Puncak Impian di Kaki Rinjani : Kelas Inspirasi Lombok 4 - MI MW Sembalun Bumbung

[caption id="attachment_2445" align="aligncenter" width="646"]Ketika kontraktor mengajar siswa SD Ketika kontraktor mengajar siswa SD[/caption]

Masih teringat betul, Jumat jam 17:15 WITA. Mas Irfan, rekan gowes di Lombok Timur sudah menanyakan apakah saya sudah berangkat dari Mataram? Antara ingin menjawab ya atau tidak. Ya karena memang sudah seharusnya saya berangkat lebih awal, secepat mungkin supaya tidak terlalu malam, mengingat jalur Mataram - Lombok Timur akan sangat ramai (padahal sih nggak juga) Tidak, karena ada satu surat penting yang harus ditandatangani Bos.


Akhirnya saya memutuskan untuk tetap berangkat, karena 99% Bos pasti akan tanda-tangan, hehehehe. Motor ini sewaan teman kerja. Sebenarnya ada sih satu motor kantor yang nganggur, tapi,,,, apa iya harus pakai fasilitas kantor buat keperluan pribadi. Lagipula sewa motor dapet harga khusus kok, hehehe. Meluncurlah saya ke rumah Mas Irfan di Pringgabaya.


Jadi begini, saya ternyata terpilih jadi relawan fotografer acara Kelas Inspirasi (KI) Lombok yang ke 4 di Maddrasah Ibtidaiyah Ndhatul Wathan (MI NW) Sembalun Bumbung, kawasan kaki Rinjani. Sebenarnya agak ragu juga sih, karena kemampuan jepretku masih dalam taraf belajar. Ngeliat hasil foto Kelas Inspirasi yang lain itu keren-keren banget, hahaha. Di KI sebenarnya ada dua 'lowongan' relawan, relawan inspirator sama relawan fotografer. Tapi sengaja gak pilih inspirator karena saya pernah ngerasain jadi guru selama setahun di NTT dan itu sangat-sangat nantang. Hahahahah, kapok sih nggak, tapi saya pengen ngeliat relawan-relawan lain ngajar, pasti seru banget.


Perjalanan Mataram ke Pringgabaya memakan waktu 1,5 jam. Sampai di rumah Mas Irfan kita langsung kongkow di rumah temannya yang juga sesama pesepeda. Makan ayam cuy, hahahhaa. Lumayan ngisi perut sebelum cus ke Sembalun. Padahal, rencananya saya langsung dari Mataram ke Sembalun, tapi gak enak sama Mas Irfan karena beberapa kali gagal nginep di rumahnya.


Jam setengah lima saya berangkat. Karena suhu disana pasti dingin, jaket biru andalan sudah siap menutupi badan. Jalanan sepi sekali. Di gapura Taman Nasional Gunung Rinjani di Suela, saya memutuskan untuk berhenti. Tujuannya adalah saya mencari teman melewati hutan belantara Rinjani yang sangat lebat dan agak horor. Hampir setengah jam saya menunggu, tapi tidak ada satupun kendaraan yang lewat. Mengingat waktu terus berjalan, akhirnya saya nekat seorang diri melewati hutan yang kabarnya sering memakan korban karena longsor dan pohon tumbang. Setelah berjuang merasakan takut dan hawa dingin menusuk, akhirnya saya tiba di Desa Sembalun.




[caption id="attachment_2433" align="aligncenter" width="646"]Selamat Datang di Sembalun Selamat Datang di Sembalun[/caption]

Tantangan berikutnya adalah, saya harus mencari sekolahnya. Setelah bertanya-tanya kepada warga sekitar, akhirnya saya menemukan MI NW Sembalun Bumbung yang ternyata tidak jauh dari jalan utama. Karena datang terlalu pagi dan belum ada murid yang nampak sama sekali, saya memutuskan untuk jalan-jalan terlebih dahulu ke Bukit Selong. Dengan mengandalkan Google Map untuk navigasi. Nah dalam perjalanan menuju Bukit Selong ini saya ketiban apes. Karena terlalu nurut sama jalan di Maps, saya memasuki jalan buntu yang penuh dengan kotoran sapi. Di ujung jalan buntu itu terdapat 3 ekor sapi yang seketika langsung berhenti ngunyah melihat saya datang. Karena sapi itu terdiri dari dua ekor sapi dewasa dan seekor anak sapi, saya khawatir mereka akan ngamuk dan menyerang saya. Dengan tergesa-gesa saya membalikan sepeda motor, namun karena kondisi tanah yang licin, saya terjatuh. AKhirnya saya berhasil berdiri tapi ada noda berwarna hijau di celana dan tas. Sial, kotoran sapi. Tapi kok tidak berbau. Syukurlah ternyata yang menempel adalah lumut.


Saya melanjutkan perjalanan dan bertanya kepada warga. Ternyata Bukit Selong sangat dekat dengan pemukiman adat Suku Sasak di Sembalun. Untuk naik ke puncak bukitnya ternyata tidak terlalu tinggi. Tapi pemandangannya, khas banget Sembalun, dengan petak-petak perkebunan sayurnya yang khas.




[caption id="attachment_2432" align="aligncenter" width="646"]Belum keren kalau belum pernah foto disini Belum keren kalau belum pernah foto disini[/caption]

Puas di Bukit Selong saya langsung tancap gas kembali menuju MI NW Sembalun Bumbung. Di sana kegiatan seru akhirnya di mulai.





[caption id="attachment_2434" align="aligncenter" width="646"]Siswa dan relawan sudah bersiap-siap Siswa dan relawan sudah bersiap-siap[/caption]

[caption id="attachment_2437" align="aligncenter" width="646"]Joget Mang Joget Mang[/caption]

[caption id="attachment_2436" align="aligncenter" width="646"]Perkenalan relawan Perkenalan relawan[/caption]

[caption id="attachment_2435" align="aligncenter" width="646"]Terpukau dengan Drone Terpukau dengan Drone[/caption]

[caption id="attachment_2439" align="aligncenter" width="646"]Ibu dosen, kali ini yang diajar siswa SD Ibu dosen, kali ini yang diajar siswa SD[/caption]

[caption id="attachment_2440" align="aligncenter" width="646"]Penyelam yang lagi melihat anak-anak menggambar biota laut Penyelam yang lagi melihat anak-anak menggambar biota laut[/caption]

[caption id="attachment_2441" align="aligncenter" width="646"]Kakak gaul Kakak gaul[/caption]

[caption id="attachment_2442" align="aligncenter" width="646"]Kakak gaul lagi Kakak gaul lagi[/caption]

[caption id="attachment_2443" align="aligncenter" width="646"]Loncaaaaaat Loncaaaaaat[/caption]

[caption id="attachment_2446" align="aligncenter" width="646"]Ibu Dosen Ibu Dosen[/caption]

[caption id="attachment_2438" align="aligncenter" width="646"]Serunya dipasang pernak-pernik Serunya dipasang pernak-pernik[/caption]

[caption id="attachment_2447" align="aligncenter" width="646"]Relawan dan siswa kece Relawan dan siswa kece[/caption]