Pendakian Gunung Rinjani via Jalur Timbanuh : Luar Biasa Keren

Jalur Timbanuh itu menyenangkan. Pemandangannya unik, Puncak Rinjani terlihat besar.
Pemandangan Segara Anak, Gunung Barujari, dari Plawangan Timbanuh
Pemandangan Segara Anak, Gunung Barujari, dari Plawangan Timbanuh

 Orang mengenal jalur Pendakian Timbanuh sebagai jalur terekstrim di Gunung Rinjani. Memang betul, jalur Timbanuh dikenal dengan susur tebing yang berbahaya dari punggungan kaldera Rinjani bagian selatan menuju Gunung Barujari. Bahkan beberapa tahun lalu, ada guide lokal yang meninggal dunia karena jatuh saat menyusuri tebing kaldera. Pasca rangkaian gempa bumi Lombok di tahun 2019, hampir dinding kaldera Rinjani mengalami longsor sehingga menutup jalur ke Danau Segara Anak baik di Plawangan Senaru, Aik Berik, Sembalun dan Timbanuh.

Jalur  Timbanuh adalah salah satu jalur resmi pendakian Gunung Rinjani. Pendakian hanya diijinkan sampai punggungan kaldera saja, sangat dilarang menuruni tebing karena sangat berbahaya. Orang Lombok biasa menyebut Jalur Selatan. Jalur ini berawal dari Resort Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) Desa Timbanuh, Kecamatan Pringgasela Lombok Timur. Gerbang pendakian jalur Timbanuh relatif dekat dengan Bandara Internasional Lombok dibandingkan dengan jalur Senaru di Lombok Utara maupun jalur Sembalun.

Kondisi jalan menuju Resort TNGR Timbanuh cukup baik. Hanya 2 km menjelang resort, jalanan aspal berubah menjadi batuan. Saya tiba pukul  07.30 WITA. Cuaca sangat cerah dan Gunung Rinjani terlihat sangat jelas dari arah selatan.
Gunung Rinjani dari arah selatan, tampak Pos Resort TNGR Timbanuh di kanan bawah
Gunung Rinjani dari arah selatan, tampak Pos Resort TNGR Timbanuh di kanan bawah


Setelah selesai urusan retribusi dan asuransi, saya dan rekan-rekan lainnya mulai memasuki jalur pendakian Timbanuh.
Gerbang Pendakian Jalur Timbanuh
Gerbang Pendakian Jalur Timbanuh

 
Terdapat 3 pos pendakian di jalur Timbanuh. Sayangnya saya hanya melihat bangunan fisik Pos 2 dan Pos 3 saja. Pos satu katanya berada di persimpangan jalan, namun bekas posnya nyaris tidak saya lihat.

Selepas Pos Resort TNGR, saya melewati perkebunan kopi milik warga. Sekitar satu kilometer terdapat jembatan kayu untuk melewati sungai kecil yang mengalir deras.  Mulailah memasuki kawasan hutan yang rindang dan masih landai. Jalur hutan ini lumayan panjang, mirip dengan jalur pendakian Senaru maupun Aik Berik.
Selepas Pos Resort TNGR Timbanuh
Selepas Pos Resort TNGR Timbanuh

 
Hutan di Jalur Timbanuh
Hutan di Jalur Timbanuh

 

Jalur mulai menanjak menjelang Pos 2. Terdapat sumber mata air yang letaknya tidak jauh dari pos. Mata air tersebut keluar dari batuan besar dengan debit yang tidak terlalu besar (mungkin karena saya mendaki saat musim kemarau.
Selamat datang di Pos 2, pasti capek ya abis nanjak :D
Selamat datang di Pos 2, pasti capek ya abis nanjak :D

 
Sumber mata air Pos 2
Sumber mata air Pos 2

 
Harus bersabar
Harus bersabar

 

Bangunan Pos 2 kondisinya rusak akibat tertimpa material tebing yang longsor ketika gempa.

Selepas Pos 2 jalur semakin terjal nyaris tanpa bonus sampai dengan Pos 3. Menjelang Pos 3 kita akan disambut Edelweiss. Padang sabana yang lumayan luas mulai tampak berlatar bagian Puncak Rinjani. Sangat spektakuler.
Pemandangan di sekitar Pos 3 (tengah bawah) Jalur Timbanuh
Pemandangan di sekitar Pos 3 (tengah bawah) Jalur Timbanuh. Kami sampai di Pos 3 jam 3 sore.

 
Pemandangan Gunung Rinjani dari Pos 3 Jalur Timbanuh
Pemandangan Gunung Rinjani dari Pos 3 Jalur Timbanuh


Di Pos 3 terdapat dua bangunan yang dapat digunakan untuk beristirahat. Salah satu yang sangat menyenangkan dari jalur Timbanuh adalah melimpahnya sumber air di Pos 3. Sumber air berada di bawah bangunan Pos 3. Airnya mengucur deras dari pipa besi.

