Mencoba Jalur Poros Tengah Fatuleu ke Amfoang

Amfoang dikenal madunya yang manis, pemandangannya yang seindah surga dan kondisi jalannya yang mirip neraka :D

Kalau lewat jalur poros tengah, kita bisa menyaksikan Fatu Taijon 

 Amfoang bagi saya adalah tempat terbaik mencari kesejukan di Kupang. Alamnya yang masih asri dan lokasinya yang tidak terlalu jauh dari Kota Kupang membuat saya ketagihan mengunjungi salah satu tempat terpencil ini.

Kali ini saya solo trip ke Amfoang menggunakan sepeda motor. Sebelumnya yang melewati jalur utama Kupang - Camplong - Takari - Lelogama, kali ini saya mencoba jalur poros tengah melewati Fatuleu, Naimnasi, dan bertemu di Ohaem.

Akhirnya mencoba solo trip. Di belakang saya adalah Gunung Fatuleu. Justru saya belum pernah ke puncaknya

Kontur jalan yang saya lewati berbukit-bukit. Saran saya, berangkat ketika pagi hari ketika matahari masih cerah dan tidak berkabut. Pemandangan pegunungan di Kabupaten Kupang sangat memanjakan mata. 

 berikut pemandangan 360 derajat di kawasan Fatuleu Tengah

12 kilometer ke arah timur Gunung Fatuleu, kita akan melewati Gunung Fatu Taijon yang sama sama berada di kecamatan Fatuleu Tengah. Fatu Taijon memiliki ketinggian yang lebih rendah dari Gunung Fatuleu.

Pemandangan Fatu Taijon yang terdiri dari beberapa bukit batu

Tempat terbaik buat foto-foto di Fatu Taijon ada jalan di sebelah timur. Karena sepi dari kendaraan, kita dapat foto-foto di tengah jalan dengan latar Fatu Taijon yang menjulang tinggi. 

Fatu Taijon  
 



Tidak jauh dari Fatu Taijon, ada tempat untuk bersantai yang ditumbuhi pohon cemara. Ketika pulang, saya bersantai-santai dulu di sini sambil pasang hammock menikmati keindahan Fatu Taijon diiringi suara angin.

Bersantai sejenak sambil menikmati megahnya Fatu Taijon

Setelah melalui Fatu Taijon kita akan menyeberangi sungai tanpa jembatan. Yup tanpa jembatan. Saat saya kesana, hujan masih sering turun sehingga sungai terisi air yang alirannya lumayan deras. Untunglah saat itu ada beberapa warga yang sedang mendulang emas di sungai, dan membantu menyeberangkan motor saya (jangan lupa kasih tips ya).

Terima kasih sudah membantu menyeberangkan motor saya

Setelah berhasil menyeberangi sungai tanpa jembatan, perjalanan semakin seru dan menantang. Kontur pegunungan masih menemani sepanjang perjalanan. Di beberapa titik, kita harus waspada terhadap badan jalan yang longsor. 

Contoh badan jalan yang longsor. Bayangkan kalau tidak hati-hati berkendara ketika malam hari. Tidak ada penerangan sama sekali

Jalan aspal akhirnya berakhir di Gunung Naimnasi. Setelah itu berubah menjadi jalan pengerasan dan lumpur di beberapa tampat.

Jalan aspal terakhri di Gunung Naimnasi. Perhatikan baik baik gambar di atas, terdapat longsor di beberapa titik

Jalur poros tengah berakhir di kawasan Ohaem bertemu dengan jalur aspal yang biasa dilewati masyarakat dari Kupang menuju Lelogama.

Untuk perjalanan selanjutnya akan diceritakan kemudian hari :)