Aku ingin sedikit berbagi aja mengenai kekonyolanku pada saat SMA. Dulu di rumah aku dijuluki detektif karena beberapa "prestasi" gemilang ku mengungkap banyak kasus kasus, antara lain:
1. Menggagalkan usaha perampokan berkedok orang yang pura-pura kesasar, orang itu gak taunya cuma ingin tahu kondisi rumah sang korban yang telah berbaik hati menyediakan rumahnya sebagai tempat istirahat pelaku
2. Mengetahui pencuri sepeda teman rumah ku yang gak taunya teman sebangku aku waktu SD
3. Mengungkap bau busuk yang dikira mayat dari sebuah rumah kosong dengan pintu terkunci pada saat liburan puasa (banyak yang mudik) gak taunya cuma bangkai kucing yang lupa diurus sama yang punya karena ditinggal mudik (wah saat itu heboh banget)
Bukannya sombong tapi itu adalah pemicu mengapa aku terlalu terobsesi dengan yang namanya detektif, yang akhirnya malah membuat aku begitu naif
Begini ceitanya:
[caption id="attachment_565" align="alignnone" width="300" caption="Suasana di Stasiun Kereta Api Jakarta Kota"]
[/caption]
Saat itu aku naik kereta dengan di sampingku ada bapak X, Y dan Z. Aku emngobrol dengan bapak X dan Y.sementara tasku sendiri malah aku pangku (takut ilang) Stasiun demi stasiun ramai sekali kemudian stasiun demi stasiun semakin berkurang, saat itu hanya tinggal aku dan bapak X dan Y, sementara bapak Z entah kemana. Di Stasiun Pondok Cina bapak X turun dengan membawa tasnya. Dan tinggal aku dengan bapak Y. Di 2 stasiun sembelum stasiun terakhir gerbongku sepi sekali hanya tinggal 4 orang saja. Lalu aku mulai curiga dengan tas hitam yang ada di atasku, sementara bapak Y bilang kalau itu bukan tasnya, dan tidak ada orang lain yang berada dekat tas itu. Saat itu adalah heboh2nya peledakan bom sehingga aku merasa curiga sekali, maka dengan beraninya aku mengambil tas itu dan berusaha menggeledahnya karena khawatir isinya benda2 berbahaya, saat itu Pak Y membantu aku.
Tapi yang ada ternyata beberapa bungkus mie dan kopi bungkus serta sikat gigi. Ada juga celana dalam dan beberapa majalah. AKu merogoh hingga ke ruang tas terkecil, tapi untungnya tidak ada apa-apa. Akhirnya aku mengembalikan tas itu ke kabin.Dan satu stasiun sebelun stasiun tujuan Pak Y turun. Kini tinggal aku dan seseorang yang duduk beradapan denganku. Dan di stasiun terakhir, aku bersiap-siap turun, dan ternyataaaaaaa
Orang yang berada di depan ku ternyata adalah sang pemilik dari tas yang aku geledah bersama Pak Y tadi. Dan sudah pasti DIA MENYAKSIKAN SENDIRI BAGAIMANA TASNYA DIGELEDAH. Karena ia tepat berada di depan kami. Hihihihihi, dia senyam-senyum aja. Dan bilang
"Gak ada apa-apa kan dik? hehehehe, mau ngopi ndak?" sambil menunjuk lapak pedagang
"hehehe maaf ya pak, aku kira tasnya bukan punya bapak"
Akhirnya aku dan bapak itu jadi berkenalan, dan sempet ngobrol2 di stasiun sambil ngopi
Ternyata bapak itu adalah seorang guru di Bogor dan waktu itu mau mengunjungi istrinya di Jakarta. Terus pas aku tanya kenapa bapak itu gak bertindak pada saat aku menggeledah tasnya, ternyata justru dia sedang bersiap-siap menghajar ku jika tas itu aku bawa, tetapi begitu tasnya aku kembalikan ke dalam kabin, dan tidak ada barang-barang yang aku curi akhirnya beliau sadar bawa aku adalah anak yang baik-baik. Heheheheh
