Puncak Gunung Rinjani 3726 mdpl |
Tahun 2016 silam merupakan pendakian perdana saya ke Puncak Rinjani. Saat itu, belum ada registrasi online, belum ada pembatasan jumlah pendaki, dan belum ada pembatasan hari mendaki. Dan saat itu pula, jalur Torean belum menjadi jalur pendakian resmi Gunung Rinjani.
5 tahun berlalu saya berkesempatan kembali napak tilas ke Puncak Rinjani dan turun Lewat Torean (btw saya terakhir muncak Rinjani 1 Januari 2020). Kali ini saya pergi bareng teman-teman kantor (5 orang) yang kebanyakan belum pernah mendaki Rinjani.
Kami registrasi secara online melalui aplikasi eRinjani di android (aplikasinya dapat di download di sini). Registrasi kami lakukan 2 bulan sebelum pendakian untuk mengantisipasi kehabisan kuota, apalagi kami melakukan pendakian ketika banyak tanggal merah. Pokoknya mirip kereta jurusan Jakarta Jogja yang setiap weekend selalu penuh :D
Kami check in tanggal 29 Mei 2021 melalui jalur pendakian Sembalun karena jalur ini yang paling singkat jarak & waktunya untuk sampai ke Puncak Rinjani. Check outnya, kami mencoba jalur Torean yang saat ini sudah diresmikan sebagai jalur pendakian legal tahun ini.
PENDAKIAN DIMULAI
Kami berangkat dari kota Mataram jam 4 pagi supaya dapat melakukan pendakian lebih awal. Dengan kecepatan yang santai, kami tiba di Sembalun jam 7 pagi. Pendakian kali ini kami menggunakan jasa satu orang porter untuk meringankan beban bawaan dan urusan masak memasak di gunung nanti.
Setelah urusan porter dan perbekalan selesai, kami langsung check in di Pos Taman Nasional Gunung Rinjani Resort Sembalun. Adapun yang harus kami persiapkan antara lain:
- Bukti booking melalui aplikasi eRinjani yang sudah dibayar. Cukup menunjukan QR code yang tertera di aplikasi.
- Surat Keterangan Sehat (bukan surat keterangan bebas Covid19 ya :D). Surat keterangan sehat ini bisa diperoleh di pos pemeriksaan kesehatan Kantor Camat Sembalun, tidak jauh dari Kantor Resort TNGR, dengan biaya Rp. 15.000 (diperiksa tekanan darah saja),
- Pengecekan barang bawaan, dan petugas nantinya akan menghitung perkiraan jumlah sampah yang dibawa.
Rangkaian check in pun sudah clear. Kami didrop di Kampung Bawak Nao yang merupakan salah satu dari dua gate pendakian jalur Sembalun. Gate satunya ada di sebelah kantor TNGR Resort Sembalun, tapi jarang sekali pendaki lewat gate ini karena jaraknya yang lebih jauh untuk mencapai pos satu.
jalur pendakian Sembalun menjelang Pos 1 dengan pemandangan padang sabana yang khas |
Kalau dirincikan kira-kira seperti ini:
- Bawak Nao ke Pos 1 : relatif landai, didominasi padang sabana, waspadai cuaca panas dan dehidrasi, bawalah air secukupnya karena di pos 2 bisa isi ulang air.
untungnya matahari tertutup awan, gak kebayang kalau terang benderang - Pos 1 ke Pos 2 : relatif landai, full padang sabana.
Pos 2, pos yang lumayan ramai buat tempat istirahat makan siang btw di Pos 2 tersedia ojek. Banyak pendaki dari Bawak Nao naik ojek sampai Pos 2 supaya menghemat waktu - Pos 2 ke Pos 3 : relatif landai, di beberapa titik ada bonus turunan :D
Sampai Pos 3, tetap kabut :D - Pos 3 ke Pos 4 : tanjakan tanpa bonus, pepohonan jarang
- Pos 4 ke Pos 5 Plawangan Sembalun: bagian paling berat dari jalur pendakian Sembalun ada di sini. Menjelang Plawangan Sembalun terdapat longsoran besar akibat gempa bumi tahun 2018, sehingga jalur pendakian digeser ke kanan.
Rombongan kami tiba di Plawangan Sembalun sekitar jam 6 - 7 malam. Porter kami sampai duluan untuk mendirikan tenda dan persiapan memasak makan malam. Kami mendirikan tenda di dekat percabangan menuju Danau Segara Anak.
Karena kondisi tubuh sudah sangat lelah, kami memutuskan untuk segera istirahat karena jam 1 dini hari nanti perjalanan ke Puncak Rinjani 3726 MDPL akan dimulai.
Menuju Puncak Yang Kian Ramah
Saking lelahnya hampir aja kami bablas ketiduran di tenda. Jam 1.15 dini hari porter membangunkan kami untuk persiapan summit. 15 menit kami persiapan membawa perlengkapan wajib summit seperti headlamp, jaket, minuman, makanan ringan & tongkat (karena jalur menuju puncak berupa pasir).
Untuk menuju puncak Rinjani setidaknya ada 3 tahap :D yaitu:
- Pendakian menuju punggungan kaldera. bagian ini menurut saya seperti pemanasan. Bayangkan saja, di malam yang gelap dan sangat dingin, para pendaki harus berjuang keras meniti jalur berpasir halus untuk sampai punggungan kaldera. Untungnya, saat kami mendaki, sudah banyak fasilitas pembantu untuk memudahkan pendakian di beberapa bagian yang curam berupa besi dan tali pegangan serta jaring logam untuk pijakan kaki.
- Menyusuri punggungan kaldera. bagian ini cenderung landai, sebelah kanan jurang terjal kaldera sementara sebelah kiri juga jurang yang tidak kalah terjal yang merupakan lereng Gunung Rinjani. Sangat disarankan tidak berjalan terlalu kanan. Kalau nyemplung, wassalam.
Punggungan Kaldera Rinjani, keliatannya gampang ya :D - Perjuangan terakhir meniti letter L. Setelah menyusuri punggungan kaldera, jalur yang tadinya berupa batuan kerikil kemerahan, akan berubah menjadi putih dan lebih berpasir. Selamat datang di letter L. Letter L merupakan momok bagi para pendaki Rinjani, karena di bagian inilah mental dan fisik para pendaki diuji. Bukan perkara mudah melewati Letter L, jalurnya berpasir dan sangat gembur, tidak jarang banyak pendaki menyerah dan putar balik.
Mereka yang berjuang menggapai puncak Rinjani Yok bisa yok di Letter L