“Dari Pucuk Rinjani, kita akan menyadari, semua kecil di hadapanNya
Setelah pemanasan di Senaru seminggu yang lalu, akhirnya yang ditunggu-tunggu tiba, Trail Run di Rinjani. Lari ke Puncak Rinjani kali ini dimaksudkan untuk bahan pertimbangan apakah saya sanggup mengikuti even Rinjani 100 kategori 60 K yang rutenya lumayan menakutkan, Plawangan Senaru – Segara Anak – Puncak Rinjani – Plawangan Sembalun – Bukit Pergasingan – Bukit XXX (lupa namanya).
Kali ini saya bareng partner sableng saya lagi Mbak Etha dan teman-teman Runjani. Perjalanan ke Sembalun Sabtu sore, kami menumpang di rumah Om Hans (temennya mbak Etha). Om Hans dan istrinya baik sekali, menyediakan ruangan tempat service barang elektroniknya menajdi kamar tidur yang nyaman. Kami menumpang tidur sampai jam 12 malam.
Kami mulai lari pukul 00:30 WITA di Kantor Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) Sembalun Lawang. Secara umum ada 3 segmen yang sangat menarik untuk diceritakan
- Pos 1 – Pos 3
[caption id="attachment_2653" align="aligncenter" width="646"]

Bagian ini sangat pas buat berlari karena konturnya landai meskipun menanjak. Kami melewati padang sabana dengan track tanah. Saat itu langit sangat cerah, sehingga bisa menikmati cahaya bulan, bintang dan Gunung Rinjani yang terlihat samar-samar. Yang perlu waspada disini hanya kotoran sapi saja, bukan hanya kotor kalau terinjak, tapi bisa kepleset karena masih basah dan hangat, hehehe. Menjelang Pos 3 kontur jalur pendakian mulai menanjak curam. Kondisi jalur berubah dari yang tadinya tanah menjadi batu dan kerikil. Kami mulai menurunkan kecepatan lari.
- Pos 3 – Plawangan Sembalun
Bagian ini lumayan berat, di Pos 3 saya sempat salah jalur, untungnya ada porter yang saat itu terbangun karena saya tersandung tali tenda. Porter tersebut memberitahukan jalur yang benar. Jalur ini sangat curam, saya ingat ketika pertama kali mendaki Rinjani, jalur ini yang paling mendapat keluhan dari teman-teman, menanjak tanpa bonus. Sampai di Pos 3 ekstra, saya melanjutkan ke bagian hutan pinus. Di Jalur Hutan pinus inilah mental saya mulai diuji. Rasa lelah mulai menghampiri. Berkali-kali saya istirahat di akar-akar yang membentuk anak tangga. Terlihat lampu-lampu pendaki yang akan berangkat summit puncak Rinjani, sementara saya masih tertatih-tatih belum sampai Pelawangan Sembalun. Di titik ini saya sempat berpikir, cukup Plawangan Sembalun saja ya, Puncaknya kapan-kapan.
Kondisi diperparah dengan jalur yang rusak. Aliran air saat musim hujan kemarin sepertinya mengakibatkan munculnya jurang-jurang mini sedalam 1 sampai dua meter. Jika salah berpijak, selesai sudah riwayat anda. Jalur di hutan pinus ini juga banyak kerikil-kerikil kecil yang membuat pijakan kaki menjadi tidak stabil. Akar tanaman yang muncul sangat membantu untuk dijadikan pegangan.
Saya tiba di Plawangan Sembalun Sekitar jam 4.30, hampir sudah tidak ada orang, karena mereka sudah berangkat Summit. Karena akhir pekan, luamayan banyak tenda pendaki yang ada di Plawangan Sembalun. Saya menyempatkan diri berlari, dan beberapa kali itu pulasaya tersandung tali tenda. Karena hari masih gelap, saya memutuskan untuk melanjutkan pelarian ke puncak. Oh iya, kali ini yang muncak hanya saya saja, Mbak Etha menemani teman-teman Runjuni sampai di Plawangan Sembalun.
- Plawangan Sembalun – Puncak
[caption id="attachment_2654" align="aligncenter" width="646"]

Bagian ini adalah yang terberat. Dari Plawangan Sembalun menuju bibir kaldera, saya sudah tertatih-tatih dengan jalur berpasir. Entah kenapa, Summit Attack kali ini lebih berat daripada summit attack Rinjani dua tahun lalu. Saya sempat bertemu dengan dua Tentara Singapura yang sedang beristirahat karena kelelahan. Dengan bersusah payah, akhirnya saya sampai di punggungan Kaldera Rinjani. Saya melihat beberapa pendaki bule istirahat tidur ditemani oleh guide lokal, "kelelahan kata mereka
[caption id="attachment_2656" align="aligncenter" width="646"]

Karena matahari belum muncul, pemandangan segara anak dan Gunung Barujari tidak terlihat jelas, saya melanjutkan lari-lari kecil, menyusul para pendaki yang summit."Beberapa pendaki berhasil saya salip, artinya, saya bukan orang terakhir yang Summit Attack ke Puncak Rinjani. Ini menambah semangat saya.
[caption id="attachment_2652" align="aligncenter" width="646"]

[caption id="attachment_2660" align="aligncenter" width="646"]

[caption id="attachment_2651" align="aligncenter" width="646"]

Dengan bersusah payah, akhirnya pukul 06:30 saya sampai di Puncak Rinjani. Cuaca sangat cerah dan matahari terbit terlihat sangat indah. Pulau Lombok hampir seluruhnya kelihatan.
[caption id="attachment_2655" align="aligncenter" width="646"]

Setengah jam kemudian saya memutuskan untuk turun ke bawah. Di Plawangan Sembalun ternyata Mbak Etha sudah menunggu. Untunglah gak jadi sendirian hehehe. Di Pos Plawangan Sembalun saya merasa sangat lapar, untungnya ada porter yang berbaik hati memberikan kami makan. Walaupun sederhana, berupa mie nasi dan tempe, tapi rasanya sungguh dahsyat.
Pulangnya kami mampir lagi ke Rumah Om Hans, kami disuguhi sayur daun labu dan tahu goreng yang enaknya luar biasa
[caption id="attachment_2672" align="aligncenter" width="646"]

[caption id="attachment_2661" align="aligncenter" width="646"]
