Fulan Fehan, Negeri Di Atas Awan






Perjalanan ini sebenernya cukup spontan, tidak terencana. Jarak Kupang Atambua sebenarnya tidak terlalu jauh, 280an kilometer mirip Jakarta ke Tegal. Pilihan transportasinya pun lumayan beragam. Ada jalur darat dan pesawat terbang. Nah saya lebih memilih jalur darat  menggunakan bus Surya Gemilang yang lumayan terkenal melayani jalur Kupang Atambua PP.

Harga tiket Bus Sinar Gembilang Rute Kupang Atambua lumayan terjangkau, Rp. 75.000. Busnya non AC ya

Agen Bus Sinar Gemilang ada di Jalan Timor Raya KM 10 Oesapa, Kota Kupang. Harga tiket perorang sebesar Rp. 75000. Uniknya, penumpang bisa membawa sepeda motor dengan harga tiket satu penumpang. Motornya diikat di bagian belakang bus.
Motor nempel di bus :D


Saya memilih perjalanan malam jam 19:00 WITA supaya bisa tidur di jalan. Bus berangkat tepat waktu. Ekspektasi saya bisa tidur nyenyak selama perjalanan ternyata salah. Suara bus yang bising ditambah kecepatannya yang sudah masuk kategori ugal-ugalan membuat saya sulit tidur. Sepertinya karena saya belum terbiasa saja, buktinya penumpang lain langsung terlelap.
Suasana di dalam bus. Ketika melaju, semua lampu di kabin mati.

Perjalanan menuju Atambua ditembuh kurang lebih 6 jam. Dalam setengah perjalanan, bus akan berhenti di warung makan yang ada di daerah Niki Niki (makan di warung makannya bayar sendiri ya :D). Jam 2 dini hari akhirnya bus yang saya tumpangi tiba di Atambua. Bus akan mengantarkan ke tempat tujuan yang kita minta. Saat itu saya minta diturunkan di Telkom Atambua.

Panorama 360 derajat Kota Atambua
Atambua adalah ibukota Kabupaten Belu. Kota ini menurut saya lumayan ramai. Wajar saja karena Kabupaten Belu berbatasan langsung dengan Timor Leste. Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Motaain yang terkenal itu, berada di kabupaten ini. 
Di Atambua saya langsung bergegas mengunjungi salah satu padang sabana terkenal di NTT yaitu Fulan Fehan.

Fulan Fehan, Negeri di Atas Awan
Fulan Fehan adalah sebuah padang sabana yang ada di kaki Gunung Lakaan. Berlokasi 26 km sebelah timur Kota Atambua. Jalur menuju Fulan Fehan cukup baik, 95% beraspal dan bisa dilalui kendaraan roda empat. 
Pemandangan hutan tidak jauh dari Fulan Fehan


Ketika saya berkunjung, kawasan Fulan Fehan masih diguyur hujan. Saya tidak bisa menikmati pemandangan matahari terbit yang seharusnya sangat indah. Meski demikian, saya tetap disuguhkan pemandangan kabut yang menarik.

Fulan Fehan di Google Map

 

Menikmati hijaunya padang rumput di Fulan Fehan

Setelah puas menikmati keindahan Fulan Fehan, tujuan selanjutnya adalah Air Terjun Mauhalek. 


Air terjun Mauhalek berada tidak jauh dari kawasan Fulan Fehan. 
Aur Terjun Mauhalek



Air Terjun Mauhalek berada di Dusun Fatumuti, Desa Raiulun, Kecamatan Lasiolat, Kabupaten Belu. Air Terjun ini sebenarnya bernama Siata Mauhalek. Foto yang saya ambil menggunakan drone dapat terlihat kalau kawasan air terjun ini merupakan pertemuan dua sumber air, yaitu Mauhalek dan Siata.