Setelah drama ban bocor dan bensin nyaris habis di jalur Lunyuk - Maluk, akhirnya saya sampai di Taliwang sebelum malam. Di ibukota Sumbawa Barat ini, saya menumpang nginap di rumah teman yang sama-sama merantau di NTB.
Tujuan saya selanjutnya adalah menuju Brang Rea. Di Desa ini banyak sekali tempat wisata seperti air terjun Aik Mual dan Desa Rarak Ronges. Dari Kota Taliwang perjalanan menuju Kecamaran Brang Rea memakan waktu sekitar 20 menit. Memasuki pusat kecamatan, saya disuguhkan pemandangan hamparan sawah yang hijau. Di ujungnya, nampak pegunungan Brang Rea.
Air terjun Ai Mual yang terletak di wilayah Bangkat Munteh, Brang Rea. Bentuk air terjun Ai Mual mirip seperti Mata Jitu.
Sayang sekali, debit air terjun Ai Mual sangat sedikit karena sudah memasuki musim kemarau.
Debit air Ai Mual yang debit airnya sangat sedikit. Harus dicoba pas musim hujan
Saya langsung melanjutkan perjalanan menuju Rarak Ronges, desa dengan ketinggian 700 meter di atas permukaan laut di Gunung Brang Rea. Jalan menuju desa ini sangat baik kondisinya, meskipun tanjakannya curam. Rarak Ronges dikenal sebagai salah satu daerah penghasil kopi luwak terbaik. Meski listrik di sini hanya mengandalkan sinar matahari, suasananya sangat nyaman. Udara yang sejuk apalagi sambil memandang rumah-rumah panggung yang rapih.
Desa Rarak Ronges yang terletak di atas gunung Brang Rea, tampak kota Taliwang dari kejauhan
perumahan di Desa Rarak Ronges yang berjejer rapih
Semua rumah yang ada di Desa Rarak Ronges berbentuk panggung
Puas menikmati Rarak Ronges, saya kembali menuju ke Komuter Telu Center (KTC) yang merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Sumbawa Barat.
Pemandangan Kota Taliwang
Bundaran Komuter Telu Center di pusat pemerintahan Kabupaten Sumbawa Barat
Saya langsung melanjutkan perjalanan menuju Rarak Ronges, desa dengan ketinggian 700 meter di atas permukaan laut di Gunung Brang Rea. Jalan menuju desa ini sangat baik kondisinya, meskipun tanjakannya curam. Rarak Ronges dikenal sebagai salah satu daerah penghasil kopi luwak terbaik. Meski listrik di sini hanya mengandalkan sinar matahari, suasananya sangat nyaman. Udara yang sejuk apalagi sambil memandang rumah-rumah panggung yang rapih.
Puas menikmati Rarak Ronges, saya kembali menuju ke Komuter Telu Center (KTC) yang merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Sumbawa Barat.
Kantor Bupati Sumbawa Barat[/caption]
Masjid Agung Darussalam Taliwang
Jika dilihat dari Google Map kawasan KTC ini sangat terencana sekali, dengan bentuk jalan yang simetris.
Tempat terakhir yang saya kunjungi adalah Pantai Poto Batu. Keindahan pantai di Sumbawa Barat tidak perlu diragukan lagi. Mulai dari Pantai Tropika di Sekongkang hingga Pototano menawarkan pemandangan yang luar biasa.
Sesuai namanya, di Poto Batu terdapat batuan yang berdirik kokoh di pantai. Di batu tersebut terdapat lubang mirip gua.
Pantai Poto Batu
Jika dilihat dari Google Map kawasan KTC ini sangat terencana sekali, dengan bentuk jalan yang simetris.
Tempat terakhir yang saya kunjungi adalah Pantai Poto Batu. Keindahan pantai di Sumbawa Barat tidak perlu diragukan lagi. Mulai dari Pantai Tropika di Sekongkang hingga Pototano menawarkan pemandangan yang luar biasa.
Sesuai namanya, di Poto Batu terdapat batuan yang berdirik kokoh di pantai. Di batu tersebut terdapat lubang mirip gua.
Rumah Adalah Tujuan Utama
Jam 2 siang saya pamit kembali ke Mataram. Saya diinfokan bahwa Pelabuhan Pototano lumayan sepi dan gelombang sangat tenang. Akhirnya, 8 hari perjalanan mengelilingi Pulau Sumbawa selesai. Walaupun di peta tampak kecil, Sumbawa tetap saja luas dan melelahkan. Tapi rasa lelah itu akan terbayar dengan keindahan alamnya dan kebaikan warganya.