Selepas Pos 3, jalur pendakian melewati padang sabana yang mirip Jalur Sembalun. Konturnya menanjak namun landai. Mengingat waktu sudah menunjukan Jam 3 sore, saya bergerak cepat meninggalkan rekan-rekan yang lain menuju Plawangan Timbanuh supaya drone bisa terbang sebelum gelap.
Pemandangan padang sabana Jalur Timbanuh. Keren abis
Pemandangan padang sabana Jalur Timbanuh. Keren abis


Saya cukup kewalahan memaksakan diri menuju Plawangan Timbanuh dengan muatan full (DSLR, Drone, Tenda, Tripod). Jarak yang sebetulnya tidak terlalu jauh, menjadi sangat melelahkan. Beberapa kali saya berhenti sejenak untuk meredakan lelah sambil memandangi Puncak Rinjani yang terlihat amat jelas.
Istirahat dulu sambil memandang padang sabana Jalur Timbanuh
Istirahat dulu sambil memandang padang sabana Jalur Timbanuh

 
Edelweiss berlatar Rinjani
Edelweiss berlatar Rinjani

 

Dengan bersusah payah, akhirnya saya tiba di Plawangan Timbanuh. Luar biasa sekali, Gunung Baru Jari terasa sangat dekat. Danau Segara Anak pun nampak indah dari sisi yang berbeda. Matahari mulai terbenam dan hampir terhalang oleh Plawangan Senaru.
Akhirnya tiba di Plawangan Timbanuh
Akhirnya tiba di Plawangan Timbanuh

 
Gunung Barujari amat sangat dekat
Gunung Barujari amat sangat dekat

 
Pemandangan sore di kawasan Plawangan Timbanuh
Pemandangan sore di kawasan Plawangan Timbanuh

 
Mengingat hari semakin gelap, saya bergegas ke bawah menuju lokasi kemah. Pemandangan senja di Plawangan Timbanuh tetap menawan.
Edelweiss, Rinjani dan Senjana. Kombinasi sempurna
Edelweiss, Rinjani dan Senjana. Kombinasi sempurna

 

Kami berkemah di tengah hamparan padang sabana. Ditemani deru angin dan hawa dingin, khas Gunung Rinjani. Paginya saya kembali menikmati Plawangan Timbanuh, kali ini bersama rekan-rekan dan tentu saja dengan muatan yang lebih sedikit.
Matahari mulai nampak di ujung barat, persiapan gaes Plawangan Timbanuh sudah memanggil
Matahari mulai nampak di ujung barat, persiapan gaes Plawangan Timbanuh sudah memanggil

 
Menikmati suasana matahari terbit sebelum bergegas ke Plawangan Timbanuh
Menikmati suasana matahari terbit sebelum bergegas ke Plawangan Timbanuh

 
Ketika saya mendaki awal Juli, banyak sekali Berry Hutan yang sedang berbuah, rasanya manis asam menyegarkan
Ketika saya mendaki awal Juli, banyak sekali Berry Hutan yang sedang berbuah, rasanya manis asam menyegarkan

 
Matahari mulai nampak di celah antara Puncak Rinjani dengan Puncak Selatan
Matahari mulai nampak di celah antara Puncak Rinjani dengan Puncak Selatan

 
Pemandangan Danau Segara Anak dan Gunung Barujari, tampak Plawangan Senaru di kejauhan
Pemandangan Danau Segara Anak dan Gunung Barujari, tampak Plawangan Senaru di kejauhan

 

Keselamatan adalah nomor satu

Pasca gempa beruntun sepanjang Juli dan Agustus 2018, banyak yang berubah di Gunung Rinjani. Seperti yang sudah dijelaskan di awal, banyak sekali titik longsor di dinding kaldera, termasuk Plawangan Timbanuh. Carilah posisi aman ketika menuju Plawangan Timbanuh. Jangan berdiri di atas bagian yang mudah longsor. Khawatir jika ada gempa, batuan yang kita pijak akan ambrol ke bawah.
Carilah lokasi yang aman, di sekitar Plawangan Timbanuh, banyak sekali titik longsor
Carilah lokasi yang aman, di sekitar Plawangan Timbanuh, banyak sekali titik longsor

 
Bekas longsoran akibat gempa di Plawangan Timbanuh
Bekas longsoran akibat gempa di Plawangan Timbanuh

 

Selain rawan longsor, yang perlu diwaspadai adalah kebakaran lahan. Apalagi di padang sabana Jalur Timbanuh. Bijaklah ketika menggunakan api untuk memasak. Sangat disarankan menggunakan kompor gas. Hindari membakar kayu di sembarang tempat, jauhkan dari rumput kering maupun tanaman lainnya.

Dan yang terpenting adalah menjaga kebersihan. Petugas Pos Resort TNGR Timbanuh akan memeriksa bawaan pengunjung yang selesai melakukan pendakian.
Terima kasih Rinjani, dilihat dari sisi manapun, kamu tetap indah
Terima kasih Rinjani, dilihat dari sisi manapun, kamu tetap indah

 


Komentar