[caption id="attachment_382" align="aligncenter" width="225" caption="Suci dan Lambang"]
Liburan Pemilu kemarin aku manfaatkan main-main ke rumah Si Suci, temen sebangku aku waktu SMA. Dia sekarang jadi mahasiswa UNJ semester 4 jurusan Pendidikan Akuntansi. Si Suci ini punya adik yang mengalami keterbelakangan mental atau biasa disebut tunagrahita. Namanya Herlambang, biasa disebut Lambang. Sebelumnya aku pernah ketemu sama Lambang waktu rumahnya banjir tahun 2007. Waktu itu aku takut banget sama anak anak tuna grahita, karena terlihat aneh aja. Bahkan waktu aku datang ke rumahnya kali ini, awalnya aku juga ragu-ragu. Takutnya Lambang berbuat yang macam-macam sama aku.
Wohohoho tenang aja boz, dia Cuma anak berumur 14 tahun
Ternyata setelah sampai di rumahnya, Lambang itu beda banget sama yang aku pikirkan. Lambang ternyata anak yang baik, penurut, dan ramah. Meskipun bahasa yang dia ucapkan tidak begitu jelas, tapi dia sudah mampu berkomunikasi dengan orang lain. Saat ini Lambang bersekolah di sebuah Sekolah Luar Biasa (SLB) di bilangan Jakarta Barat kelas 4. Selama ini, Lambang memiliki permasalahan dalam belajar, terutama mengenai bahasa. Dia belum mampu membaca dan menghafal huruf selain huruf O dan I yang mudah dikenali melalui polanya. Namun Lambang mampu mengenal nilai nominal uang.
Ye si iwan, adekmu yang umur 4 tahun belum bisa baca dan menghitung aja tau duit seribu itu bagaimana
Di lingkungannya Lambang memiliki banyak teman bermain. Bahkan yang saya herankan, ternyata Lambang mampu bermain sepak bola dan Play Station. Padahal permainan-permainan tersebut membutuhkan strategi dan pola pikir yang sangat sulit dilakukan oleh anak-anak tuna grahita
Hahah emang kamu bisa main bola & playstation? Huh kamu ini, kalah sama anak tunagrahita
Yeee, itukan karena aku emang males aja. Hmmm apa sih yang membuat Herlambang begitu maju, bahkan aku sempat menyangkan kalau Lambang adalah anak yang normal. Hmmm, pertama kita harus tau dulu, apa sih tuna grahita itu.
Tunagrahita adalah individu yang memiliki skor IQ dibawah rata-rata dan ketidakmampuan beradaptasi pada perilaku yang muncul dalam masa perkembangan. Banyak orang yang mengidentikan tunagrahita dengan idiot. Tetapi kata idiot terlalu kasar dan tidak digunakan lagi untuk menyebut tuna grahita, seperti buta pada tunanetra, tuli pada tunarungu, dan cacat pada tunadaksa. Tunagrahita juga mengalami kesulitan dalam belajar, karena memiliki intelegensi yang cukup rendah dibandingkan dengan anak yang normal
Jangan pakai kata idiot ya, justru idiot itu lebih tepat ditujukan bagi orang-orang sebetulnya bisa menghindari kebodohan, tapi ia melakukan kebodohan tersebut, sehingga ia merasa nyaman dikatakan bodoh
Kebanyakan orang tua yang memiliki anak tunagrahita akan merasa malu dan tertekan dengan stigma dari lingkungan. Kemudian mereka memperlakukan anak mereka dengan tidak baik dan ini justru akan membuat anak tunagrahita tidak mampu mengembangkan diri. Namun hal yang berbeda pada keluarga Lambang. Aku sempat bertanya kepada ibunya, apakah beliau merasa malu memiliki anak tunagrahita. Ternyata beliau menjawab buat apa harus malu? Anak adalah titipan Allah, apapun kondisi dia kita harus terima. Dan dengan tegas beliau mengatakan bahwa ia tidak menuntut terlalu berlebih terhadap anak bungsunya ini. Dia berharap Lambang bisa menikmati hari-harinya.
Aku sungguh bersyukur masih ada ibu seperti dia yang tetap tabah dalam menghadapi situasi semacam ini. Mengasuh anak tunagrahita bukanlah perkara yang mudah. Butuh penanganan khusus dan kesabaran yang sangat besar dalam pengasuhan. Mungkin itulah kenapa Lambang dapat menjalani hidup seperti anak normal lainnya. Bisa bermain PS, bermain bola dan bersepeda, karena ia selalu mendapat kasih sayang dari keluarganya, teman-temannya, tetangga dan lingkungannya.
Buat keluarganya Suci, makasih ya teh botol dan kerupuk kulitnya. Hehehehe