Kereta Tragis Itu Kini Bernama Progo

Masih ingat Tragedi Brebes dipenghujung tahun 2001? Tragedi kecelakaan Kereta Api Empu Jaya (Jakarta-Yogyakarta), yang menewaskan 31 orang ini merupakan kecelakaan kereta api terburuk pasca Tragedi Bintaro. Tidak beberapa lama setelah kecelakaan di Brebes itu, Kereta Empu Jaya kembali mengalami kecelakaan cukup parah. Kereta ini menabrak lokomotif KA Cirebon Ekspress yang sedang langsir di Stasiun Cirebon. Akibatnya beberapa orang tewas akibat terhimpit puing-puing gerbong KA, sementara lokomotif KA Cirebon Ekspress hancur tak berbentuk karena KA Empu Jaya saat itu melaju dengan kecepatan super tinggi.

KA Empu Jaya Mengalami Kecelakaan

KA Empu Jaya pun akhirnya berganti nama menjadi KA Progo. Progo merupakan nama sungai yang mata airnya di Temanggung dan berhilir di pantai selatan. Sementara alasan penggantian nama kereta ini adalah agar masyarakat tidak trauma apabila naik kereta ekonomi dari Jakarta ke Yogyakarta  maupun sebaliknya ini. Namun ada juga yang mengatakan, nama Empu Jaya ini selalu membawa sial, karena terjadi kecelakaan pada kereta yang sama dalam waktu berdekatan. Penamaan KA Empu Jaya sendiri  menurut saya ada 2 alasan. Empu berarti pembuat keris, suatu keahlian yang berabad-abad lalu menjadi profesi yang begitu disegani karena hanya bisa dikerjakan oleh orang suci, dan memiliki magis yang tinggi. Tetapi Empu bisa jadi penggalan kata stasiun tujuan dari kereta ini, Lempuyangan. Dalam salah satu situs di internet, KA Empu Jaya seharusnya bernama Lempu Jaya.

Selama ini KA Progo menjadi alternatifku kalau ke Yogya atau ke Jakarta jika tiket kereta eksekutif atau bisnis habis terjual. Rasanya aman-aman saja naik kereta ini. Bahkan kalau ke Jakarta aku berharap kereta ini telat sampai di Jakarta, supaya aku tidak perlu menunggu pagi terlalu lama untuk mencari bis. Semoga KA Progo (dan kereta-kereta yang lain) tidak seperti pendahulunya yang sering dilanda musibah. Kereta ini selalu memfasilitasi terutama mahasiswa-mahasiswa Yogya yang hidup sederhana untuk dapat bersilaturahmi dengan keluarganya di kampung halaman dan siap melayani mereka yang kembali ke Yogya untuk menuntut ilmu.

Tapi perlu dipahami juga, bahwa rasanya penamaan sebuah kereta terlalu kecil kemungkinannya menjadi penyebab sebuah kecelakaan. Masih ada faktor-faktor lain yang lebih logis seperti human factor, nature condition dan maintenance procedure (dan TAKDIR ALLAH TENTUNYA) Oleh karena itu terlalu naif jika kita mengkambinghitamkan nama sebuah profesi penuh seni dengan tragedi yang mengenaskan itu. Salut buat PT KAI yang menjelaskan bahwa penggantian nama tersebut untuk memberikan efek psikologis kepada para penumpangnya. Salut, salut….