Di turunan inilah saya ‘ditipu’oleh pelari Malaysia.
“Bang, WS berikutnya itu jam berapa ya COTnya?” tanya saya
“Jam 9 kak” jawabnya
Terima kasih mas @ahmadzulfikarfauzi foto kece nya
MODYAAAR
Larimu cepat atau gearmu mahal, bukan jadi jaminan bisa menyelesaikan salah satu even trail paling keren di Indonesia ini, Mantra Summit Challange 2019.
Bareng Mas Catur sesama alumni Pengajar Muda yang ikut kategori 55 km |
Mantra Summit Chalange (MSC) 2019 kategori 55 KM ini memang dikenal sebagai acara lari trailyang menyiksa lahir batin. Di awali pendakian ke Puncak Welirang melalui Kaliandra Resort jam 11 malam. Jalur cor semen di resort, berubah menjadi makadam yang berbatu. Karena belum pernah ke gunung Arjuno Welirang, saya menggunakan aplikasi Orux Map untuk navigasi berdasarkan rute KML yang disediakan panitia. Aplikasi ini bekerja dengan baik sekali meski tanpa sinyal seluler. Selain itu penanda jalur atau marking berupa pita plastik merah putih dan sticker glow in the dark juga terpasang di sepanjang rute.
Makin deg-degan menjelang start jam 11 malam
Masih ceria

Segmen pertama adalah Kaliandra ke Puncak Welirang. Saya mempercepat pace, supaya sampai sebelum COT di Pondok Welirang (5 jam) dan Puncak Welirang (7 Jam). Rutenya menanjak gak habis-habis. Saya memang gak pakai Track Pole, lebih memilih menggunakan kayu yang saya temukan di jalan. Kayunya kering seperti bekas terbakar, sehingga terasa keras, lentur dan lebih ringan. Dengan cahaya headlamp, saya grusak grusuk melintasi jalan setapak yang ditumbuhi rumput.
Di sebuah medan yang agak landai, saya tergoda buat berlari. Tapi naas, kaki saya mengkait akar pohon yang bersembunyi di bawah rumput sampai terjatuh dan barang barang yang ada di vest berhamburan termasuk handphone. Gak hanya sekali saya jatuh, tapi berkali-kali, karena memaksa terus berlari untuk mengantisipasi COT (yang sebenarnya masih sangat aman). Hasilnya kaki kiri bagian tulang kering saya terluka, darah mengucur untungnya gak banyak, tapi cukup membuat perih ketika yang luka ini tersenggol rumput apalagi saya gak pakai legging.
Saya berhasil mencapai Water Station (WS) Pondok Welirang sekitar jam 1.44 WIB. Di WS ini saya menikmati semangka dan pop mie. Tantangan MSC 2019 kali ini adalah suhu yang super dingin. Sehari sebelumya saya pergi ke Bromo, suhu udara bahkan sampai membekukan embun.
Hanya duduk diam sejenak menyicipi Pop Mie saja, badan sudah menggigil hebat. Sepertinya memang tidak boleh lama-lama di WS, sayapun tancap gas melanjutkan ke Puncak Welirang.
Menikmati Pop Mie dulu di Pondok Welirang, diam sebentar langsung terasa dingin
Sinar matahari mulai menerangi pegunungan Anjasmoro dari kejauhan, nampak saat menuju Puncak Arjuno
Di jalur menuju puncak Welirang angin berhembus sangat kencang. Jurang sangat dalam terlihat samar-samar di sebelah kiri. Saya yang kondisinya sangat ngantuk, karena sejak 2 hari tidak tidur malam, memutuskan untuk berjalan supaya tidak oleng ke jurang, meskipun jalur ke Puncak Welirang runable. Bau belerang mulai menusuk hidung, artinya saya sebentar lagi ada di puncak. Tampak tenda dan api unggun, akhirnya saya berhasil mencapai Puncak Welirang.
Saya kembali balik arah menuju Puncak Arjuno. Matahari mulai menampakan diri. Langit sangat cerah nyaris tanpa awan. Walaupun indah, kondisi badan sudah mulai kepayahan.
Untuk mencapai Puncak Arjuno ternyata bukan perkara mudah. Dari kejauhan, Arjuno Welirang tampak seperti gunung yang puncaknya bergerigi (Arjuno di ujung timur, sementara Welirang di ujung Barat). Gerigi itu terlihat kecil. Tapi nyatanya nggak, bagian ini salah satu yang paling sulit di MSC, puncak Arjuno tidak tampak kecil sama sekali. Perjuangan menuju Puncak Arjuna harus ditempuh tanjakan yang sangat terjal. Sesekali saya istirahat bersandar di pohon. Matahari mulai tampak, menyinari awan-awan yang menghampar, sangat cantik sekali pemandangan pagi itu.
Cuaca sangat baik sekali meski hembusan angin lumayan kencang.
Saya sampai di Puncak Arjuno sekitar jam 6.17 WIB. Tak ingin berlama-lama, saya langsung menuruni Puncak Arjuna menuju WS Wonorejo yang sangaaaaat jauh. Ini yang membuat MSC dikenal sebagai ajang trail dengan jarak antar WS yang jauh.
Di turunan inilah saya ‘ditipu’ oleh pelari Malaysia.
“Bang, WS berikutnya itu jam berapa ya COTnya?” tanya saya
“Jam 9 kak” jawabnya
Jelas saja saya kaget, karena jam sudah menunjukan pukul 07:00 sementara Wonorejo tampak masih sangat jauh. Saya berlari sekencang-kencangnya melalui jalur tanah yang basah karena embun atau gerimis. Berkali-kali saya terpeleset dan jatuh. Kondisi jalur berganti-ganti, mulai dari hutan pinus, padang ilalang dan yang terakhir kebun teh.

