Ampenan Joq Sape #7 : Menikmati Birunya Laut Sape

Akhirnya Sape

Menikmati segarnya Pantai Pink Lambu di Bima

"Kota Bima ke Sape itu jauuuuuh, kalau mau ngejar sunrise ya jam 3 atau 4 an lah berangkat" Kata salah satu temen asal Bima yang ngerantau di Mataram

"Ahsiaaaaaaaap"

Ahsiaaaaaal, saya salah tanya sama orang. Dia memang orang Bima, tapi gak pernah ke Sape. Mungkin hanya dengar saja, ke Sape itu jauh.

Ternyata cuma 1 jam saja. Saya yang sudah terlanjur berangkat jam 3 malam, terpaksa harus merasakan horornya jalanan gelap dan meliuk-liuk di kawasan hutan setelah Kota Bima. Sampai di Pantai Lariti, Sape pun masih gelap gulita.  Untung saja ada satu warung yang masih buka, saya ngobrol-ngobrol dengan pemiliknya.

Ketika langit timur sudah berwarna agak kemerahan, saya langsung memesan segelas kopi hitam. Puji syukur, cuaca cerah, langit tampak cantik.

Menikmati kopi hitam sambil menanti fajar

Warga NTB yang pertama kali melihat matahari terbit adalah Sape

Sambil main ayunan, melihat indahnya matahari terbit di Pantai Lariti

Pantai Lariti di Sape merupakan salah satu destinasi wisata favorit warga Bima dan sekitarnya. Pantai ini terkenal dengan fenomena laut terbelah. Terdapat sebuah pulau kecil atau dalam bahasa setempatnya disebut nisa. Ketika air laut surut, pasir putih muncul dan membentuk jembatan menuju pulau tersebut.

Pantai Lariti menjadi titik keberangkatan saya menuju pantai di kawasan Lambu. Kali ini saya mengikuti open trip bersama kurang lebih 30 orang untuk menghemat sewa kapal. Tempat yang kami kunjungi sebenarnya ada tiga lokasi, yaitu Tanjung Meriam, Pantai Pink Lambu dan Nisa Ndoko. Namun banyaknya peserta open trip yang telat mengakibatkan kami kehabisan waktu untuk mengunjungi Nisa Ndoko.

NTB Cita Rasa NTT di Lambu

Baik Pantai Pink maupun Tanjung Meriam sebenernya masih dalam daratan Pulau Sumbawa yang bisa diakses lewat jalan darat. Tapi kondisi jalan kesana sangat rusak, sehingga kebanyakan orang lebih memilih lewat jalur laut.

Wilayah Lambu berupa perbukitan gersang, mirip sekali dengan Nusa Tenggara Barat. Karena tidak ada sungai besar yang bermuara, pantai-pantai di Lambu sangat jernih dan cantik.

Tujuan pertama kami adalah Pantai Pink. Dibutuhkan waktu 2 jam untuk sampai di tempat ini. Sayangnya, perahu yang kami tumpangi bermasalah. Mesinnya mati karena tersangkut sesuatu. Kami harus mendarat di sebuah pantai pasir putih yang cukup indah.

[caption id="attachment_2920" align="aligncenter" width="646"] di Pantai ini perahu kami berlabuh untuk memperbaiki mesin

Setelah mesin selesai diperbaiki, kami melanjutkan perjalanan ke Pantai Pink. Kondisi ombak lumayan besar karena memang sedang musim angin timur. Saya yang duduk di depan perahu, akhirnya pasrah terkena cipratan air. Karena kurang tidur semalam, saya tertidur di kapal.
Saking capeknya, saya pun terlelap di perahu


Pantai Pink Lambu di Bima yang Bukan Kaleng-Kaleng

Saya terbangun ketika perahu mulai mendekati Pantai Pink. Perahu di tambatkan di sebelah timur pantai. Ombak yang tenang dan air biru yang sangat jernih membuat saya langsung menerbangkan drone.

Pantai Pink Lambu

Pantai Pink yang benar-benar Pink

Pasir-pasir di sini benar-benar berwarna pink karena bercampur dengan pecahan karang berwarna merah yang berukuran sangat kecil.

Pantai Pink

Di pantai ini saya sangat menikmati suasananya. Jika teman-teman satu kapal berlalu lalang naik turun bukit, saya hanya bermain di pasir pantai. Sesekali saya menceburkan diri ke laut, menyegarkan badan di tengah terik matahari.