Duh Jadi malu kalo inget itu
1. Menggagalkan usaha perampokan berkedok orang yang pura-pura kesasar, orang itu gak taunya cuma ingin tahu kondisi rumah sang korban yang telah berbaik hati menyediakan rumahnya sebagai tempat istirahat pelaku
2. Mengetahui pencuri sepeda teman rumah ku yang gak taunya teman sebangku aku waktu SD
3. Mengungkap bau busuk yang dikira mayat dari sebuah rumah kosong dengan pintu terkunci pada saat liburan puasa (banyak yang mudik) gak taunya cuma bangkai kucing yang lupa diurus sama yang punya karena ditinggal mudik (wah saat itu heboh banget)
Bukannya sombong tapi itu adalah pemicu mengapa aku terlalu terobsesi dengan yang namanya detektif, yang akhirnya malah membuat aku begitu naif
Begini ceitanya:
[caption id="attachment_565" align="alignnone" width="300" caption="Suasana di Stasiun Kereta Api Jakarta Kota"]
Saat itu aku naik kereta dengan di sampingku ada bapak X, Y dan Z. Aku emngobrol dengan bapak X dan Y.sementara tasku sendiri malah aku pangku (takut ilang) Stasiun demi stasiun ramai sekali kemudian stasiun demi stasiun semakin berkurang, saat itu hanya tinggal aku dan bapak X dan Y, sementara bapak Z entah kemana. Di Stasiun Pondok Cina bapak X turun dengan membawa tasnya. Dan tinggal aku dengan bapak Y. Di 2 stasiun sembelum stasiun terakhir gerbongku sepi sekali hanya tinggal 4 orang saja. Lalu aku mulai curiga dengan tas hitam yang ada di atasku, sementara bapak Y bilang kalau itu bukan tasnya, dan tidak ada orang lain yang berada dekat tas itu. Saat itu adalah heboh2nya peledakan bom sehingga aku merasa curiga sekali, maka dengan beraninya aku mengambil tas itu dan berusaha menggeledahnya karena khawatir isinya benda2 berbahaya, saat itu Pak Y membantu aku.
Tapi yang ada ternyata beberapa bungkus mie dan kopi bungkus serta sikat gigi. Ada juga celana dalam dan beberapa majalah. AKu merogoh hingga ke ruang tas terkecil, tapi untungnya tidak ada apa-apa. Akhirnya aku mengembalikan tas itu ke kabin.Dan satu stasiun sebelun stasiun tujuan Pak Y turun. Kini tinggal aku dan seseorang yang duduk beradapan denganku. Dan di stasiun terakhir, aku bersiap-siap turun, dan ternyataaaaaaa
Orang yang berada di depan ku ternyata adalah sang pemilik dari tas yang aku geledah bersama Pak Y tadi. Dan sudah pasti DIA MENYAKSIKAN SENDIRI BAGAIMANA TASNYA DIGELEDAH. Karena ia tepat berada di depan kami. Hihihihihi, dia senyam-senyum aja. Dan bilang
"Gak ada apa-apa kan dik? hehehehe, mau ngopi ndak?" sambil menunjuk lapak pedagang
"hehehe maaf ya pak, aku kira tasnya bukan punya bapak"
Akhirnya aku dan bapak itu jadi berkenalan, dan sempet ngobrol2 di stasiun sambil ngopi
Ternyata bapak itu adalah seorang guru di Bogor dan waktu itu mau mengunjungi istrinya di Jakarta. Terus pas aku tanya kenapa bapak itu gak bertindak pada saat aku menggeledah tasnya, ternyata justru dia sedang bersiap-siap menghajar ku jika tas itu aku bawa, tetapi begitu tasnya aku kembalikan ke dalam kabin, dan tidak ada barang-barang yang aku curi akhirnya beliau sadar bawa aku adalah anak yang baik-baik. Heheheheh
Duh Jadi malu kalo inget itu