Di kebun teh saya hanya bisa berjalan karena jalanan makadam atau jalan yang berupa batu-batu kali. Saya tiba di WS Wonorejo jam 8:45. Di situ saya baru tau kalau COT karegori 55 KM adalah jam 11. Wuasyyuuuu,, ngerti ngono santai-santai sek we. WS ini lumayan lengkap, panitia menyediakan makanan berat yaitu Soto Ayam, dan beraneka macam buah. Di WS Wonorejo saya bertemu dangan Mas Widho pelari dari BPJS Kesehatan Runners yang ikut kategori paling jauh, 116 KM. Setelah WS Wonorejo, jalur tersisa menuju finish sepanjang 25 km pada kategori 55 KM dan 116 KM memang menjadi satu.
25 KM selanjutnya adalah biang dari sumpah serapah peserta pasca acara, yaitu Puthuk Lesung. Di WS Wonorejo salah satu panitia keceplosan, kalau tantangan terberat dari MSC ini ada di Puthuk Lesung.
Puthuk Lesung adalah bukit yang memiliki ketinggian 1740 MDPL . Puthuk Berarti Bukit, Lesung berarti tempat menumbuk padi. Di bukit ini memang memiliki situs megalitium berupa batuan yang menyerupai lesung. Warga sekitar berkunjung ke Puthuk Lesung untuk menyaksikan matahari terbit.

Tapi bagi saya yang sampai jalur ini siang hari, Puthuk Lesung adalah sumber ken999erian dari MSC ini. Bukan masalah ketinggian, tapi mood menyelesaikan etape Puthuk Lesung yang sudah jelek. MSC 55 KM mirip Rinjani 100 60 KM, sudah turun gunung dihempaskan lagi naik bukit.MSC seolah-olah gak rela para pelarinya enak-enakan menuju garis finish 👀. Jalurnya ke Puthuk Lesing ini menanjak perlahan menyiksa kaki. Tanpa track pole (kayunya saya buang), saya berjalan cepat menuju puncak. Setelah itu melalui jalanan menurun yang kanan kirinya penuh ranting pohon yang bekas dipangkas. Beberapa kali kepala saya tersenggol ranting itu, lumayan perih.
Jalur menuju WS Mbah Kamad, full ranting
Setelah sampai di WS Mbah Kamad saya langsung ngegas menuju Kaliandra.
Muka cemong gak karuan di WS Mbah Kamad |
Setelah sampai di WS Mbah Kamad saya langsung ngegas menuju Kaliandra.
Di Kaliandra pun peserta yang ingin merasakan gate finish kembali diputar mengelilingi resort. Pukul 14.43 WIB akhirnya saya finish, lebih cepat dari target (15:00)
Yeay finished, btw, kedua pole track itu punya pelari Malaysia yang sudah mulai kepayahan, saya bantu bawain, sekaligus buat gaya-gayaan |
Mantra Summit Challenge 2019
Kategori 55 KM
Start Sabtu 23:00 WIB
Finish : Minggu 14.44 WIB
Cut Off Time (COT) : Minggu, 17:00 WIB
Urutan ke 16 dari 190 peserta (35% berhasil finish dibawah COT)
Rute : Kaliandra Eco Resort - Puncak Welirang - Mahapena - Puncak Arjuno - Puthuk Lesung - Kaliandra
Akhirnya kami berdua, kontingen BPJS Kesehatan Runners finish. Mas Widho ikut kategori 116 KM
Kategori 55 KM
Start Sabtu 23:00 WIB
Finish : Minggu 14.44 WIB
Cut Off Time (COT) : Minggu, 17:00 WIB
Urutan ke 16 dari 190 peserta (35% berhasil finish dibawah COT)
Rute : Kaliandra Eco Resort - Puncak Welirang - Mahapena - Puncak Arjuno - Puthuk Lesung - Kaliandra
Secara elevasi, Rinjani 100 kategori 60 memang lebih berat, tapi jalur Rinjani lebih nyaman, tanah, empuk, dan markingnya jelas. Di MSC kebanyakan jalur berbatu alias makadam harus pintar-pintar cari pijakan. Beberapa kali saya jatuh, dari pantat yang mendarat sampai muka yang menempel ke tanah, semua pernah saya rasakan.
![]() |
Kenang-kenangan MSC 2019 |
Siapapun yang ingin mengikuti MSC terutama di atas 55 KM wajib latihan lebih ekstra terutama endurance. Dua bulan sebelum race, saya malah tidak pernah lari, saya latihan hiking ke Plawangan Senaru dan Plawangan Timbanuh di Gunung Rinjani mengenakan carrier muatan penuh. Dan itu sangat membantu sekali terutama ketika menuju Puthuk Lesung. Antisipasi tersesat di jalur race, karena belum tentu marking jalur yang disediakan panitia mudah dilihat. Saya memakai aplikasi Oruxmap, Peta offline Navigasi.Net dan file KML yang disediakan oleh panitia sangat membantu sekali mencegah saya nyasar.
![]() |
Medal dan Arjuno Welirang dari Kejauhan |