Menikmati segarnya Pantai Pink Lambu di Bima

Segar Gaes

Enjoy the Beach

Jernih banget

Pantai cakar ayam di sebelah Pantai Pink Lambu

Selain menikmati perbukitan dan pasir pantai yang berwarna pink, pengunjung juga bisa snorkeling di sini. Terumbu karang di Pantai Pink Lambu cukup bagus. Pengunjung yang ingin berlama-lama dapat berteduh di pondokan yang jumlahnya ada dua buah.

Tanjung Meriam Yang Penuh Batuan Columnar Joint

Puas menikmati Tanjung Meriam, kami lanjut ke destinasi yang tidak kalah menarik. Tanjung Meriam, atau orang lokal menyebutnya Toro Maryam, lokasinya tidak jauh dari Pantai Pink.



Tanjung Meriam adalah salah satu lokasi terbaik melihat formasi batuan columnar joint.  Columnar Joint adalah batuan yang pecah dalam bentuk teratur. Menurut Bates dan Jackson, 1984, Columnar joint digambarkan dalam bentuk taing-tiang prisma sejajar yang pada umumnya terbentuk pada  aliran basalt dan kadang-kadang terdapat pada batuan lain, dan pola khusus ini dihasilkan akibat pendingan. Columnar joint biasanya ditemukan di daerah intrusif dangkal atau ektrusif tubuh batuan beku, secara umum terdapat pada basaltik, sill, dike dan aliran lava (lava flows).

Batuan Columnar Joint bahkan dimanfaatkan oleh leluhur masyarakat Sunda untuk menyusun situs megalitikum Gunung Padang di Cianjur. Di Lombok, Batuan Collumnar Joint dapat dijumpai di Pantai Semeti.

Sementara di Tanjung Meriam, susunan batuan Collumnar Joint ini adalah yang terbesar yang pernah saya lihat. Batuan yang pecahannya sangat teratur ini memenuhi bukit yang menghadap ke laut.

Batuan Collumnar Joint yang memenuhi tebing

Batuan Collumnar Joint yang memenuhi tebing

Batuan Collumnar Joint yang memenuhi tebing

Tanjung Meriam tidak hanya menawarkan batuan Columnar Joint yang unik. Tempat ini menyuguhkan padang sabana yang cantik dan perbukitan yang keren.
Perbukitan di Tanjung Meriam

Perbukitan di Tanjung Meriam Perbukitan di Tanjung Meriam

Pantai tempat perahu kami berlabuh di Tanjung Meriam juga keren
Padang sabana yang cantik di Tanjung Meriam

Sayangnya kami tidak dapat berkunjung ke Nisa Ndoko karena waktu sudah terlalu sore. Ini karena jadwal perahu yang ngaret hampir 2 jam menunggu peserta open trip lengkap. Tapi tidak masalah, dua tempat ini sudah cukup memuaskan perjalanan saya di Sape. Berarti suatu saat harus ke sini lagi sekalian menikmati Pulau Kelapa yang gak kalah keren.

Menikmati pemandangan matahari terbenam saat pulang[/caption]

Sampai di Lariti sudah gelap. Perahu tidak dapat mendarat di bibir pantai karena air laut surut. Kami harus berjalan kurang lebih 200 meter melewati karang dan lumpur. Saya senang dapat sahabat baru yang menemani perjalanan saya di Lambu. Beberapa di antaranya adalah pemuda Lagundu yang 'menantang' saya berkunjung ke desanya.

Dapat sahabat baru

Melaju di Kegelapan Sape - Empang
Kami makan malam menikmati nasi goreng di sebelah SPBU Sape. Jam 8 malam saya berpamitan, target saya adalah bermalam di Kota Dompu, kemudian melanjutkan perjalanan menuju Lunyuk dan Taliwang.
Jalur Sape sampai Kota Bima cukup ramai dibandingkan saat subuh tadi. Saya melewati jalan nasional. Estimasi saya, sampai Kota Sumbawa sekitar jam 2 dini hari. Di Kota Dompu saya sengaja mencari barengan mobil supaya merasa aman. Akhirnya ada mobil Plat DR yang terus saya ikuti melewati Nanga Tumpu dan perkebunan jagung di bawahnya.
Sekitar jam 1 malam, mata saya sudah tidak kuat. Rasa ngantuk semakin tidak tertahankan. Di Polsek Empang Sumbawa, saya numpang menginap di Musholla. Perjalanan menuju Lunyuk dan Taliwang saya lanjutkan keesokan harinya.