Prestasi membanggakan bagi newbiker macam saya adalah melintasi Nanga Tumpu jam 12 malam

Dinding musholla tampak terang benderang. Alarm HP ternyata gak mampu membangunkan saya yang terlelap di Polsek Plampang. Personel polisi pun gak berani bangunin saya karena ngorok kencang sekali :D
Selesai packing, saya lansung bersiap menuju Taliwang melewati Lunyuk di bagian selatan Sumbawa.
Batu Bulan, Bendungan Terbesar di NTB
Sebelum memasuki Kota Sumbawa, terdapat pertigaan ke kiri yang menuju Kecamatan Lunyuk. Kondisi jalurnya agak berlubang sehingga pengendara harus berhati-hati, apalagi kalau malam hari. Mataku tertuju pada papan penunjuk arah Bendungan Batu Bulan. Saya memang tidak merencanakan ke tempat ini, tapi berhubung masih cukup pagi, saya memutuskan ke bendungan ini.
Jalan masuk ke Bendungan Batu Bulan sangat mulus. Kurang lebih satu kilometer, hamparan air yang sangat luas berlatar pegunungan terlihat di depan mata.


Menguti dari Indonesiakaya.com Bendungan Batu Bulan diresmikan tahun 2002 oleh Presiden Megawati, Bendungan Batu Bulan merupakan bendungan terbesar di Nusa Tenggara Barat dan salah satu yang terbesar di Indonesia.
Bendungan ini terletak di Desa Batu Bulan, Kecamatan Moyo Hulu, Kabupaten Sumbawa. Bendungan yang berjarak 18 kilometer dari Kota Sumbawa Besar ini dapat mengairi lahan seluas 5.100 hektare. Dengan kapasitas 15 liter per detik, bendungan ini memiliki berbagai fungsi: memenuhi kebutuhan air minum ternak, pengendalian banjir, dan menjadi tempat pengembangbiakkan ikan tawar.


Menuju Lunyuk dan Tragedi Ban Meletus
Puas menikmati Bendungan Batu Bulan, saya melanjutkan perjalanan menuju Lunyuk. Jalanan berliku menyusuri pegunungan. Di Lenangguar saya kembali mampir ke rumah salah satu kerabat Om Iyus untuk berlebaran sambil mengisi bahan bakar.
Dari Lenangguar perjalanan ke Lunyuk tinggal satu jam lagi. Desa terakhir sebelum Lunyuk adalah Ledang. Dari desa terakhir ini perjalanan ke Lunyuk melewati hutan yang cukup lebat dan jalanan yang penuh dengan tanjakan & turunan curam serta tikungan tajam. Beberapa titik terdapat bekas longsoran. Jalanan ini mengikuti alur sungai yang bermuara di Lunyuk. Suasana sangat sejuk karena vegetasi hutan yang masih asri. Beberapa kali saya sempat melihat ayam hutan terbang di atas kepala. Menjelang Lunyuk, saya harus melewati pegunungan yang lumayan tinggi. Dari puncaknya, saya bisa melihat lembah dan dataran rendah tempat sungai yang mengiringi perjalanan saya bermuara di Samudera Hindia.
Lunyuk merupakan salah satu tempat terpencil di Nusa Tenggara Barat. Lunyuk menjadi terkenal ketika peristiwa Tsunami tahun 1977. Gempa berkekuatan 8 Skala Richter yang berpusat di selatan Pulau Sumbawa mengguncang kawasan Nusa Tenggara. Selepas sholat Jumat, gempa terasa sangat besar sekali kemudian disusul tsunami yang masuk daratan hingga setengah kilometer, dan menewaskan ratusan orang.
Saya menyempatkan makan siang di sebuah warung milik orang Jawa. Yang sangat menarik, di Lunyuk ternyata sudah ada Alfamart, Luar Biasa.
Saya berencana mengunjungi Pantai Pasir Putih Lunyuk yang ada di jalur arah ke Sekongkang. Kondisi jalur beraspal namun banyak sekali lubang. Di jalanan tanah berbatu yang menurun curam tiba-tiba, saya mendengar suara letusan. Tidak lama kemudian, motor saya oleng hampir jatuh. Untung saja laju kendaraan lambat sehingga saya berhasil mengendalikan motor sampai di jembatan. Ban motor saya pecah, dan yang membuat saya lemas, ban luarnya robek.
Sudah cukup jauh saya meninggalkan pusat kecamatan Lunyuk. Kalau di lihat di Google Maps, di depan sana ada perkampungan tapi sangat kecil. Saya bertanya ke beberapa pengendara yang melintas apakah ada bengkel di depan.
"ada coba saja di atas bukit sana, ada kampung, mudah-mudahan bengkelnya buka"
Saya tidak terlalu berharap banyak, selain sepi, hari ini masih dalam suasana Idul Fitri. Saya mencoba mengendarai motor yang jalannya sudah oleng ke tempat yang bapak tadi maksud. Saya melewati Pantai Pasir Putih Lunyuk yang rencananya saya kunjungi. Tapi mengingat hari sudah semakin sore, dan target sampai Taliwang sebelum gelap, saya memprioritaskan memperbaiki ban motor.
Akhirnya saya menemukan bengkelnya, pemiliknya sedang berkumpul dengan keluarganya.
"Wah kalau ban luar saya gak punya mas, kalau ban dalam sih ada"
Waduh, alamat nginep di sini. Tempat ini bernama SP 1 entah apa kepanjangan SP, yang pasti daerah ini adalah kawasan transmigrasi. Keluarga pemilik bengkel ini adalah transmigran asal Sumbawa Besar. Daerah di sini lumayan gersang, mengandalkan tanaman jagung sebagai mata pencaharian mereka.
Di tengah kegalauan saya, muncul Damri rute Sumbawa - Lunyuk. Bapak tadi menawarkan saya menginap di rumahnya sambil mencari ban luar di Kecamatan Lunyuk. Atau mengangkut saya dan motor naik bus Damri ke Kota Sumbawa. Pilihan berat, karena perjalanan yang nyaris tuntas ini akan sia-sia kalau saya kembali ke Kota Sumbawa.
Tiba-tiba saya tertuju dengan motor pemilik bengkel yang sama-sama Honda.
"Nah pak, gimana kalau saya beli ban luar motor bapak dengan harga baru, nanti bapak bisa beli ban baru di Lunyuk?"
Bapaknya diam beberapa saat. Mungkin karena kasihan, akhirnya dia merelakan bannya buat dipasang di motor saya. Sekitar setengah jam saya menunggu, akhirnya motor saya siap jalan.


