Sebetulnya aku gak mau pulang hari ini (1 Juli 2009), selain karena aku pengen otak-atik akun di internet aku juga ‘dipaksa’ ikut audisi bigband, dan hasilnya memalukan banget. Tiupanku kacau banget di depan orang-orang yang selama ini aku idolakan
Yee sapa juga yang mau ikut, karena waktu itu aku sedang jogging di GSP dan Mas Wisnu, pelatihku sampai nelpon aku buat audisi ditambah aku udah daftar, yaudah deh aku memaksakan diri aja. Hehehe duh gak usah dibahas deh yang ini, back to topic.
Kereta Api Progo tujuan Jakarta dari Stasiun Lempuyangan berangkat jam 5 sore dan kayaknya udah gak mungkin mengejar kereta itu soalnya audisi selesai jam setengah enam. Akhirnya kuputuskan untuk naik kereta api Gaya Baru Malam dari Surabaya jam 9 Malam, sekalian cari pengalaman, siapa tau ada hal-hal menarik yang bisa jadi bahan penelitian. Kereta api ini mungkin akan penuh soalnya sedang musim liburan, pasti banyak orang yang berpergian. Maka, berangkatlah seorang Iwan ke Stasiun Lempuyangan pada malam hari pukul 8.
Sampai di stasiun aku membeli tiket, harganya Rp. 26.000, waah, beda jauh sama Taksaka yang harganya bisa sampai 250 ribuan. Karena perut kerocongan aku makan gudeg di warung makan, dan sepertinya Stasiun Lempuyangan sudah tertata dengan baik. Para pedagang semuanya ditempatkan di salah satu sudut stasiun, tidak berantakan seperti dulu. Sambil makan aku ngobrol-ngobrol sama ibu-ibu penjualnya.
“Bu kalau Kereta Gaya Baru Malam itu penuh gak ya?”
“Woalah mas, mas, bisa masuk aja sudah beruntung, selalu penuh mas, cari gerbong yang belakang aja, lumayan sepi kok”
Glek, gilee jangan-jangan kayak yang di berita-berita itu lagi sampai duduk di atap, waah tau begini mending gak jadi deh. Hufff, akhirnya aku buru-buru makan dan bersiap-siap stand by di peron paling timur. Akhirnya kereta api itu datang, ternyata gak sesesak yang aku bayangkan. Tapi celakanya, semua pintu di kunci sama penumpang yang ada di dalam, kurang ajar, aku kan juga bayar buat naik kereta. Akupun berusaha mencari gerbong yang pintunya tidak terkunci, dan GOTTA. Gerbong kedua dari belakang. Saat masuk, hmmm semua bangku telah terisi dengan wajah-wajah yang lelah, secara dari Surabaya gitu loch. Akupun duduk di lantai kereta. Aku melihat di sebelahku ada space bangku yang diisi sama anak-anak kecil. Kemudian aku pengen numpang duduk sambil tersenyum ke bapaknya anak kecil tadi tapi apa coba yang ku dapat!!
“Maaf mas ini buat anak saya pengen tidur?” Sambil pasang muka jutek.
“Iya pak saya cuma duduk kalau kereta ini berhenti, nanti kalau jalan saya bakal di alas lagi kok” Ujarku memelas
[caption id="attachment_476" align="alignnone" width="300" caption="Gak Dapet Tempat Duduk, Lesehan Deh"]
[/caption]
Sialan bapak itu, padahal anaknya kan juga belum tidur, masih asyik bercandaan, lagi pula dia cuma bawa 4 anak jadi tiket yang dia beli 5 termasuk untuk dia sendiri, sementara ada 6 kursi, berarti 1 kursi tanpa tiket. Dasar bapak-bapak egois. Jam sembilan, kereta pun berjalan. Inilah awal dari penderitaanku.
“Permisi mas, mau lewat”
Kapan nih PT KAI betul-betul melarang pedagang berjualan di dalam gerbong? Aturan tuh mbok ya ditegakkan dong. Mentang-mentang ekonomi pelayanan yang diberikan harus yang terbaik lah.
“baru menyadari kau, kalau pedagang itu sangat, sangat mengganggu….”
