HAL YANG PATUT DITERTAWAKAN DARI DIRI KU

Terkadang hal yang aku perbuat sering membuat ku terlihat lebih bodoh. Perlakuan-perlakuan yang aku berikan terhadap rekan sejawat sulit dapat diterima akal sehat. Teori-teori yang ku dapat hingga kini mulai dari yang sekedar memenuhi klimaksitas belaka hingga yang terlalu ideologis tampaknya belum memenuhi kehausanku akan kepuasan diri.

Pembelajaran ku saat ini? Ya betul, entah karena kurang ikhlas atau banyaknya tuntutan dari lingkungan, membuat ku berada di tengah kebingungan yang luar biasa. Euforia karena lepasnya dari masa-masa yang konon indah, justru membuat ku semakin terpuruk. Hidup ini memang dinamis, tapi, begitu banyak hal yang stagnan yang ada dalam diriku. Kebanyakan orang telah salah menilai diriku yang penuh ambiguitas ini, aku tertawa (atau mereka yang seharusnya cekakakan) aku sendiri tidak tahu apa yang salah dari diriku. Aku sendiri terkadang tidak perlu terlalu diperhatikan, tetapi kadang kala perhatian itu ibarat segayung air tawar di tengah gumuk pasir Parangkusumo, begitu menyegarkan dan menggiurkan, hingga terkadang aku sulit menegakkan akal sehat ku.

Aku percaya bahwasanya perilaku itu karena ketidaksadaran. Aku sendiri terkadang tidak menyadari siapa aku, bagaimana aku harus bertindak dan kapan aku harus menjalani kehidupan. Tapi toh, hal ini mengalir saja, bagaikan air di Sungai Serayu. Hihihihi, terkadang aku tertawa, membayangkan diriku yang naif, dan terlalu polos akan kehidupan. Sering kali aku terlalu banyak mengkhayal, mengkhayalkan sebuah utopia, di sana aku bisa bermain dan bermain, sebuah dunia yang sangat indah.

Saat ini aku khawatir dengan orang-orang terdekatku, terutama keluargaku. Aku khawatir mereka ikut terlekat dengan dunia yang penuh kemunafikan ini, aku khawatir adikku yang superlucu itu ikut terpengaruh sadisnya dunia, menjadi anak nakal, bandel, kurang ajar, seperti kakaknya itu. Kakaknya yang mana? Aku? Oh belum tentu, ia punya dua kakak, yang tentu salah satunya aku. Hihihihihi.

Aku masih ingat saat itu, aku melakukan penipuan massal, yang akhirnya justru aku malah kian menderita akibat tipuanku itu. Senjata makan tuan, hmmm kayaknya kurang tepat. Justru aku membuat tipuan itu sebagai tameng dari banyaknya senjata yang terarah pada aku. Jadi tameng yang gagal melindungi tuannya? Belum tentu benar, lha wong aku yang berusaha melindungi tipuanku itu supaya gak ketahuan. Hihiihi gak usah di bahas lagi.

Tertawa, hmmmm sebuah ekspresi yang multitafsir. Aku paling malas mendefinisikan sesuatu dengan acuan tokoh ini tokoh itu, teori ini teori itu. Semua itu hanyalah sampah, yang membuat saluran berpikir kreatif kita. Persetan dengan pendapat pak ini pak itu, bule yang ini, negro yang itu. Aku hanya ingin mendefinisikan tertawa sebagai salah satu ekspresi paling memuaskan sekaligus memuakan di dunia ini. Jujur aku adalah seseorang yang mudah tertawa di dunia ini, namun aku akan sangat muak jika seseorang mentertawakan aku karena kerja kerasku. Tertawaan itu bahkan lebih memuakan daripada telur busuk  yang di bawa Zadok saat mata kuliah PIO itu. Huffff, anda mentertawakan saya, sok atuuuuuuuuhhh

Komentar