kabut. Tapi semakin sore, kabut pun menghilang, dan jreeeeeng Ternyata Gunung Agungnya deket banget π
. Njiir tinggi banget, apakah saya sanggup nanti malam mendaki? hahaha. Akhirnya jam 9 tiba, saya gak sendiri. Tamu Gus Wawan ada 3, 1 bule cewek dari Rusia, 2 warga Bali. Sesaat sebelum berangkat hujan mulai turun lumayan deras, tapi untungnya cepet reda. Awan tersibak, dan purnama pun muncul. Gus Wawan bilang pendakian ke puncak akan ngabisin waktu 10 jam dengan jalan santai. Jalur pendakian Taman Edelweiss ini sebenernya sejajar sama jalur pendakian Pura Pengubengan Besakih yang biasa dipakai pendaki Gunung Agung, cuma dipisah satu lembah sungai aja. Kedua jalur akan ketemu di ketinggian 2000 meter di atas permukaan laut (mdpl). Sumber air di jalur pendakian Taman Edelweiss ada di sungai berbatu yang saya seberangi. Debit airnya sedikit tapi cukup buat ngisi perbekalan. Walaupun perjalanan malam, jalur pendakian lumayan aman. Tanahnya stabil, dan hampir gak ada tanaman yang membahayakan. Jalur cukup jelas dan di beberapa titik ada persimpangan (makanya wajib pakai lokal guide ya gaes) Jam 3 malam saya tiba di Pos 2. Pos 2 ini terletak diketinggian sekitar 2400 mdpl. Pos 2 sering digunakan sebagai lokasi perkemahan pendaki sebelum summit. Tidak ada bangunan apapun di Pos 2 (kayaknya emang gak ada bangunan apapun buat penanda pos, saya malah ga tau pos 1 itu yang mana π
). Lokasi kemahnya lumayan sempit. Saya sempet liat beberapa tenda dibangun tapi alasnya miring, haha. Kami beristirahat di atas Pos 2 sambil menghangatkan diri menggunakan api unggun & menyeduh minuman hangat. Suhu udara yang dingin khas pertengahan tahun sangat menusuk kulit dan kami mulai merasakan hembusan angin mulai kencang. Untungnya lokasi kami beristirahat ini cerukan aliran air sehingga terlindung dari angin kencang. Menikmati lautan awan yang diterangi cahaya bulanJam setengah 4 dini hari perjalanan menuju puncak sejati Gunung Agung pun dimulai. Gunung Agung berjenis stratovulkanik alias kerucut dengan ketinggian 3031 mdpl. Dengan profil gunung yang demikian, sudah bisa dipastikan summitnya akan buat para pendaki kewalahan. Apalagi saya bawa 1 carrier di belakang & 1 tas ransel di depan dengan perlengkapan yang lumayan banyak π
. Jalur menuju puncak berupa pasir dan bebatuan. Hati-hati, batuannya lumayan tajam. Sangat disarankan memakai sarung tangan. Tangan saya terluka karena tergores saat memegang batu untuk keseimbangan. Anginnya kencang luar biasa sampai akhirnya saya memutuskan buat berlindung di celah batu, buat menghimpun tenaga. Jam 06:25 WITA saya tiba di Puncak 1 tepat saat matahari terbit. Saya kembali beristirahat sejenak sambil menikmati pemandangan matahari terbit dan lautan awan di sebelah timur. Puncak sejati masih terlihat jauh ke arah timur dan jujur saja ngeliat jalurnya yang sesempit itu saya ragu melanjutkan perjalanan. Apalagi angin masih berhembus kencang. Drone, kamera DSLR hampir saya tidak keluarkan karena angin yang kencang itu menghempaskan debu-debu. |
Jalur summit puncak sejati Gunung Agung itu lumayan ngeri kanan kiri jurang curam. Jalurnya sempit, lebih sempit dari jalur summitnya Puncak Rinjani. Menjelang puncak bahkan harus bergantian antara pendaki yang naik dengan yang turun.
Jam 06:50 WITA, akhirnya saya berhasil sampai ke puncak sejati Gunung Agung 3.301 mdpl. Saya bisa melihat dengan mata kepala saya sendiri kawah Agung yang sangat legendaris itu. Kawah yang memuntahkan material erupsi tahun 2017-2018 yang saya lihat ketika dulu bertugas di Lombok.
Terima kasih Bro Yudi, tanpa kamu, mungkin saya gak pernah bisa sampai puncak tertinggi di Bali ini.
Catatan pendakian Gunung Agung :
1. Gunakan jasa local guide
2. Dilarang mengenakan barang yang mengandung emas (cincin, kalung, dsb)
3. Dilarang membawa makanan yang mengandung daging sapi
4. Memakai sarung tangan
5. Kondisi tubuh harus fit, elevasi nya lumayan menantang
6. Logistik cukup, sumber air lumayan jarang apalagi ketika musim kering