Dengan tiga permasalah di atas, sepertinya inilah pertama dan terakhir kalinya aku naik kereta ekonomi Gaya Baru Malam Selatan. Betul-betul tidak manusiawi pelayanannya. Aturan pedagang tidak boleh berjualan di dalam gerbong kereta itu sudah jelas-jelas ada, bahkan berjualan di stasiun pun sebetulnya dilarang. Belum lagi penumpang tanpa tiket, meskipun ada polisi khusus kereta tapi kok mereka ikut-ikutan membiarkan ya, apakah para penumpang itu membayar di atas kereta kepada petugas? Mbok ya petugas seharusnya konsisten dong menegakkan aturan, kok malah melayani penumpang ilegal.
Jadwal kereta api juga gak konsisten. Kok bisa-bisanya KA Gaya Baru Malam Selatan ini setiap berhenti di stasiun selalu tersusul. Pasti pengaturannya ada yang gak betul. Kalau memang sampai di Jakarta jam 8.30 ya tulis dong di jadwal jam 8.30 tidak perlu berlagak sok cepat dengan manajemen yang amburadul. Banyak masyarakat yang berharap dari kereta api terlebih KA Ekonomi.
Semoga pelayanan yang diberikan PT KAI tidak hanya maksimal pada orang-orang berkantung tebal saja, Bagaimanapun masyarakat dari ekonomi lemah (seperti saya? hihihih) juga butuh pelayanan yang sama-sama memuaskan. Ekonomis juga harus manusiawi lah….
“hahaha makanya jangan sok jago deh lo”
Yee sapa juga yang mau ikut, karena waktu itu aku sedang jogging di GSP dan Mas Wisnu, pelatihku sampai nelpon aku buat audisi ditambah aku udah daftar, yaudah deh aku memaksakan diri aja. Hehehe duh gak usah dibahas deh yang ini, back to topic.
Kereta Api Progo tujuan Jakarta dari Stasiun Lempuyangan berangkat jam 5 sore dan kayaknya udah gak mungkin mengejar kereta itu soalnya audisi selesai jam setengah enam. Akhirnya kuputuskan untuk naik kereta api Gaya Baru Malam dari Surabaya jam 9 Malam, sekalian cari pengalaman, siapa tau ada hal-hal menarik yang bisa jadi bahan penelitian. Kereta api ini mungkin akan penuh soalnya sedang musim liburan, pasti banyak orang yang berpergian. Maka, berangkatlah seorang Iwan ke Stasiun Lempuyangan pada malam hari pukul 8.
Sampai di stasiun aku membeli tiket, harganya Rp. 26.000, waah, beda jauh sama Taksaka yang harganya bisa sampai 250 ribuan. Karena perut kerocongan aku makan gudeg di warung makan, dan sepertinya Stasiun Lempuyangan sudah tertata dengan baik. Para pedagang semuanya ditempatkan di salah satu sudut stasiun, tidak berantakan seperti dulu. Sambil makan aku ngobrol-ngobrol sama ibu-ibu penjualnya.
“Bu kalau Kereta Gaya Baru Malam itu penuh gak ya?”
“Woalah mas, mas, bisa masuk aja sudah beruntung, selalu penuh mas, cari gerbong yang belakang aja, lumayan sepi kok”
Glek, gilee jangan-jangan kayak yang di berita-berita itu lagi sampai duduk di atap, waah tau begini mending gak jadi deh. Hufff, akhirnya aku buru-buru makan dan bersiap-siap stand by di peron paling timur. Akhirnya kereta api itu datang, ternyata gak sesesak yang aku bayangkan. Tapi celakanya, semua pintu di kunci sama penumpang yang ada di dalam, kurang ajar, aku kan juga bayar buat naik kereta. Akupun berusaha mencari gerbong yang pintunya tidak terkunci, dan GOTTA. Gerbong kedua dari belakang. Saat masuk, hmmm semua bangku telah terisi dengan wajah-wajah yang lelah, secara dari Surabaya gitu loch. Akupun duduk di lantai kereta. Aku melihat di sebelahku ada space bangku yang diisi sama anak-anak kecil. Kemudian aku pengen numpang duduk sambil tersenyum ke bapaknya anak kecil tadi tapi apa coba yang ku dapat!!
