Menikmati Bali haruslah dengan perlahan. Hirup aroma dupa, pandanglah pure-pure yang sangat artistik, dengarkan lengkingan doa umat hindu, dan rasakan kehangatan Bali dengan sempurna, hanya dengan bersepeda (anonim)
Ini mimpi terbesar saya ketika kuliah, bisa sepedaan keliling Bali. Tapi apa daya, kesibukan gak jelas membuat rencana itu hanya menjadi wacana, tanpa terlaksana. Gusti Allah begitu baik, melempar nasibku ke Pulau Lombok, membuat mimpi itu akan menjadi kenyataan.
Ini adalah bulan Desember, bulan yang sebenarnya tidak terlalu baik untuk bersepeda jarak jauh. Dari segi kerjaan, Desember adalah bulan-bulan penuh kerjaan. Bahkan di hari keberangkatan saya, Jumat, saya masih harus ngurusi acara perpisahan bos yang akan mutasi ke tempat baru. Selain itu, hujan juga sudah mewarnai bulan Desember. But, show must go on. Saya harus tetap berangkat dan harus sudah di Ubud #KarenaHotelSudahDiPesan
[caption id="attachment_2381" align="aligncenter" width="646"]

Saya bersama 3 orang komunitas Sareng Sami Cycling Club (S2C2) Lombok Bang Indra, Bang Son dan Bang Fuad memulai perjalanan jam 9 malam dari Mataram. Kami beruntung cuaca saat itu cerah, setelah Mataram hujan lebat sore pada sore hari.
[caption id="attachment_2405" align="aligncenter" width="646"]

[caption id="attachment_2406" align="aligncenter" width="646"]

Sampai Pelabuhan Lembar kami langsung membeli tiket fery penyeberangan seharga Rp. 58.000 rupiah persepeda (termasuk penumpang). Penyeberangan Lombok - Bali akan memakan waktu 5 jam.
Yang saya khawatirkan pun terjadi. Di tengah Selat Lombok, ombak mengguncang kapal begitu keras. Guncangan ini berlangsung selama 3 jam dan membuat saya tidak bisa tidur sama sekali. Teror ini berakhir ketika lampu-lampu di Pelabuhan Padang Bai mulai terlihat jelas.
[caption id="attachment_2382" align="aligncenter" width="646"]

[caption id="attachment_2383" align="aligncenter" width="646"]

[caption id="attachment_2385" align="aligncenter" width="646"]

Dari Padang Bai kami melanjutkan perjalanan menuju Ubud. Kota pertama yang kami singgahi adalah Klungkung. Nuansa Bali sudah sangat terasa. Suasana jalan sempit dengan kanan kiri ornamen Bali yang khas. Jalanan rapih, bersih, tidak ada sampah, inilah mengapa Bali sangat dikenal sebagai daerah pariwisata yang sesungguhnya.
[caption id="attachment_2386" align="aligncenter" width="646"]

[caption id="attachment_2388" align="aligncenter" width="646"]

Kota berikutnya adalah Gianyar. Di sini saya janjian ketemuan dengan Pak Dedi, sahabatku ketika jadi guru di Pulau Rote. Pertama kali ke Bali, saya pun numpang tinggal di rumahnya.
[caption id="attachment_2392" align="aligncenter" width="646"]

[caption id="attachment_2409" align="aligncenter" width="646"]

[caption id="attachment_2411" align="aligncenter" width="646"]

Perjalanan dilanjutkan menuju Ubud, yang masih masuk wilayah Kabupaten Gianyar. Ciri khas Ubud adalah banyaknya warga asing yang berlalu lalang dengan bebas. Ubud dinobatkan sebagai kota terbaik ketiga di dunia oleh para travel blogger.
[caption id="attachment_2416" align="aligncenter" width="646"]

[caption id="attachment_2415" align="aligncenter" width="646"]

[caption id="attachment_2413" align="aligncenter" width="646"]

Tujuan utama kami adalah ke Bukit Campuhan yang banyak dikenal dengan Bukit Cinta.Bukit berselimut ilalang ini memanjang, dan terdapat jalan yang terbuat dari paving blok di punggungnya. Kanan kirinya adalah lembah cukup dalam. Bukit ini sebenarnya lebih indah dikunjungi saat sunrise atau sunset, bukan siang hari seperti saat kami kesana. Hahahaha tapi gak papa, masih tetap keren kok
Di Ubud kami menginap semalam di Ubud Sawah Home Stay. Lokasinya agak terpencil di tengah persawahan Tegalalang, sesuai namanya. Tapi disinilah kami menemukan kedamaian. Yang punya adalah pasangan Bali Thailand. Keramahannya sangat luar biasa.
[caption id="attachment_2391" align="aligncenter" width="646"]

Keesokan siangnya kami memulai perjalanan pulang ke Lombok. Kami sempatkan kembali mampir ke rumah Pak Dedi. Terima kasih atas kebaikan Pak Dedi dan keluarga yang menyediakan kami santapan siang berupa sate ikan laut.
[caption id="attachment_2393" align="aligncenter" width="646"]

Berbeda saat berangkat ke Bali, penyeberangan ferry kali ini sangat tenang. Gusti Allah dengan baik hati mengusir awan dan hujan di atas Selat Lombok.
[caption id="attachment_2425" align="aligncenter" width="646"]

[caption id="attachment_2426" align="aligncenter" width="646"]

Sungguh perjalanan yang tidak akan saya lupakan. Bali, akan selalu menorehkan kesan yang baik, bagi siapapun yang berkunjung kesana.
[youtube https://www.youtube.com/watch?v=PI6ftO99JVg&w=560&h=315]
Komentar
Posting Komentar