Melintasi Hutan Sekongkang yang Damai
Sebelum saya berangkat, bapak pemilik bengkel mengingatkan akan ada longsor yang cukup berbahaya di jalur hutan di Sekongkang. Benar saja, lebih dari setengah badan jalan amblas lumayan dalam.

Jalur di hutan ini sangat damai. Suara kicauan burung, dan udara yang masih dingin, membuat badan yang sudah seharian di atas motor jadi rileks. Terdapat jalan yang masih berupa tanah kerikil. Di sini saya baru sadar bensin saya tinggal satu bar, sementara Sekongkang masih lumayan jauh. Hahahaha.


Tidak disangka, dari arah berlawanan muncul sebuah bus, BUS DAMRI CUUUUY rute MATARAM TALIWANG LUNYUK, HAHAHAHA. Andaikata motor ini sudah gak bisa jalan karena bensin habis, saya masih bisa tenang, karena bus Damri siap ngangkut saya.
Tropika, Pantai Pasir Putih Yang Amat Panjang
Akhirnya saya sampai Sekongkang dengan selamat. Saya langsung mengisi bensin full supaya aman sampai Taliwang. Saya mampir di Pantai Tropika atau yang juga dikenal Pantai Sekongkang, salah satu pantai pasir putih dengan garis pantai terpanjang di NTB.
Pantai yang terkenal dengan ombaknya buat selancar ini dekat dengan lokasi pertambangan emas PT Amman Nusa Tenggara (Ex Newmont). Pegawai Newmont termasuk yang eksptriat senang sekali liburan ke pantai ini. Terdapat resort dan bandara yang sepertinya sudah tidak terpakai lagi.



Tujuan selanjutnya adalah Pantai Rantung. Pantai ini terletak persis di sebelah bukit Pantai Tropika. Banyak penginapan dan Bar di Pantai Rantung.


Penutup hari ini adalah menikmati matahari terbenam di Pantai Maluk. Banyak warga yang datang mengisi liburan Idul Fitri ke pantai yang berpasir putih dan berair jernih ini bersama keluarganya.


Malam ini saya menginap di rumah Mas Jaf di Taliwang. Mas Jaf dan istrinya adalah teman satu kampung di Jawa. Kami sama-sama merantau di Nusa Tenggara Barat dan sama sama tidak pulang kampung.