“Maaf mas ini buat anak saya pengen tidur?” Sambil pasang muka jutek.
“Iya pak saya cuma duduk kalau kereta ini berhenti, nanti kalau jalan saya bakal di alas lagi kok” Ujarku memelas
[caption id="attachment_476" align="alignnone" width="300" caption="Gak Dapet Tempat Duduk, Lesehan Deh"]
Sialan bapak itu, padahal anaknya kan juga belum tidur, masih asyik bercandaan, lagi pula dia cuma bawa 4 anak jadi tiket yang dia beli 5 termasuk untuk dia sendiri, sementara ada 6 kursi, berarti 1 kursi tanpa tiket. Dasar bapak-bapak egois. Jam sembilan, kereta pun berjalan. Inilah awal dari penderitaanku.
- Para pedagang mondar-mandir berkeliaran di dalam kereta, dan ini sangat-sangat mengganggu tidur aku. Begitu sudah tidur pulas, tiba-tiba dibangunkan oleh suara
“Permisi mas, mau lewat”
Kapan nih PT KAI betul-betul melarang pedagang berjualan di dalam gerbong? Aturan tuh mbok ya ditegakkan dong. Mentang-mentang ekonomi pelayanan yang diberikan harus yang terbaik lah.
“baru menyadari kau, kalau pedagang itu sangat, sangat mengganggu….”
- Kereta Api Gaya Baru Malam selalu selalu disusul oleh kereta yang sama-sama ke arah barat. Waktu menunggu jadi lebih lama daripada saat kereta berpaspasan, karena Kereta Api Gaya Baru Malam harus membuat jarak dengan kereta api yang ada di depannya (yang nyusul) jadi waktunya semakin lama. Inilah yang membuat kereta dateng super ngaret (ditambah minyak tanah) di jadwal tertulis datang di Stasiun Senen jam 7.15, tetapi baru sampai jam setengah sembian pagi. Ck ck ck
- Saat di Stasiun Kebumen seorang ibu-ibu yang super duper besar, dan anaknya yang juga besarnya minta ampun, mengambil lahan tidur ku, praktis dari Kebumen sampai Jakarta aku gak bisa tidur dengan posisi nyaman. Sebelumnya ibu-ibu tadi sempet ribut juga sama bapak-bapak yang tadi ngomelin aku, dan masalahnya pun sama. Tapi di akhir perjalanan ibu-ibu ini jadi akrab sama bapak-bapak yang ternyata seorang polisi tadi. Suit suit, kayaknya duda bertemu janda nih hehehe, betul-betul sepanjang jalan kenangan.
Dengan tiga permasalah di atas, sepertinya inilah pertama dan terakhir kalinya aku naik kereta ekonomi Gaya Baru Malam Selatan. Betul-betul tidak manusiawi pelayanannya. Aturan pedagang tidak boleh berjualan di dalam gerbong kereta itu sudah jelas-jelas ada, bahkan berjualan di stasiun pun sebetulnya dilarang. Belum lagi penumpang tanpa tiket, meskipun ada polisi khusus kereta tapi kok mereka ikut-ikutan membiarkan ya, apakah para penumpang itu membayar di atas kereta kepada petugas? Mbok ya petugas seharusnya konsisten dong menegakkan aturan, kok malah melayani penumpang ilegal.
Jadwal kereta api juga gak konsisten. Kok bisa-bisanya KA Gaya Baru Malam Selatan ini setiap berhenti di stasiun selalu tersusul. Pasti pengaturannya ada yang gak betul. Kalau memang sampai di Jakarta jam 8.30 ya tulis dong di jadwal jam 8.30 tidak perlu berlagak sok cepat dengan manajemen yang amburadul. Banyak masyarakat yang berharap dari kereta api terlebih KA Ekonomi.
Semoga pelayanan yang diberikan PT KAI tidak hanya maksimal pada orang-orang berkantung tebal saja, Bagaimanapun masyarakat dari ekonomi lemah (seperti saya? hihihih) juga butuh pelayanan yang sama-sama memuaskan. Ekonomis juga harus manusiawi lah….